Sore hari yang begitu cerah hari ini. Seminggu sudah berlalu sejak aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Aku dinyatakan membaik. mungkin. Bisa dikatakan Sembuh? Semoga saja.
Ku dudukkan tubuhku di kursi depan rumah seraya memainkan ponselku.
Ahh... membosankan.
Ku alihkan pandanganku. Kulihat taman kecil di depan rumahku. Seketika senyumku terbit.Indah. Bunga-bunga itu sudah bermekaran cantik. Ada beberapa kupu-kupu yang hinggap disana. Ugh! jika mama melihat ini. Pasti akan menyukainya. Dan akan memfotonya lalu mama akan mengupload foto-foto hasil jepretannya untuk updatean Instagramnya.
Membayangkannya membuat aku terkekeh pelan. Tapi yaa..memang sih lahan yang di pakai untuk bunga-bunga itu memang tidak seluas rumahku yang dulu. tapi setidaknya itu cukup untuk menanam beberapa bunga kesukaan mama.
"Dith. mau ikut ke rumah pohon tidak?"Aku tersentak saat suara seseorang menyapa telingaku.
"Astaga! Bian! Sedang apa kau di sana?" Ternyata itu Bian. dia sedang bersandar di pagar rumahku.
Dia memutar bola matanya malas."Tidak penting. Kau mau ikut atau tidak?"
Astaga pria ini selalu saja begitu.
"Ish. Baiklah. Baiklah. aku ikut." Aku pun bangkit dari tempat dudukku kemudian aku mengunci pintu. Setelah itu. aku berjalan ke arahnya.
"ayo." Bian menarik tanganku.
Tapi ku lepaskan tangannya perlahan."tunggu sebentar. aku perlu mengunci pagar dulu." Tanganku bergerak mengunci pagar.
"Ck. Lambat." Dengusnya.
"Astaga kakek tua ini tidak sabaran sekali sih.
Nah sudah. ayo." Kami pun berjalan beriringan menuju rumah pohon.Dia. Abian Adnan Baylor. Seorang anak konglomerat dari cucu pemilik rumah sakit di Bandung-tempat aku di rawat.
Ayahnya. Ben Baylor. seorang dokter bedah terkenal yang bekerja di rumah sakit milik orangtuanya dan ibunya. Min Hei Ryung. wanita cantik keturunan Korea yang Seorang perancang busana.Abian. Pria yang selalu ada untukku. Dialah pria yang datang ke kehidupanku. Dialah yang selalu memberiku perhatian. Dialah yang selalu melindungiku. Dialah yang selalu ada saat aku membutuhkan seseorang. Dan dia jugalah yang perlahan membuatku mulai mencoba untuk menerima kehidupanku.
Entahlah. Aku juga tidak mengetahui alasan mengapa Bian bersikap seperti itu kepadaku.
Terkadang. Aku bertanya padanya. mengapa ia selalu bersikap baik padaku sedangkan kami adalah orang asing yang tidak sengaja bertemu? Tapi Bian selalu saja mengalihkan pembicaraan.
Walau begitu. aku senang karenanya aku bisa melanjutkan hidupku.
Awal pertemuanku dengannya saat aku sedang sendiri di taman. hingga Bian datang. Menghampiriku dan mengajakku bermain. dia juga memperkenalkanku pada Joean dan Tarisha. Bian juga yang membuat aku perlahan membaik hingga aku keluar dari rumah sakit.
Kami menjadi teman baik saat itu. Semua kami lakukan bersama-sama. Dan dia selalu menjagaku. Bahkan orangtuanya dan mama sudah kenal dekat hingga saat dimana mamah mencariku atau mama yang baru saja pulang dari kantor. pasti selalu rumahnya lah yang mamah singgahi pertama kali untuk menanyakan keberadaan ku. Begitu pun sebaliknya.
Ah iya! dia itu lebih tua dariku. Tapi aku tidak pernah menyematkan embel-embel kakak padanya. walau dia terkadang marah. Tapi dia abai jika sudah lelah memberitahuku. Hahaha.
Kalian tau? Istilah tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti selalu saja ada yang menyimpan rasa diantaranya.
Ya. Itu terjadi padaku. Aku menyukai Bian dan Bian mengetahui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
T R I S T I S || DALAM TAHAP REVISI ||
RomanceWarning !! Ada beberapa chapter yang tidak berurutan. Akan di revisi setelah selesai. Semoga kalian suka and happy reading y'all (^-^)/ . . Aku hanya ingin hidup seperti apa yang aku inginkan, seperti apa yang aku impikan, seperti apa yang selalu ak...