22. Mantan kekasih

329 47 3
                                    

Kepalanya pening, seluruh tubuhnya terasa sangat berat. Jika saja dia memiliki sayap layaknya seorang peri, mungkin Irene akan lebih memilih untuk terbang. Mungkin dengan begitu dia akan merasa ringan saat membawa tubuhnya melayang tinggi. Tidak seperti sekarang, dia bahkan merasa harus melangkah dengan paksa. Tubuh dan pikirannya terlalu lelah untuk saat ini.

Sampai pada akhirnya dia lebih memilih duduk di tengah perjalanannya. Dia sendiri tidak tahu kemana tujuannya saat ini, sebab tidak memungkinkan untuknya pulang ke apartemen yang dia tempati bersama Taehyung. Meskipun dia yakin Taehyung juga tidak akan berada di sana. Seokjin sudah pasti membawa adiknya itu pulang bersamanya.

"Irene?"

Mobil berwarna putih itu kini berhenti tepat di depan Irene yang tengah terduduk di halte bus yang ada di sana. Kaca mobil yang sedikit terbuka menunjukan wajah yang tidak asing bagi Irene.

"Seojoon?" Raut wajah terkejut Irene tunjukan di sana.

"Apa yang kau lakukan di sini? Malam-malam begini?" tanya Seojoon terlihat khawatir.

Jujur saja, Irene tidak tahu harus bagaimana dia bersikap di hadapan Seojoon. Ini pertemuan mereka setelah sekian lama, setelah mereka berdebat hingga akhirnya Irene memutuskan untuk berpisah. Sudah lama sekali sejak mereka tidak melihat satu sama lain setelah hari itu. Tapi, kenapa Seojoon harus bertemu dengannya di saat seperti ini?

"Naiklah, aku antarkan pulang," ajak Seojoon di sana.

"Tidak perlu. Aku sedang menunggu taksi," jawab Irene buru-buru.

Bukannya segera pergi setelah Irene menolak ajakannya, Seojoon justru malah mematikan mesin mobilnya, kemudian berjalan keluar untuk menghampiri Irene di sana.

"Kau gila? Bagaimana kalau orang-orang melihatmu? Aku tidak mau terlibat rumor denganmu," panik Irene. Sebelum akhirnya bangkit dari duduk dan mendorong Seojoon agar segera kembali ke mobilnya.

"Kau tidak baik-baik saja, Irene. Setidaknya, biarkan aku mengantarmu pulang. Aku tahu kau tidak sedang menunggu apapun, kebiasaan burukmu saat tidak baik-baik saja adalah menyendiri seperti ini."

Tidak salah, apa yang dikatakan Seojoon adalah benar adanya. Pria itu masih mengingatnya dengan baik.

"Masuklah, kalau kau tidak mau rumor tentangmu ramai di internet," tambah Seojoon dengan memberi kode pada Irene agar masuk ke dalam mobilnya.

Ini membingungkan untuk Irene, sungguh. Dia masih membenci Seojoon setelah apa yang terjadi di antara mereka dulu, tapi di sisi lain dia tahu bagaimana Seojoon akan tetap memaksanya. Hingga pada akhirnya, Irene hanya bisa menurut mengikuti Seojoon untuk masuk ke dalam mobilnya sebelum beberapa orang di sana sadar akan kehadiran Seojoon.

"Dimana alamatmu tinggal sekarang? Aku antarkan," ucap Seojoon bersamaan dengan mobil yang sudah dia jalankan.

"Antarkan aku ke hotel terdekat saja," jawab Irene sekenanya. Toh, dia juga memang tidak tahu harus kemana sekarang.

"Hotel? Kau yakin? Jangan katakan kau tidak memiliki tempat tinggal sekarang. Sudah kubilang kau boleh tempati apartemennya, biar aku yang pindah. Kenapa malah hilang begitu saja dan tidak bisa dihubungi?" Seojoon berkali-kali menoleh pada Irene. Jelas dia begitu khawatir pada mantan kekasihnya tersebut.

Irene menghela nafasnya. Rasanya muak saat Seojoon bersikap demikian. Pria itu bersikap seolah masih perduli padanya, padahal jelas yang dia lakukan dulu membuat dirinya hancur.

"Aku memiliki tempat tinggal. Aku tidak semenderita itu. Aku hanya sedang tidak bisa pulang malam ini," jelas Irene.

Mendengar penjelasan Irene, Seojoon lantas menghela nafasnya lega. "Syukurlah."

IT'S GONNA BE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang