Rules

138 29 5
                                    

Prankhhhhk....

Satu-satu barang di apartemen Ian menjadi sasaran kambuhnya. Benar, ia kambuh akibat tekanan pernikahan yang dipaksakan kepadanya. Bingung bagaimana dirinya menjelaskan ke kekasih hatinya. Kabar rencana pernikahannya sudah tersebar diinternet.

Langkahnya mengarah kekamar,masuk dan menutup pintu, tidak lupa dikunci agar tidak ada yang mengganggu.

Ian mulai mencari benda mini yang menjadi alat pelampiasannya selama ini. Namun, sesaat kemidian kesadarannya kembali dengan sungging dibibirnya.

Tok tok tok tok

"Tuan, jangan lukai diri anda! Cobalah untuk berfikir jernih Tuan! Saya akan bantu menjelaskan kembali dengan Tuan besar"

Suara diluar semakin heboh karena Ian tak kunjung keluar.

"Tuan!Tuan! Buka pintu kamar in! Saya mohon Tuan jangan lakukan yang tidak-tidak didalam sana! Tuan! Dalam hitungan kelima pintu ini tidak dibuka saya akan dobrak Tuan! Satu,Dua-"

Klek

"Arkan, atur pertemuanku dengan janda itu hari ini,secepatnya!" Arkan berfikir sebentar memecahkan kebingunganya, siapa si janda yang dimaksud ,batin Arkan

"Baik! Tapi, Sijanda mana yang Tuan maksud?Dan,Tuan tidak apa apa kan?"

"Aeera, wanita yang mau dinikahkan denganku,atur pertemuan dengannya hari ini! Lalu suruh Pak Rom bersihkan pecahan vas itu"

"Siap, pertemuan akan saya siapkan, Tuan bisa bersiap"

Ian kembali masuk ke kamarnya membuat sesuatu yang dia rencanakan tadi.

*******

"Ela, ada yang menunggumu diluar"

"Siapa Bi?"

"Sekretarisnya Ian, dia bilang kalo Ian ingin bertemu denganmu malam ini, cepatlah bersiap siap Ela! Dandanlah yang cantik untuk calan suamimu!"

Namira mengerlingkan matanya menggoda Ela yang wajahnya sudah bersemu merah. Ela berlari kekamarnya untuk mengganti baju. Ela keluar dengan gaun selutut bewarna nude. Gaun itu melekat pas ditubuh rampingnya dan polesan natural dilukiskan diwajahnya.

"Wah, Bibi yakin Ian bakal jatuh cinta denganmu Ela. Keluar sana, Sekretaris tampan itu sudah menunggu lama!"

Ela mengecup pipi Namira dan melenggang keluar menyusul Arkan yang sudah bersandar  dipintu mobil sedan hitam. Yang semula menatap jam tangannya pandangan Arkan teralih pada sosok cantik yang sedang menghampirinya. Seakan dikunci oleh satu objek, mata Arkan tidak bisa lepas menyusuri tubuh wanita didepannya.

Cantik, Kalau Tuan membuang wanita ini demi kekasihnya sekarang beliau bakal menyesal seumur hidup dan aku akan membawanya kerumahku untuk kujadikan istri. Astaga apa yang kupikirkan! batin Arkan.

"Hmm, apakah kita jadi pergi T-tuan?"

"A-a Iya, jangan sebut saya Tuan, Nona! Panggil saja dengan nama saya, Arkan"

Arkan membuka pintu mobil mewah itu dan melihat Ela, Ela yang mengerti maksudnya masuk kedalam. Arkan menyusul,dan duduk dibelakang kemudi. Mereka pergi meninggalkan halaman berukuran 10m x 4m itu.

********

"Kita sudah sampai Nona, Tuan Ian menunggu di private room. Pelayan restoran disana akan mengantar Nona, bilang saja atas nama Arkan dengan reservasi private room. Saya hanya bisa menemani Nona sampai disini. Permisi"

"T-tapi, ..terima kasih"

Belum sempat bertanya Ela sudah ditinggalkan sendiri di depan restoran mewah itu. Ela masuk restoran kemudian melakukan instruksi Arkan tadi dan benar saja pelayan restoran itu langsung mengantarkan Ela ke tempat yang Ian. Ela sudah berdiri di depan pintu ruangan private itu. Ia merapikan pakaiannya dan menghirup nafas dalam-dalam kemudian melepaskan untuk membuang segala kegugupannya yang ia pikirkan sedari tadi saat di mobil.

Uh, Hm It's Hurt (hiatus Bentar) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang