2. It's broken?

878 135 32
                                    

Dua ekspresi yang berbeda dari empat orang yang berbeda. Iya, kalau tiga lainnya terkejut sampai mata hampir membulat sempurna. Yang satu malah tersenyum dengan polosnya, menatap wanita yang duduk berdampingan di dalam mobil luas milik sang kakak. Tanpa menyadari jika dua orang di depan sana juga tengah ikut terkejut mendengar pertanyaannya barusan.

"Taehyung?" ucap Seokjin setelah berusaha kembali fokus dengan tugas menyetirnya, tidak lucu juga kalau karena pertanyaan konyol Taehyung malah membuat mereka terlibat kecelakaan.

Taehyung menoleh pada Seokjin dan Minha, sebelum akhirnya tawa yang berusaha dia tahan pecah begitu saja. Tertawa sampai terbahak, membuat dua orang di depan ikut tertawa paksa dengan canggung, berpura-pura mengerti padahal sama sekali tidak mengerti.

"Kalian kenapa serius sekali sih? Apa aku terlihat begitu serius sampai kalian percaya?"

Dua orang itu sekarang sudah ikut tertawa seperti biasa, merasa lega dengan apa yang Taehyung ucapkan. Setidaknya berarti anak itu masih waras, masih memiliki otaknya dengan baik.

"Noona, Kau juga begitu terkejut? memangnya noona tidak ingat waktu itu?" Taehyung kembali menatap Irene, bibirnya membentuk senyuman. Tidak bisa tidak tersenyum kalau melihat Irene.

Irene mengangguk perlahan, namun menggeleng beberapa saat kemudian. Irene masih terlihat kebingungan di sana.

Taehyung terkekeh pelan, mengerti jika wanita itu masih belum memulihkan diri dari rasa terkejutnya.
"Saat kita bertemu waktu itu, saat aku ikut Seokjin hyung ke sekolah kalian. Aku kan terus menempel denganmu, dan kau juga begitu baik padaku. Lalu aku mengatakan itu. Noona cantik mau tidak menikah denganku? Begitu. Sekarang ingat?"

Sebuah kenangan otomatis terputar di kepala Irene seperti ada sebuah proyektor yang menampilkannya di sana. Menampilkan kenangan yang sudah terlalu jauh dilewati. Kenangan yang sudah terlalu lama disimpan dan tidak diingat-ingat lagi. Dan perkataan Taehyung tersebut membuat kenangan itu bangkit lagi.

Saat itu adalah saat dia berada di sekolah yang sama dengan Seokjin, saat sekolah menengah pertama. Dia baru berumur empat belas tahun saat itu, tahun keduanya di sekolah tersebut. Choi Seokjin, teman satu kelasnya membawa adik yang baru berumur sembilan tahun ke acara festival sekolah, itu Choi Taehyung. Anak kecil menggemaskan yang kini sudah beranjak dewasa.

"Ah iya, aku ingat sekarang." Irene tersenyum kaku. Merasa canggung setelah mengingatnya. Karena masalahnya, anak kecil yang Seokjin bawa waktu itu sekarang sudah tumbuh. Sudah besar, tinggi, dan juga tampan.

"Sudah cukup bernostalgianya. Taehyung, tidak bisakah kau naik taksi saja? Biar hyung yang membayar. Kampusmu itu masih jauh, hyung ada urusan penting dan Hoseok juga pasti sudah menunggu di kantor," ucap Seokjin menyela. Bukan sengaja, tapi memang dia harus terburu-buru.

"Ya sudah, ke kantor saja," jawab Taehyung dengan santai sembari melihat pada Seokjin.

Seokjin sempat heran, tidak biasanya Taehyung menurut begitu saja. Apalagi tadi saja dia sampai merengek untuk minta diantarkan. Memaksa.

"Jadi, mau hyung turunkan dimana? Di halte depan? Kau bisa menunggu taksi di sana."

"Berbelok ke kanan setelah lampu merah di depan. Menunggunya di Kantormu," jawab Taehyung lagi.

Seokjin menoleh pada Taehyung cepat. Merasa jika adiknya benar-benar kehilangan separuh kewarasannya sekarang.

"Taehyung, kalau ke kantorku lebih jauh dari kampusmu. Memang tidak takut terlambat?" tanya Seokjin.

"Bukankah akan lebih cepat kalau langsung turun di halte depan saja?" tanya Minha, ikut memberi usul.

Taehyung menggeleng. "Lagi pula kelasku dimulai nanti, jam satu siang."

IT'S GONNA BE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang