7).Pertemuan Pertama

14 2 0
                                    

🌟HAPPY READING🌟
***

Ara membalas uluran tangan dari Diana dan tersenyum tipis. "Nama saya Deara Pramitta, panggil saja Ara. Senang berkenalan dengan anda nyonya Diana." Balas Ara.

"Maaf nyonya, saya permisi dulu. Ada kepentingan mendadak." Dusta Ara, padahal Ara menahan sakit di tubuhnya karena luka. Ia akan pulang ke rumahnya untuk mengobati lukanya.

"Tapi nak, apa lain kali kita bisa bertemu lagi, seperti makan malam gitu?" Tanya Diana.

"Bisa kok nyonya." Jawab Ara dengan senyum simpulnya.

"Berikan nomer kamu!" Pinta Diana menyodorkan ponsel miliknya. Ara pun meraih ponsel dari tangan Diana dan mengetik nomer ponselnya. "Ini nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Kata Ara mengembalikan ponsel Diana dan berpamitan. Lalu ia melenggang pergi meninggalkan Diana yang tengah menatapnya dengan senyum yang mengembang.

"Anak yang baik." Puji Diana lirih, ia pun memasuki mobilnya dan melenggang pergi.

Saat didalam mobil Diana mengingat kembali wajah wanita yang tanpa sengaja ia tabrak tadi. "Wanita itu cantik." Gumamnya.

"Tunggu... tunggu... Wajahnya sepertinya tidak asing, aku seperti pernah bertemu denganmya tadi dimana." Gumamnya lagi.

***
Apartemen

"Aa..aauuu, sakit Sintya." Keluh Ara, luka-luka bekas Ara tertabrak sedang di obati oleh Sintya.

"Makanya kalau jalan itu hati² Ara. Lagian kau sendiri, sudah tau di jalan raya malah main ponsel." Gerutu Sintya memarahi Ara.

Sedangkan Ara hanya merengut dan meringis sakit ketika Sintya mengobati lukanya yang ada dilutut. "Aku kan juga tidak tau kalau bakalan begini Sintya." Celetuk Ara.

"Lain kali, kau jangan main ponsel ketika berjalan. Untung saja nyonya yang menabrakmu langsung mengerem mendadak. Kalau tidak, mungkin kau sudah berbaring di ranjang rumah sakit." Ujar Sintya menasehati Ara.

"Kau mendoakan aku, begitu?" Tanya Ara tak terima mendengar perkataan dari Sintya.

Sintya mendenguskan napasnya kesal "Tidak Ara, aku ini hanya menasehati mu saja. oh astaga." Jawab Sintya membulatkan matanya. "Besok kau jangan berangkat bekerja dulu, izin saja ke pada bosmu!" Kata Sintya yang masih mengolesi luka Ara dengan betadine, lalu ia tutup menggunakan kasa.

Ara mendenguskan napasnya pelan. "Tidak...tidak. Aku masih 2 hari kerja disana, bagaimana bisa aku langsung izin begitu saja. Lagian luka-luka ini tidak terlalu parah." Tolak Ara.

"Beneran kau tidak apa-apa Ara, luka mu yang ada di siku dan lutut lumayan parah lo. Jika kau tadi tidak langsung mengobatinya mungkin bisa menimbulkan infeksi." Ucap Sintya.

"Iya Sintya, lagian hari ini aku membuat kesalahan besar." Kata Ara, raut wajahnya berubah masam dan terlihat sedih.

"Kesalahan?" Sahut Sintya.

"Iya, berkas untuk bahan meeting yang aku buat tadi pagi ada banyak kesalahan didalamnya. Padahal saat aku mengerjakannya tidak ada sedikitpun kesalahan, bahkan aku sudah berulang kali meneliti dan memastikannya. Tapi saat tuan Bryan bos aku menyerahkan berkasnya kepada kolega yang bekerja sama di perusahaan, entah kenapa banyak lembaran file didalamnya yang salah. Tidak hanya satu lembar, tapi sepuluh lembar banyaknya. Dan didalam lembaran itu berisi persetujuan kerjasama antar perusahaan yang sangat penting. Sebab kesalahan itu, tuan Bryan dibuat malu saat rapat. Tapi...." Jelas Ara ucapannya terhenti saat ia menceritakannya kejadian tadi di kantor, karena ia tak kuat menaham tangisnya mengingat kejadian tadi, saat Ara di marahi di ruang rapat.

Meraih Cinta Sang Bintang (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang