Titania adalah gadis remaja yang malang. Ketidaksengajaan yang dia perbuat dulu membuat dirinya dirundung rasa takut. Perkataan orang yang menyebutnya 'pembawa sial' dibenarkannya hingga membuat dirinya tidak mau berdekatan dengan satu orang pun.
"A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mentari yang meredup di petang hari seakan mewakilkan perasaan dari seorang gadis remaja penuh luka. Kala mentari hilang dari cakrawala, sama saja seperti kebahagiaan yang direnggut oleh masa lalu. Bulan seakan bersikeras untuk menggantikan posisi matahari, tetapi cahayanya tetap saja beda. Matahari dengan sinarnya yang begitu terik di siang hari dan bulan dengan cahayanya yang terang, tetapi dibantu oleh bintang dan matahari.
Jika boleh memilih, dia akan ingin sekali menjadi matahari yang mampu membawa sinar bahagia bagi semua orang. Namun, itu hanya khayalan semata. Tuhan menciptakan dia untuk selalu bersedih, kebahagiaan yang dia punya sudah direnggut oleh ketidaksengajaannya dulu. Apakah tidak boleh, dia merasakan kebahagiaan kembali?
Matahari mampu terus mengeluarkan cahayanya meski sendiri, tetapi dia tidak bisa. Hanya awan mendung yang seakan menggambarkan keadaannya. Tiada hari tanpa air mata yang menetes dari pelupuk matanya. Haruskah dia pergi agar julukan 'pembawa sial' hilang dari namanya?
Dia butuh penguat, penopang, dan pendorong untuk tetap berdiri tegak. Namun, siapa yang mau membantunya? Bahkan dekat dengan satu orang pun membuat dirinya merasa takut. Takut orang itu akan bernasib sial karenanya. Dia lelah, tetapi dia tetap berusaha meski tertatih.
Akan ada pelangi setelah hujan, dia percaya itu. Akan tetapi, hujannya begitu lebat hingga pelangi tak kunjung datang. Hujan itu penghapus luka dan pemyamar isakan. Lalu, pelangi adalah hadiahnya. Setelah isakan pilu, akan ada senyum tulus yang mengembang.
Bagaimana kehidupan gadis malang itu? Ikutilah langkah kakinya hingga kamu juga merasakan apa yang dia rasakan. Apakah dia mampu menemukan penopang, atau justru hidup dalam kesendirian.