8. Sorban

342 23 1
                                    

Normal pov...

Siang ini Ara baru selesai mencuci baju, karena cuciannya yang sangat menumpuk dan ia sekarang tengah menatap tempat jemuran yabg sudah penuh dengan pakai santri yang lain.

" harus jemur di mana nih? Penuh lagi " guman Ara sambil menatap tempat jemuran yang penuh.

" Ara, kamu ngapain bengong?"

" eh.. Ning Nisa , sata mau jemur baju tapi tempatnya penuh" yang menegurnya ternyata Ning Nisa.

" ya udah jemur di ndalem aja dan enggak usah malu, santai aja, abi sama umi nggak akan marah kok" ucap Ning Nisa.

" ayo!" Ara mengikuti Ning Nisa ke ndalem dan Ara menjemur pakaiannya di atap ndalem yang di buat kusus untuk jemur pakaian.

" kamu tenang aja nggak akan ada yang marahin kamu kok" kata Ning Nisa yang tahu kalau Ara sedang kawatir.

" iya ning"

" aku turun dulu ya Ra" Ning Nisa pun turun meninggalkan Ara sendirian di sana.

Ara kembali melanjutkan menjemur pakaiannya sambil bersenandung ringan.

***

Gus Fauzi pov...

Aku melangkahkan kakiku ke tempat jemuran, tadi pagi aku nyuci sekarang pasti udah kering.

" kenapa ada sarung bunga bunga?" Gumanku saat melihat sarung bunga bunga khas santri putri.

" ya bisalah kan itu punya aku" tina tiba ada syara yang terkesan ketus dan kesal.

" kamu kok bisa ada di sini?" Ternyata dia adalah Ara.

" ya kan aku dj bolehin ke sini " ia menjawab sambil mengambil bebrapa pakaian yang aku yakini itu pakaiannya.

" kamu kok bisa jemur di sini? Ink kan kusus keluarga ndalem" tanyaku.

Tanpa menjawab dia pergi, mungkin terkesan tidak sopan tapi aku... suka. Apa dia masih marah sama kejadian di grebek waktu itu?

Dari pada aku memikirkan itu aky mengambil baju baju ku dan segera menyetrikanya. Aku tidak suka jika harus di cuci dan di setrika abdi ndalem, mungkik kebiasaan dari dulu.

" ngantri nyetrika juga?" Tanyaku saat melihat Kak Ariz nungguin Mbak Nisa nyetrika dan Kak Ariz megangin bajunya.

" ya gitu, mbak buruan!! Telat ngampus nih!!" Omel Kak Ariz pada Mbak Nisa.

" udah nih... udah selesai" setelah mengatakan itu Mbak Nisa pergi sambil membawa baju bajunya.

" pada kumpul ngapain?" Tiba tiba Mas Fariz dateng.

" ngantri nyetrika " aku menjawab apa adanya.

" Riz! Gue duluan udah di jemput" pamit Mas Fariz.

" pulang bareng?" Tanya Kak Ariz tanpa melihat Mas Fariz.

" nggak, gue ada perlu nanti. Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam "

Dari kita semua cuman Mas Fariz yang beda, dia itu kekinian banget kalau ngomong kadang kadang pakek Lo-Gue di depan umi sama abi. Jurusan kuliah pun beda, kalau Kak Ariz itu dakwah sementara Mas Fariz itu menejemen bisnis. Kak Ariz dari kelas 4 MI udab mondok sampai lulus MA, kalau Mas Fariz mondoknya dari kelas 4 MI sampai lulus MTs setelah itu Mas Fariz SMA di YYS Pratama.

" udah nih an" Kak Ariz udah selesai nyetrika.

" iya "

Aku pun mulai menyetrika sambil mendengarkan musik dari henfonku.

Gus Fauzi pov end...

Normal pov...

Ara tengah menyetrika baju bajunya mumpung ada waktu sebelum sholat asar.

" Ara ini sorban punya siapa?"  Tanya Nia sambil memperlihatkan sorban warna putih yang dia ambil dari tumpukan pakaian Ara.

" mana aku tahu" jawab Ara tanpa melihat Nia.

" eh.. ada namanya.. ini punya Gus Fauzi!!" Teriak Nia menggelegar di kamar.

" kok bisa ada sama kamu?" Tanya Fira yang ikut heboh.

" kebawa paling, kan aku jemurnya di tempat jemur keluarga ndalem" Ara menjawab denhan santai.

" kamu harus balikin ke Gus Fauzi " ucap Mbak Nana selaku yang paling tua.

" tenang nanti di titipin kang santri ndalem aja" balas Ara sangat santai.

" kamu harus balikin sendiri sekaligus minta maaf" sebuah suara dari arah pintu.

" Aliya kapan dateng?" Tanya Mbak Nana saat melihat Aliya di ambang pintu.

" baru aja" Aliya menjawab sambil masuk ke kamar itu.

" malu alias sungkan kalau ngasih ke dia langsung" rengek Ara.

" kasih surat lah waktu balikin, nanti aku yang kasih, sebagai perantara" Aliya memberikan saran lagi.

" oke"

" eh.. ya ini nih.. aku bawa makanan buat kalian" kata Aliya sambil memberikan paper bag berisi makanan.

" makasih Al" ucap Fira.

" aku balik dulu ya.. maaf nggak bisa lama lama" setelah berpamitan Aliya pergi.




***




Para santri tengah berkegiatan setelah sholat magrib dan di pondok putri sedang semaan Al-Quran.

" Panggilan kepada Fathimah Azzahra dari Lasem di tunggu Gus Fauzi di pendopo" seketika semua yang ada di musholla pondok putri memandang Ara dengan tatapan mata yang berbeda beda.

" Ara kamu boleh pergi" kata Ning Nisa.

Ara pun segera pergi dan saat sampai di pendopo ada Gus Fauzi yang tengah menunggunya.

" kenapa kamu memanggilku?" Ketus Ara.

" kamu yang ambil sorban ku kan?"

" iya, ada di kamar" dengus Ara.

" cepet kamu ambil aku tunggu disini" perintah Gus Fauzi.

" kok bengong? Buruan di ambil Ara!!" Dengan rasa kesal Ara pergi untuk mengambil sorban milik Gus Fauzi yang ada di kamarnya.

Gus Fauzi menunggu Ara sambil murojaah hafalannya.

Tak butuh waktu lama Ara datang kembali sambil membawa sorban milik Gus Fauzi.

" jangan suka bawa barang milik orang, kalau suka sama aku bilang jangan ngambil barang aku" Ara langsung menatap sang gus tidak suka.

" dasar kepedean! Permisi Assalamualaikum " Ara pergi dengan wajah kesalnya.

" Waalaikumsalam " Gus Fariz tetap melihat punggung Ara yang semakin menjauh sambil tersenyum.

Ara memasuki mushola dan mendapat tatapan tidak mengenakkan dari sebagian santri putri.

" ada apa kok di panggil Gus Fauzi?" Tanya Nia kepo.

" masalah sorban tadi siang" Ara menjawab dengan ketus.

" harusnya kamu seneng bisa ketemu sama Gus Fauzi" goda Fira sambil mengedipkan mata sebelah.

" apaan sih? Nggak penting!" Dengus Ara.

























TBC




Tuban, 16 Februari 2021

My Story in Pesantren✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang