[Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri sesudah / sebelum membaca ya^^]
Author POV
Mashiho terbangun dan menatap sekitar dengan bingung. Ruangan serba putih ini membuatnya pusing. Ditambah lagi bau obat obatan yang menusuk hidung membuatnya ingin mengeluarkan isi perutnya.
Ia membelakkan matanya dan menyingkap selimut. Berjalan tergesa gesa menuju toilet dan segera memuntahkan isi perutnya. Mashiho mematung. Namun belum sempat ia mencerna semua yang terjadi, ia kembali memuntahkan isi perutnya. Badannya seketika lemas.
Darah.
Rumput.
Tanah.
Dan CACING!
Hell?! Batin Mashiho. Ia segera mencuci mulutnya. Sangat jijik melihat apa yang ia muntahkan tadi. Setelah menarik tuas kloset berkali kali, ia keluar dari toilet dan terduduk lemas di lantai.
"Lah iya" ucapnya saat melihat beberapa tetesan darah di lantai. Sepertinya kepalanya tadi sempat terbentur pintu kamar mandi sehingga luka jahitan dikepalanya yang sudah mengering itu kembali terbuka. Begitu juga di tangan dan kakinya karna dia cukup banyak bergerak.
Padahal harusnya itu sudah kering dan sembuh total.
Tes
Tes
Tes
Darahnya terus menetes ke lentai. Mashiho baru ingat kalau dia ada disini karna kecelakaan. Matanya melirik ke atas meja disamping ranjang. Untung ponselnya ada disana.
20 Agustus 2021
21.51 KSTMashiho melongo. Mashiho kira ia cuma pingsan beberapa hari. Tapi melihat tanggal yang tertera, itu tandanya sudah berbulan bulan ia....koma?
Sret
Pintu ruangan tempat Mashiho dirawat digeser. Seorang perawat dengan pakaian baby pink terkejut melihat Mashiho duduk di lantai dengan wajah bingung.
"Wah, anda sudah sadar!" Pekiknya senang. Ia membantu Mashiho duduk di atas bangsal dan membersihkan luka Mashiho yang kembali berdarah. Setelahnya, ia kemudian sibuk bertanya tentang kondisi yang dialami oleh pasien di hadapannya itu.
"Aku tadi muntah" ujar Mashiho. Tangan perawat itu dengan sigap menulis apa yang dikatakan oleh Mashiho.
"Darah, tanah, rumput dan cacing" lanjutnya. Perawat itu
mengerutkan keningnya."Maaf?"
"Aku tadi memuntahkan darah, tanah, rumput dan cacing" Ulang Mashiho. Perawat itu terlihat kaget. Menatap Mashiho aneh dan segera bergegas keluar dengan dalih ingin memanggil dokter. Mashiho menatap kosong pintu yang baru saja ditutup perawat tadi dengan tergesa.
Waktu yang sama, di tempat yang berbeda
Lelaki berambut coklat itu perlahan mulai menggerakkan jari jari pucat miliknya. Membuat wanita paruh baya yang setia disampingnya itu berteriak memanggil dokter.
Pria berambut putih dengan jas kebesaran miliknya langsung masuk dan memeriksa keadaan lelaki itu.
"Ini keajaiban, nyonya. Anak anda benar benar selamat tanpa mengalami cacat sedikitpun" ucap dokter itu setelah hampir setengah jam memeriksa laki laki yang masih terbaring lemah diatas bangsal.
"Terima kasih dokter"
"Sama sama, kalau begitu saya permisi" dokter itu keluar dari ruangan. Sementara wanita paruh baya yang mengenakan setelan mahal itu langsung menghampiri anaknya.
"Hikun..." panggilnya lirih. Air matanya terus menetes karna terlampau bahagia melihat anaknya bangun dari tidur panjangnya.
"Berapa lama aku koma?" Tanya Laki laki yang dipanggil Hikun itu dengan suara serak dan tidak jelas karna masih ada selang yang menutupi mulutnya.
"Hampir satu tahun. Kau tau, nak? Setiap hari ibu mendoakanmu, berharap tuhan masih berbaik hati dan tidak mengambilmu dariku" oceh sang ibu sambil mengelus kepala anaknya dengan sayang.
"Ibu" panggil lelaki itu.
"Ya sayang? Ada apa?"
"Dimana Mashiho?"
"Mashiho?" Ulang Nyonya Hamada memastikan. Lelaki itu mengangguk.
"Siapa itu Mashiho, Hikun? Ibu tak tau kau punya teman yang berasal dari Jepang juga" balas Nyonya Hamada. Lelaki itu termenung. Ibunya benar. Mungkin saja, kan kalau pemuda pendek di dalam ingatannya itu hanya bunga tidur nya?
"Sebaiknya kau beristirahat Hikun. Sebelum waktu makan nanti perawat akan datang dan mengeluarkan selang itu dari mulutmu" ujar ibunya. Lelaki itu mengangguk patuh. Matanya kembali terpejam. Sambil memikirkan, "jadi semua yang aku lalui itu hanya mimpi?"
-jodohnyafullsun