🌟HAPPY READING🌟
***"Permisi tuan, saya pergi dulu." Ucap Ara seraya menundukkan kepalanya memberi rasa hormat dan hanya dibalas senyum tipis oleh Bryan.
"Gadis yang baik." Puji Bryan lirih.
Lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari pantry.Kini Ara sudah berada diruang kerjanya dengan membawa jas Bryan yang terkena tumpahan kopi.
Ara meletakkan kopinya dimeja Rose.
"Permisi mbak, ini kopi yang mbak pesan tadi." Kata Ara lalu ia meletakkan jas Bryan di bawah laci mejanya.Rose melirik ke arah kemeja itu sinis. "Apa yang kau lakukan? Membuat kopi saja lama sekali." Tanya Rose ketus.
"Maaf mbak, tadi saya ada urusan sebentar jadi agak lama." Jawab Ara bohong, bukannya ia berniat berbohong tapi hanya saja ia malas membahas perihal tadi kepada Rose. Pasti ujung-ujungnya ocehan yang dilontarkan Rose.
'Wanita kampungan ini mencoba berbohong kepadaku.'Batin Rose.
"Oh gitu. Apa kau anggap aku bodoh mata empat?. Asal kau tau, kau tidak akan pernah bisa merebut Bryan dari aku." Kata Rose membuat bingung Ara.Ara mengernyitkan keningnya bingung, ia tidak mengerti maksud yang dikatakan Rose padanya.
"Apa maksud anda?" Tanya Ara kembali."Jangan pura-pura bodoh dan tidak tau. Jika kau sampai berani merebut dia dari aku, aku tak segan-segan akan membuat mu malu dan hidupmu hancur. Camkan itu!!." Jawab Rose dengan ancamannya.
Ara mengerutkan keningnya seraya membulatkan matanya sempurna. "Terserah anda, dan saya tidak pernah berniat merebut apapun atau siapapun dari anda." Ujar Ara dengan nada penekanan sambil mendudukkan pantatnya, lalu menyesap kopi yang telah ia buat tadi.
"Srlluuppp... Enak sekali kopi ini." Puji Ara dengan senyum tipisnya. Rose yang dari tadi melihat Ara menatap Ara dengan sinis. "Mata empat. Mana tugas yang aku berikan padamu tadi?" Tanya Rose."Oh, ini mbak. Sudah selesai semua, tinggal menyerahkannya kepada tuan Bryan dan meminta tanda tangan." Jawab Ara seraya menyerahkan map berwarna biru kepada Rose.
"Tanpa kau beri tau, aku sudah tau." Kata rose ketus. Lalu meraih map dari tangan Ara dan melenggang pergi menuju keruangan Bryan.
Jam berlalu begitu cepat. Pekerjaan Ara seudah selesai semua, dan akhirnya waktu pulang telah tiba. Ara membereskan barang-barangnya kedalam tas dan tak lupa ia mengambil jas milik Bryan yang terkena tumpahan kopi.
Ara berjalan menyelusuri lorong kantor sendirian. Sampai ia tiba di lift kantor. Ia memencet tombol lift, lalu memasukinya. Saat pintu lift akan tetertutup, seorang pria menahannya. Ara mengernyitkan keningnya, lalu menatap lekat kearah pintu lift memastikan siapa yang telah menahan pintu lift.
"Oh anda tuan." Sapa Ara. Pria yang disapa Ara membalasnya dengan senyum tipisnya.
"Bagaimana perkajaanmu hari ini? Apakah ada kesulitan?" Tanya pria itu.
"Tidak tuan Bryan, sama sekali tidak." Jawab Ara."Bagaimana dengan anda?" Lanjut Ara bertanya.
"Hari yang melelahkan."
"Pasti pekerjaan tuan Bryan sangat berat dan sulit ya?" Tanya Ara lagi.
Bryan menggelengkan kepalanya pelan. "Lalu?" Tanya nya lagi. "Hanya saja aku merindukan seseorang." Jawab Bryan singkat.
Lift sudah berhenti, pintunya pun terbuka. "Pasti kekasih anda ya?" Tanya Ara memastikan.
"Bukan. Tapi seseorang yang sangat spesial dan sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya." Jawab Bryan gamblang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Sang Bintang (HIATUS)
FantasyTerlahir dari keluarga pas-pasan memaksa Deara Pramitta atau Ara berjuang mati-matian sendiri untuk menghidupi dirinya dan adiknya. Semenjak meninggalnya kedua orang tuanya 1 tahun yang lalu karena kecelakaan. Bebannya semakin meningkat karena begit...