Five

362 73 7
                                    

Cai Ding duduk di atas motor besar milik Kapten Chen Yu sembari menikmati satu bungkus keripik kentang berukuran besar. Sepertinya, pemuda bergigi kelinci itu memiliki selera makan yang lumayan banyak.

"Kenapa melihatku seperti itu!" Cai Ding menatap pemuda bermata elang itu seraya memberikan satu keripik kentang ke arah Kapten Chen Yu. Siapa tahu pemuda tampan itu ingin meminta, tetapi hanya malu untuk mengatakan.

"Untukku?" Jari telunjuk Kapten Chen menunjuk hidungnya sendiri seraya tersenyum. Cai Ding mengangguk seperti anak anjing dengan mulut penuh keripik.

"Suapi aku," pemuda pemilik luka di pipi itu meminta sambil membuka mulut agar Cai Ding menyuapinya.

"Mau atau tidak?!" Cai Ding menarik kembali uluran tangan yang memegang keripik dan memasukkan ke dalam mulutnya, mengabaikan kekehan Kapten Chen Yu yang ditujukan untuk pemuda berponi sebatas alis itu.

"Katakan!" Perwira polisi itu menaiki motor, menghadap ke arah pemuda manis itu tanpa permisi hingga Cai Ding sedikit tersentak dibuatnya. Bungkus keripik di tangan hampir saja terlepas. Cai Ding reflek memukul lengan pemuda bermata elang sembari mengomel tidak keruan.

"Jangan berbuat ulah, Chen Yu Gege! Aku hampir saja terjatuh!" Cai Ding sedikit memundurkan duduknya dan melanjutkan kembali mengunyah keripik kentang di pelukan.

"Dengar dulu," Kapten Chen meminta.

"Apa?!" Cai Ding menjawab sarkas.

"Apakah aku sangat menyebalkan?" Pemuda dengan luka gores di pipi itu mengulurkan tangannya yang sudah gatal karena melihat pipi pemuda itu seperti ikan. Ia mencubit sedikit keras hingga Cai Ding memekik.

"Ini sakit! Ish!" Pemuda bergigi kelinci itu menepis tangan Kapten Chen Yu seraya merengut. Ia kesal karena pemuda bermata elang itu mengganggu kegiatan menyenangkan yang sedang ia lakukan. Ia melihat sekilas ke arah pemuda di hadapannya, lalu memalingkan muka. Ia hanya tidak tahu harus menjawab apa. Pertemuan singkat yang berujung makan hotpot serta pangsit hangat, membuat Cai Ding seperti orang bodoh karena menuruti permintaan Kapten Chen Yu.

"Aku hanya tidak tahu harus menjawab apa, Chen Ge." Cai Ding merengut, menghentikan acara memakan keripik seraya menyerahkan kepada pemuda di hadapannya lalu berniat untuk turun dari motor.

"Aku ingin turun. Sudah malam. Terima kasih untuk botol airnya." Cai Ding tersenyum. Namun, sedetik berikutnya ia terbengong mendengar kalimat yang keluar secara mendadak dari bibir pemuda tampan di depannya.

"Mau menjadi kekasihku?" Kapten Chen tersenyum miring, tangannya menggenggam jari Cai Ding yang sedang menempel di jok motor, seperti seseorang yang sedang ancang-ancang untuk melakukan lompat jauh. Ia terbengong beberapa saat hingga ciuman di pipi menyadarkan Cai Ding dari keterkejutannya. Ia menoleh sembari melotot ke arah Kapten Chen Yu yang entah sejak kapan sudah mengubah posisi duduknya hingga menghadap ke arah depan.

"Yak!" Cai Ding berteriak. Ia memukul-mukul bahu Kapten Chen Yu.

"Keripik kentang sudah aman di tas. Sekarang pegangan yang kencang, oke?!" Pemuda tampan itu memutar kunci agar mesin motor besarnya segera menyala dan mengendarai dengan kecepatan sedang, tidak peduli dengan pemuda manis di jok belakang yang masih aktif memukul bahunya.

"Turunkan aku!" Cai Ding masih memukul.

"Setelahnya, kamu akan menjadi santapan harimau lapar yang baru saja menghabiskan satu botol arak!" Kapten Chen berucap tegas. Setelahnya, ia tidak lagi mendengar atau merasakan pemuda yang sedang membonceng di belakang mengamuk sepeti tadi.

Kapten Chen merasakan sepasang lengan melingkar di perutnya dengan kepala menempel di punggung. Sepertinya, pemuda bergigi kelinci itu sudah lebih tenang.

Angin malam berembus, menerpa helaian rambut Cai Ding yang sewarna arang. Ia memeluk tubuh pemuda yang sedang fokus di jalanan itu erat, membuang rasa malu karena ia sudah terlalu lelah untuk berdebat.

"Cai Ding, sudah sampai." Kapten Chen Yu menyentuh lengan pemuda manis itu dan menoleh ke belakang.

"Iya, aku tahu!" Cai Ding menegakkan tubuh dan melepas pelukannya di tubuh pemuda singa itu, beranjak turun seraya berpegangan pada bahu Kapten Chen.

"Apakah sangat nyaman? Sampai-sampai tidak menyadari kalau sudah sampai." Kapten Chen tertawa. Ia mengusap rambut Cai Ding yang sedikit berantakan. Pemuda manis yang menerima perlakuan dari pemuda tampan pemilik senyum menawan itu hanya berdecak.

"Kembalikan keripikku!" Cai Ding meminta. Telapak tangannya menghadap ke atas dengan jemari yang bergerak-gerak seraya meminta makanan ringan kesukaannya.

"Besok aku akan menjemputmu. Tunggu aku di depan gang. Jangan sembarang berlari apa lagi sampai terjatuh seperti tadi pagi." Kapten Chen mengucapkan kalimat panjang dengan raut muka serius. Untuk kali ini, sepertinya ia tidak main-main.

"Cerewet! Sini, keripik kentangnya!" Cai Ding merampas keripik dari tangan Kapten Chen sembari menjulurkan lidah. Namun, sebelum pemuda bergigi kelinci itu meninggalkan Kapten Chen, tangannya sudah terlebih dulu di tarik hingga dahinya menempel di bibir pemuda singa itu.

"Selamat malam, A-Ding." Perwira polisi itu tersenyum miring, memasukkan tangan ke saku celana Cai Ding dan mengambil telepon genggam milik pemuda manis itu.

"Yak, kembalikan! Kamu ini maling atau apa?!" Kapten Chen tidak peduli. Ia mengetikkan nomor ponsel miliknya dan memencet tombol hijau agar tersambung dengan nomer milik perwira polisi itu.

"Sudah, terima kasih, Kelinci Nakal." Pemuda singa itu mencium pipi Cai Ding sekilas dan meninggalkan pemuda manis yang masih terbengong-bengong karena mendapatkan perlakuan manis dari pemuda yang baru saja ia kenal.

"Mama! Pipiku tidak suci lagi!"

Tbc

Cai Ding (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang