IV

28 2 0
                                    

Aku meringis. Kepalaku terasa pening. Dan seluruh badanku rasanya sakit sekali.

Samar kudengar ada suara di sekitarku. Kemudian dengan perlahan kubuka mataku.Ku edarkan pandanganku.

pertama kali yang kulihat adalah mama. Berdiri tepat di sebelah kananku dengan raut wajah khawatir. Tidak hanya mama. di sebelah kiriku juga ada orangtua Bian.

Tapi.

Dimana Bian?

Apa dia tidak di sini?

Ku tatap kembali mama yang tersenyum hangat dengan raut wajah khawatirnya.
kurasakan tangan mama yang membelai suraiku dengan pelan. penuh kelembutan. kemudian berkata."Sayang. akhirnya kau sadar nak. Bagaimana perasaanmu hm?"

Yang hanya dibalas dengan senyuman lemah dariku.

Kudengar Ayah berujar lantas ku alihkan pandanganku ke sebelah kiri."ayah periksa dulu ya Dith. sebentar." Kulihat ayah tersenyum kepadaku.

Dan ayah pun mulai memeriksaku. Setelah selesai. ayah kembali berkata." Syukurlah untuk saat ini sudah mulai membaik. Jangan banyak bergerak dulu ya dan jangan terlalu banyak pikiran."

Aku hanya mengangguk dan ayah kembali berujar." Ya sudah ayah tinggal dulu ya. jika memerlukan sesuatu segera beritahu ayah."

Setelah ayah berpamitan kepada kami dan berlalu keluar ruang rawat ku. Ibu berujar seraya mengusap lengan sebelah kiriku." Kesayangannya ibu... Akhirnya kau sudah sadar. Maafkan anak ibu ya. Bian sudah menceritakan semuanya. Maafkan Bian ya sayang. Anak nakal itu sudah ibu mar-"

"Bian dimana?" Aku memotong pembicaraan ibu saat mendengar nama Bian.

Tapi bukannya menjawab pertanyaanku ibu dan mama hanya saling berpandangan.

Ada yang salah?

Kenapa mereka meresponku begitu?

Lantas aku kembali berujar." Dimana Bian Bu? Apa dia tidak ke sini ma?" Ku tatap mereka secara bergantian.

Kemudian mama tersenyum hangat."sayang. istirahat ya. Kan tadi ayah bilang jangan banyak pikiran dulu. Hm?" Mama kembali mengelus suraiku pelan.

Kemudian ibu juga berujar." Iya Dith. agar cepat sembuh. Nanti setelah sembuh kita bertemu Bian. Ya sayang?"

Aku kembali mengerutkan kening bingung.

Kenapa tidak suruh saja Bian ke sini?

Kenapa harus menungguku sembuh?

Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan dariku?

Aku kembali berujar." Kenapa harus nanti?
Kenapa tidak sekarang saja? aku ingin bertemu dengan Bian dulu. Bu." Aku bangun. Berusaha untuk duduk.

Aku sedikit meringis. Mama pun menjawab seraya menahan ku. "Iya nak nanti ya. seka-"

"Tidak mah aku ingin bertemu dengan Bi- ahk!"

sialnya kepalaku rasanya pusing sekali. Terasa berputar. Lantas ku pegang kepalaku yang kurasakan sudah terbalut dengan perban.

Mama dan ibu terkejut. Mereka panik."Judith?!"

Kemudian mereka membantuku untuk kembali berbaring. mama kembali berujar."Kenapa nak? Ada yang sakit?"

"Ibu panggil ayah dulu ya sebentar."

"Tidak usah Bu. aku baik-baik saja."

Ku turunkan tanganku yang memegang kepala dan kembali berbaring. Memejamkan mata sejenak untuk meredam pening.

T R I S T I S   || DALAM TAHAP REVISI ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang