Tangan Ian sudah puas menyusuri tubuh kekasihnya, pagutan kedua bibir mereka semakin menuntut. Bibis Ian turun mencecap leher jenjang Karin membuat siempunya mendesah nikmat.
Kepala Ian semakin ditekan agar lebih kuat menyecap gundukan kembar miliknya, alhasil kepala Karin menengadah keatas menikmati sentuhan itu.
"Emh..,Ayolah Andres, aku ingin melakukannya, kenapa kau selalu menolakku, hm..?" Nafas mereka bersahut naik turun dengan berat.
"Menikahlah denganku, agar kita lebih leluasa melakukannya. Tapi kau selalu berkata tunggu, hm..!"
Karin turun dari pangkuan Ian dan memungut kemejanya kemudian memakainya. Merapikan rambut dan make upnya yang berantakan akibat cumbuan yang gantung tadi. Raut kesal diwajahnya menunjukkan mood yang benar benar hancur.
"Andres! Aku masih mau fokus dengan karirku! Jika kita menikah akan sulit menerima kontrak kerja yang besar! Apalagi memiliki anak, membuang-buang waktuku. Badanku akan memelar dan tidak seksi lagi. Semua tawaran kerjaku akan lenyap begitu saja!"
"Kita bisa menunda memiliki anak sayang, yang penting aku sudah memilikimu seutuhnya. Jika seperti ini aku tidak mungkin melakukannya. Yang tadi saja sudah dianggap khilaf sayang,"
"Andres, 5 tahun kita menjalin hubungan kau tidak pernah sama sekali melakukannya bersamaku, apa kau jijik denganku karena diriku sudah dipakai?"
"Bukan sayang, aku tidak jijik, aku mencintaimu apa adanya, makanya aku ingin memilikimu seutuhnya dengan benar. Aku sangat ingin melakukannya denganmu, tapi saat kita sudah menikah" jelas Ian dengan lembut.
"Andre, kau tau perasaan ini semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Kau tak pernah memuaskan aku dan kau tidak pernah membiarkan aku mekaukan lebih.
Aku juga semakin risih dengan bekas bekas ditubuhmu itu, semakin lama semakin banyak, kau bodoh atau apa? Ini yang buat aku pikir 10 kali buat menikahi mu! Bagaimana nasibku menikah dengamu yang selalu melukai dirinya sendiri tanpa sebab, siapa yang tahu kalau kau juga akan menyakitiku tanpa sadar! Sembuhkan dirimu, baru kau melamarku!"
"Sayang, kamu baru saja bilang 'kau', itu kasar!. Dan soal bekas ini aku ga tau kenapa terus bertambah, jika aku terbangun a-aku merasakan pedih dan sakit dan sudah diperban. Kalau soal memuaskan dirimu aku akan lakukan setelah kita menikah sayang! Kamu pikir aku tidak kesusahan saat menahan gairahku!?" Ian mencoba menenangkan Karin
"Dan satu lagi Andres!, Ibumu selalu menolakku, kau juga tau itu. Aku sudah berusaha mengambil hatinya, sama sekali tidak berhasil. Ibumu selalu saja menyebutkan dirinua sudah menyiapkan istri yang cocok untukmu!. Kau sakit dan Ibumu menolakku.Bisa dibayangkan penderitaan apa yang akan terjadi bila mendampingi mu!" Karin semakin emosi.
"A-aku akan bicara dengan Ibuku, aku akan menolak calon yang dipilihnya, aku yakin. Aku akan sembuh jika kamu mau mendukungku. Aku tidak akan menikah dengan wanita lain selain dirimu sayang. Alasanmu yang menolak menikahiku tidak pernah logis sayang,"
"Sudahlah,percuma debat denganmu,aku pergi!" Ucap Karin dengan muak
Karin melangkah keluar ruangan tidak mendengarkan suara Ian memanggilnya.
Menyisakan Ian yang menggeram dan sudah menggelap mata. Ia berdiri dari tempat duduknya menuju kamar istirahat pribadinya. Membuka nakas dan mengambil benda kecil tajam, membawa benda itu ke toilet yang ada dikamar itu.
Kali ini ia benar benar hilang kesadaran, ia akan melukai dirinya. Pagi ini cukup menyakiti hatinya dan membebankan pikirannya.
Tadi pagi sebelum berangkat kerja, Ibunya menanyakan kejelasan hubungannya dengan Karin. Dibumbui kalimat pedas untuk penilaian kekasihnya itu. Membandingkan kekasihnya dengan wanita pilihannya Ibunya tapi ibunya sendiri bingung dimana dan bagaimana keadaan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uh, Hm It's Hurt (hiatus Bentar)
RandomAdult story!!! Ela berhasil kabur dari toxicmarriage yang membelenggunya, dan saat ini belajar melupakan derita itu... Ela yang berstatus janda ini menerima bujukan bibinya untuk menikah dengan anak sahabatnya. Karena trauma dengan pernikahannya du...