2).Maafkan Kakak Rena!

8 1 0
                                    

🌟HAPPY READING🌟
***

Alvano berdiri dan keluar dari rumah Ara, ia merasa gundah gulana. Kakinya lemah berjalan sempoyongan. Ia tahu, saat ini Ara sedang dalam mode marah dan sakit hati padanya. "Apa kau tidak menyesali perkataanmu Ara?. Sekali lagi aku tekankan padamu, suatu saat aku akan mencari mu kemanapun kamu berada dan aku akan kembali padamu." Ujar Alvano meyakinkan Ara, lalu ia melangkahkan kakinya memasuki mobilnya dan melenggang pergi dari rumah Ara.

Ara menutup pintu rumahnya, ia meluapkan tangisnya yang sempat ia tahan tadi. Ia menyandarkan tubuhnya dipintu menangis terisak, hingga tubuhnya merosot kelantai dengan posisi duduk dan kedua kakinya menekuk sejajar dengan wajahnya. Kedua tangannya menutupi mulutnya, agar suara tangisnya tidak terlalu terdengar.

"Aku sangat mencintaimu Alvano, tapi disisi lain aku lelah sebab sering sakit hati karenamu..hiks...hiks." Keluh Ara.

"Kakak, kenapa kakak menangis? Aku dengar tadi kakak sedang bersama kak Vano, apa kak Vano menyakiti kakak lagi?" Tanya Rena dengan polosnya. Entah sejak kapan Rena berdiri didepan Ara. Rena mendekatkan dirinya dan memeluk Ara dalam tangisannya.

"Kakak jangan menangis, laki-laki jahat seperti kak Vano tidak pantas untuk ditangisi. Karena ia telah menyakiti kakak, membuat kakakku menangis seperti ini." Ujar Rena. Ia tau selama ini, bahwa Ara sering menangis karena Alvano. Rena sering sekali melihat pertengkaran Ara dengan Alvano, namun tidak melihatnya secara langsung, melainkan ia mengintip dibalik pintu kamarnya.

Ara tersadar ketika mendengar perkataan dari Rena. Benar apa yang dikatakan Rena, laki-laki seperti Alvano memang tidak pantas ditangisi. Apa lagi Alvano sering sekali membuat ia menangis.

Ara menghapus air matanya, mencoba melupakan sakit hati yang ia rasakan. Menenangkan dirinya dengan membalas pelukan dari Rena. "Benar katamu Rena, laki-laki seperti Alvano tidak pantas untuk ditangisi." Ujar Ara mengulang perkataan dari Rena. Senyum mengembang di bibir Ara, memperlihatkan kepada Rena bahwa ia sedang baik-baik saja saat ini.

"Bagaimana tugas sekolahmu? Apakah sudah kau selesaikan?" Tanya Ara seraya melepas pelukan Rena dan beralih memegang kedua bahu Rena.

"Sudah selesai kak, berkat kakak mengajari ku kemarin. Aku bisa menjawab tugas yang diberikan guru." Jawab Rena dengan senyum dibibirnya.

"Syukurlah kalau begitu. Sekarang sudah waktunya makan siang, apa kamu lapar Rena?", Rena menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, ayo kita makan siang."

Ara dan Rena menuju ke meja makan yang berada didalam dapur rumahnya. Mereka berdua makan siang dengan lauk dan sayur yang telah ia masak tadi pagi.

Saat mereka sedang menikmati makan siangnya, suara ketukan pintu mengagetkan mereka berdua. 'tok..tok..tok'. Ara berhenti dari aktivitas makannya, lalu ia melangkahkan kakinya menuju ke pintu depan dan membukanya.

"Paman. Silahkan paman masuk!" Pinta Ara, ternyata pamannya bersama seorang pria yang sedang mengunjungi rumahnya.

"Sebentar paman, Ara buatin minum dulu."

Beberapa menit kemudian Ara kembali dengan membawa nampan yang berisi teh dan sedikit camilan sederhana, lalu ia letakkan diatas meja.

"Bagaimana paman?" Tanya Ara.

"Silahkan kau katakan kepada keponakanku!" Pinta paman Roni kepada seorang pria yang duduk disampingnya.

"Begini nak, rumah kamu akan saya beli. Sebenarnya belum ada orang lain yang akan memebeli, akan tetapi setelah aku mendengar ceritanya dari paman mu. Jadi aku sendiri yang akan membeli rumahmu ini." Ujar pria setengah baya itu. Ara tersenyum senang mendengar perkataan pria itu.

Meraih Cinta Sang Bintang (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang