Eighteen

290 63 10
                                    

Bantal melayang dan mendarat tepat pada wajah wanita yang sedang terbengong-bengong melihat Kapten Chen memeluk seorang pemuda dengan plester bergambar kelinci pada pipi dan juga dahi. Luapan emosi tersalurkan dengan sangat cantik hingga kotak makan pada genggaman sang wanita jatuh pada lantai dan menimbulkan bunyi yang sangat keras.

"A-Ding, jangan berisik! Ini masih pagi!" Chen Yu menarik pinggang pemuda bergigi kelinci itu hingga keduanya menempel sangat erat. Sepupu Liu Haikuan membelalakkan mata, menutup mulut dengan kedua telapak tangan sambil berjingkrak-jingkrak seperti baru saja mendapat hadiah berupa kue moci satu panci. Ah, mungkin lebih dari itu.

Wanita itu duduk pada tepian ranjang, mendekat ke tubuh Kapten Chen yang sedang memunggungi, dan memberikan tatapan berbinar pada pemuda manis pemilik tahi lalat di bawah bibir itu. Sepupu Liu Haikuan menepuk-nepuk pipi, memegangi dada seraya mencoba menetralkan napas.

"Apa kalian berdua sepasang kekasih? Ayolah! Katakan, katakan, katakan!" Wanita itu menggeser duduk sampai menempel pada punggung Chen Yu hingga pemuda tampan dengan luka gores pada pipi itu melenguh karena tidur nyenyak bersama dengan sang kekasih telah terganggu.

Cai Ding masih tidak paham dengan ekspresi yang diberikan oleh wanita di hadapannya. Netra pemuda manis itu mengerjap-ngerjap, mencubit pipi Kapten Chen hingga pemuda tampan itu terbangun. Perwira polisi itu mendudukkan diri secara perlahan dan mempergunakan kedua tangan untuk menyangga tubuh.

"Biarkan aku istirahat sebentar lagi, oke?" Kapten Chen yang masih setengah mengantuk, mengusap kepala Cai Ding dengan lembut dan mendaratkan ciuman pada bibir dengan sedikit memberikan gigitan gemas hingga suara seorang wanita tengah berdeham dari arah belakang membuat Kapten Chen melepas tautan bibir pada sang kekasih.

"Ish! Kalian ini, membuatku iri!" Wanita itu memukul bahu Chen Yu. Ia tersenyum miring sambil melihat kedua pemuda di hadapannya secara bergantian. Niat untuk mengajak sarapan sang rekan kerja, harus berakhir dengan melihat adegan mesra. Pemuda tampan pemilik netra sewarna malam itu menggaruk tengkuk, lalu beranjak dari tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Perwira polisi tersebut meninggalkan sang kekasih dengan si rekan kerja agar mereka lebih mengenal satu sama lain sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman karena rasa cemburu yang berlebih.

Pintu kamar mandi tertutup setelah Chen Yu berada di dalamnya. Menyisakan kamar dengan dua manusia berbeda gender yang saling adu tatap. Rasa penasaran dan ingin bertanya, menyambangi pemikiran Cai Ding. Ia merapikan tatanan rambut dan juga baju yang berantakan karena sejak kejadian mengerikan yang menimpa Cai Ding.

"Jadi? Kalian sungguh berpacaran?" Nada dingin dan tidak terlihat ramah terasa menusuk indera pendengaran Cai Ding yang sedang memberikan seulas senyuman tulus pada wanita di hadapannya. Liu Yifei tersenyum remeh seraya menelisik penampilan pemuda pemilik tahi lalat di bawah bibir tersebut sambil bersedekap serta bahu bersandar pada kepala ranjang.

Angkuh dan juga terkesan meremehkan. Tatapan mata mengintimidasi. Raut muka penuh ketidaksukaan sangat terlihat jelas. Secara perlahan, Liu Yifei memulai pembicaraan. Ia mengatakan banyak hal tentang tujuan wanita itu memilih bekerja bersama dalam satu kantor dengan Kapten Chen. Sebuah kejujuran yang membuat hati Cai Ding kian panas ketika mendapati perlawanan secara terang-terangan.

"Aku menyukai Kapten Chen lebih dari apa yang kamu pikirkan, Cai Ding!" Liu Yifei beranjak dari duduk, meninggalkan kamar Chen Yu dan berpamitan pada pemuda tampan yang sedang bertelanjang dada seraya mengusap kepala dengan handuk kecil. Rasa tidak suka dan juga cemburu menyeruak hingga tanpa berpikir dua kali, pemuda manis itu beranjak dari pembaringan dan memeluk tubuh Chen Yu yang sedikit basah.

Liu Yifei memberikan senyuman palsu lalu keluar kamar tanpa menunggu jawaban Chen Yu ketika wanita tersebut tengah berpamitan. Pintu ditutup secara kasar, menjadi pengiring isakan Cai Ding atas sesuatu yang membuat hati dan juga pikiran pemuda manis tersebut tidak tenang.

"Hei, apa kalian bertengkar?" Chen Yu berusaha melonggarkan pelukan Cai Ding, tetapi pemuda manis itu justru memeluk tubuh sang kekasih kian erat. Tangis terdengar lebih kencang. Serupa anak kecil yang kehilangan permen ataupun mainan hingga terlampau berlebihan dalam mengeluarkan air mata. Chen Yu melempar handuk pada sofa yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri, lalu membopong sang kekasih, membawa pada ranjang yang semalam mereka tempati untuk bercengkerama.

Beberapa masa terlampaui dan tangis Cai Ding, pun mereda. Pemuda manis itu menyadarkan kepala pada dada sang kekasih seraya mengusap bekas-bekas lelehan beking pada pipi. Ia mendongak, menatap pada wajah tampan Chen Yu sang terlihat serius ketika menggunakan ponsel pintar di tangan. Sebuah keisengan terlintas begitu saja. Jemari pemuda itu terulur dan memberikan cubitan-cubitan kecil pada leher pemuda pemilik netra setajam elang itu.

Chen Yu yang merasa terusik, menggerak-gerakkan kepala sambil menyingkirkan jemari Cai Ding yang semakin usil. Ia mencubit hidung pemuda itu lalu meletakkan ponsel pintar pada nakas. Hampir seharian bersama, perwira polisi tersebut baru menyadari jika sang kekasih belum satu kali pun menyentuk air. Ia berpura-pura menutup hidung, seolah-olah merasa terganggu dengan bau badan si pemilik netra kecokelatan.

"Kamu belum mandi sejak semalam, A-Ding! Cepat bersihkan dirimu atau aku yang akan melakukannya dengan caraku!" Chen Yu sedikit mengancam. Putra Nyonya Cai memundurkan kepala seraya menyilangkan keduanya tangan di depan dada. Kepala menggeleng secara cepat, antara tidak ingin membasahi tubuh dengan air ataukah takut jika berjauhan dengan sang kekasih.

"Mandikan! Bayi besar ini ingin Gege yang memandikan!" Raut muka dibuat sememelas mungkin. Pemuda tampan yang sedang melihat kearahnya sampai terbahak hingga menepuk permukaan kasur secara  berulang. Ia menyambar tubuh pemuda manis itu dan menggendong seperti karung beras, memasuki kamar mandi dan melakukan aktivitas yang seharusnya.

"Jangan salahkan aku jika sampai lepas kendali, A-Ding!" Pintu kamar mandi di tutup dengan kencang. Teriakan dan juga kekehan memenuhi kamar mandi bersamaan dengan kegiatan pendukung yang lainnya.

*****

Sore merajai. Cai Ding masih tidak mau beranjak dari pangkuan Chen Yu. Keras kepala karena rasa cemburu, membuat pemuda manis itu enggan untuk beranjak dari kamar hotel. Chen Yu merasakan sesuatu yang tidak biasa pada sang kekasih. Ia berusaha meminta penjelasan, tetapi selalu berakhir dengan gelengan pada kepala. Ada sesuatu yang terlihat mengusik sanubari hingga Cai Ding manjadi lebih kekanakan dari sebelum-sebelumnya.

"Chen Ge, aku akan bersikap baik. Biarkan aku menunggu Chen Ge sampai selesai. Aku tidak akan mengganggu, sungguh!" Cai Ding memohon. Ia benar-benar takut jika Liu Yifei melakukan hal yang tidak waras hingga sang kekasih harus mendapatkan getah atas sesuatu yang tidak pemuda tampan itu duga. Cai Ding mengutarakan ketakutan atas kedekatan Kapten Chen dengan sepupu Haikuan.

"Sebenarnya apa yang membuatmu begitu sangat ketakutan, A-Ding?" Chen Yu menurunkan Cai Ding dari pangkuan dan memberikan sedikit jarak agar mereka lebih leluasa ketika tengah saling bicara. Namun, sebuah hal mengerikan tiba-tiba membuat Netra Cai Ding membola dan hampir saja melompat keluar.

"Sepeti ini, mungkin!" Sebuah ciuman mendarat pada bibir Chen Yu dan membuat Cai Ding murka pada saat itu jaga.

"Menyingkir dari kekasihku! Wanita gila!"

TBC.

Cai Ding (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang