23. Argument

473 45 12
                                    

Bukan hanya sekali tentang Irene memikirkan masalah ini. Dia pernah berkali-kali memikirkan ketakutan ini seorang diri. Dia mencoba mencari cara terlepas dari apa yang akan dia dapatkan nantinya. Meski pada akhirnya tetap nihil. Dia tak bisa untuk tidak memikirkannya apalagi mendapatkan jalan keluar akan hal itu.

Sekarang, ketakutan yang terus menghantui Irene terjadi. Bukan lagi sekadar bayangan atas pemikirannya, Irene justru mendapati ini semua menjadi fakta yang nyata.

"Tolong antarkan aku ke apartemenku saja," ucap Irene begitu dia kembali menyimpan ponselnya.

"Ada apa, Rene? Kau baik-baik saja? Apa ada masalah?" tanya Seojoon khawatir.

"Ya. Dan aku harus menemui Taehyung sekarang."

"Kenapa?"

"Kubilang antarkan saja aku, Seojoon! Berhentilah bertanya dan membuatku semakin pening!"

Seojoon lantas terdiam. Dia tak lagi membalas atau bertanya pada Irene. Kemarahan Irene yang dia lihat membuatnya paham, mantan kekasihnya itu memang tengah berada dalam masalah, entah apapun itu pasti Irene memang tak ingin dirinya tahu. Meski kekhawatiran Seojoon terlihat jelas untuk Irene di sana.

Keduanya hening, tak ada lagi obrolan yang terjadi. Sampai tak sadar mobil Seojoon sudah berhenti di depan sebuah gedung apartemen yang sebelumnya Irene sebutkan.

"Terima kasih untuk tumpangannya," ucap Irene saat dia turun dari mobil milik Seojoon.

Sebagaimana pun dia sedang marah, Irene tentu bukan orang yang tak tahu terima kasih. Dia tetap berterima kasih pada orang yang membantunya, termasuk Seojoon yang sudah memperbolehkannya menumpang.

Sebenarnya Seojoon berniat bertanya hal lain pada Irene, tapi sayangnya wanita itu sudah berlalu begitu Seojoon mengangguk atas kata terima kasih yang Irene tujukan. Membuat Seojoon menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya.

Irene berjalan dengan tergesa. Dia sempat menanyakan keberadaan Taehyung pada Seokjin, sebab nomor Taehyung sama sekali tak aktif. Dan Seokjin mengatakan Taehyung sudah kembali ke apartemen. Membuat Irene bergegas menuju unit apartemennya.

"Taehyung?! Tae, kau di sini?" Panggil Irene begitu dia memasuki apartemennya. Dia mencari Taehyung, bergerak ke sana kemari.

Namun nihil. Tidak ada Taehyung di dalam sana.

"Taehyung!" Panggil Irene sekali lagi, berteriak.

Irene lantas membaringkan tubuhnya di atas ranjang, terlentang dengan tangan yang bergerak memijat pelipisnya sendiri. Sungguh, ini benar-benar membuat kepalanya sakit.

Brakk!

Suara pintu yang ditutup begitu keras membuat Irene segera bangkit dari posisinya. Dia terduduk dan lantas menoleh pada seorang pria yang sudah berjalan melewatinya.

"Taehyung."

Tak menjawab, pria yang sejak tadi menjadi tujuannya itu terus berjalan melewati Irene tanpa berkata apapun. Dia malah berjalan menuju kamar mandi.

"Taehyung, tunggu!" Irene menahan pintu kamar mandi yang hendak di tutup.

"Kita harus bicara," tambah Irene.

Bukannya mengiyakan, Taehyung malah menunjukan senyuman miringnya, seolah meremehkan apa yang baru saja Irene minta.

"Awas, aku harus mandi," ucap Taehyung dingin.

Irene benar-benar tidak mengerti kenapa Taehyung bersikap seperti itu. Bukankah seharusnya Irene yang marah? Apa karena Taehyung sudah sadar dari mabuknya sekarang? Pria itu bahkan yang sebelumnya meminta Irene untuk berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IT'S GONNA BE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang