11. A chance

448 92 19
                                    

Yuk, ramein vote dan komentarnya! 💜

___
Semua orang selalu mengatakan jika jodoh sudah di atur oleh tuhan sebelumnya. Semua yang sudah diciptakan Tuhan katanya sudah memiliki takdirnya masing-masing, sudah ditentukan akan berpasangan dengan siapa. Untuk beberapa kali sempat terpikir oleh Irene tentang hal ini.

Jika memang sudah dipasangkan, bagaimana dengan perasaan yang selalu datang tanpa diminta? Membuat diri pada akhirnya jatuh pada orang yang salah. Bukankah lebih baik jika hanya jatuh saat bersama takdirnya agar bisa bangkit bersama dan tidak lagi jatuh untuk yang ke dua kalinya. Bukannya malah menjadi pertemuan yang berakhir menjadi perpisahan.

Ketakutan terbesar Irene saat ini terjadi, ketakutan yang selalu menghantui hubungannya selama ini. Mungkin perpisahan masih belum terucap dengan baik antara dirinya dan juga sang kekasih, hanya saja kekecewaannya sudah terlalu besar dan memuncak, membuatnya hancur sehancur-hancurnya. Kepercayaan yang dia bangun dengan susah payah runtuh begitu saja saat Seojoon membenarkan kabar itu.

Bagaimana dunianya akan baik-baik saja, jika kekasih yang sudah merencanakan masa depan yang indah bersamanya akan melaksanakannya lebih dulu dengan wanita lain.

"Noona!"

Suara itu, suara yang membawa secercah harapan. Suara yang sudah selalu dia berikan luka, tapi justru kini yang malah memberikan harapan untuknya.

"Syukurlah aku menemukanmu." Helaan nafas lega terdengar meskipun jarak yang tak begitu jauh masih memisahkan mereka berdua.

Langkah kaki yang besar dan tergesa itu mendekat pada Irene, membuat Irene yang melihatnya terdiam dan mematung. Merasa lega dan merasa bersalah secara bersamaan. Dua sisi dalam dirinya seakan tengah berargumen untuk dua hal yang berbeda. Antara melangkah maju, atau mundur dan berlari sejauh mungkin.

Sayangnya, tidak ada satu pun yang dia lakukan di antara dua hal itu. Irene lebih memilih terdiam, menatap dengan mata yang sudah memburam karena genangan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

"Jangan katakan apapun. Aku disini. Untukmu." Sebuah pelukan di hamburkan dengan cepat. bersamaan dengan air mata yang langsung menetes dari wanita yang di peluknya itu.

Irene menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya jika apa yang tengah dia lakukan salah. Bukan ini yang seharusnya dia lakukan, seharusnya dia pergi, menjauh, tidak boleh membiarkan siapapun melihat air matanya. Terlebih, ini adalah taman umum dimana beberapa orang di sana berlalu lalang.

Irene mengusap air matanya dengan kasar, berusaha melepaskan pelukan yang begitu erat merengkuh tubuhnya. "Taehyung, lepaskan."

Taehyung, pria itu menggeleng dengan cepat. "Lanjutkan, jangan berusaha terlihat kuat di hadapanku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi aku akan di sini melindungimu, dari apapun itu."

Irene menelusupkan kedua tangannya pada jaket Taehyung yang terbuka dan melingkarkan tangan itu pada pinggang Taehyung, setelah berpikir beberapa saat, pada akhirnya Irene kalah. Wajah kecilnya dia tenggelamkan di dada bidang milik pria Choi itu.

Rasanya hangat, nyaman, dan wangi.

Taehyung bergerak, melepaskan kedua tangannya dari tubuh Irene, membiarkan hanya wanita itu yang memeluk. Sedangkan ia lebih memilih memegangi kedua sisi jaketnya untuk dibuka dengan lebar, dibentangkan hingga menutupi kepala Irene yang masih berada dalam pelukannya.

"Aku tutupi, ya. Jangan pikirkan yang lain, aku akan menjaga noona."

Irene mendengar apa yang Taehyung katakan, membuatnya semakin mengeratkan pelukan pada Taehyung. Kepalanya dia sandarkan pada dada bidang milik Taehyung, matanya dia pejamkan. Bukannya menangis, dia malah mendapatkan ketenangan dari rasa nyaman yang Taehyung berikan padanya.

IT'S GONNA BE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang