11. PDKT

334 26 0
                                    

Ara pov...

Aku sekarang duduk di kantin sendirian, biasanya sama Rais sih.. tapi dia nggak masuk karena pulang ke Solo beberapa hari. Aku sama Rais beda kelas tapi satu jurusan, kelas kita sebelahan.

" ngelamun!" Sejak kapan Gus Fauzi duduk di depanku?

" Kamu ngapai?"

" makan" jawaban yang sangat mengesalkan.

Saat aku melihat sekitar banyak yang ngeliatin kita, ya kan Gus Fauzi terkenal, duduk sama anak baru lagi, ini mah nyari masalah namanya sama penggemarnya.

" nggak usah di urusin, mereka itu sirik, kalau kamu di apa apain langsung ngomong ke aku, ke Aliya sekalian malah bagus, biar langsung di keluarin" kata Gus Fauzi tiba-tiba.

" i-iya "

" itu di makan makanannya, keburu bel masuk" Gus Fauzi melirik makanan ku. Aku pun segera memakannya.

" kelas berapa Ra?" Aku mendongak melihat ke arahnya.

" 10 Ips 2"

" kalau ada apa apa cari aku di kelas 11 Ipa 1" aku hanya mengangguk untuk menanggapinya.

" jangan cuman ngangguk, tapi di lakuin, karena semua anak pesantren yang sekolah di sini jadi tanggung jawab aku"
















***


















Sekarang aku duduk di halte bis sama yang lain...

Waktu bis datang kami langsung naik, aku memilih duduk di samping jendela, saat aku menengok ke sampingku ada Gus Fauzi di sebelahku, di mana mana kok ada dia.

" Gus kok duduk di sini, nggak enak sama yang lain" bisikku. Masak putra kiyai duduk sebelahan sama santri putri di pesantrennya kan gimana gitu...

" santai aja kali Ra! Kita nggak akan ngadu ke pengurus lagi, ini itu hal biasa" kata Mbak Siska yang duduk di sebrang sana.

" tapi kan..."

" santai Ra! Santai! Kita disini saling jaga rahasia, lagian cuman tempat duduk ngapain di kasih tau ke pengurus, itu namanya nyari masalah" kata Kak Irwan salah satu santri dan anak Raska.

" udah lah, santai" ucap Gus Fauzi.

Kalau sesepuh udah pada ngejelasin yang junior kayak aku bisa apa?

Ara pov end....

Gus Fauzi pov...

Aku terus melihat Ara yang berjalan di depanku bersama santri putri anggota Raska.

Semua santri yang sekolah di yys pratama itu tanggung jawabku, sebenernya ada sih beberapa ustadz dan uztadzah yang ngajar di sana juga..

Ara seseorang yang sangat berbeda dari yang lain..
Ara yang tak segan menegurku..
Ara seorang santri yang berani padaku..
Ara...

" Dek! Ngapain senyum senyum?! " Suara Mbak Nisa meneriakiku dadi teras depan ndalem.

" Nggak ngapa ngapain" setelah itu aku masuk.

Kak Ariz udah pergi ke Yaman, jadi rumah rada sepi, ya walau gak sepi sepi banget sih.. apa lagi Mbak Wawa juga mau pergi ke Kairo bulan depan.

"Assalamualaikum umi" aku mencium punggung tangan umi.

"Waalaikumsalam"

" Sana makan dulu" aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kulihat jam yang menunjukkan pukul 11.34 makan dulu habis itu pas banget waktunya dzuhur.

" Umi, Zian ke atas dulu" aku segera pergi ke kamarku yang ada di lantai 2.

Ganti baju dan setelah itu turun lagi ke meja makan.. ya pastinya buat makan lah.

" Tumben jam segini udah pulang? Setau mas SMA Pratama itu full day" tiba-tiba Mas Fariz datang dan ikut makan juga.

" Masih masa awal jadi ya pulang cepet, Minggu depan baru mulai aktif kayak biasa, mas mau ngampus?"

" Nggak sih, ada urusan bentar, nanti habis dzuhur baru berangkat"

" Mas! "

" Apa?!"

" Aku boleh ikut ya? Ya? "

" Di rumah aja"

" Bosen" rengekku.

" Itu gangguin aja Ara"

" Mas!! " Teriakku dan dia malah tertawa, durjana sekali.

" Kalau suka tuh bilang, udah lah kamu gangguin aja dia, jangan recokin mas"

" Kalian itu kenapa? Suaranya sampai ke ruang tamu" ini nih Mbak Nisa dateng dateng ngomel.

" Nih Zian, nyari gara gara" aku langsung melirik Mas Fariz tajam.

Mbak Nisa ikut duduk dan makan juga.

" Ada masalah mbak?" Tiba-tiba Mas Fariz nanyak kayak gitu ke Mbak Nisa.

" Nanti cerita, ada anak kecil" jawabnya sambil melirikku dan aku mencebikkan bibirku kesal.

" Apa lah artinya aku"

" Nggak usah mendramatisir deh!" Kata Mas Fariz jengah.

" Mas aku ikut ya?" Rengekku.

" Nggak! Gangguin Ara aja lebih seru sekalian PDKT " sumpah ya kalau berani udah aku pites si Mas Fariz.

"Mas!!"

Gus Fauzi pov end....














Normal pov...

" PDKT? Siapa yang mau PDKT? " Tiba-tiba Kiyai Kholil sudah ada di ruang makan bersama mereka.

" Nggak kok Abi, nggak ada apa-apa" jawab Gus Fauzi dengan cepat kilat.

" Abi mau makan kan? Biar Nisa yang ambilin"

" Abi, Zian boleh ikut Mas Fariz kan?"

" Di rumah aja, jangan ganggu masmu" Gus Fauzi cemberut dan Gus Fariz tersenyum penuh kemenangan.

" Nis"

" Dalem Abi"

" Persiapan pernikahan kami lancar?"

" Alhamdulillah lancar bi"

" PDKT an kamu sama Ara gimana Zian? Lancar?" Gus Fauzi yang mendengar itu langsung batuk karena tersedak. Gus Fariz langsung memberinya minum dan sambil menahan tawa. Kiyai Kholil pun tersenyum melihat tingkah putranya itu. Ning Nisa pun menahan tawanya.

" Sekolah yang bener dulu baru mikirin jodoh" sindir Kiyai Kholil.

Gus Fauzi yang mendengar itu tak berani untuk berkata apapun.

" Bi, Fariz pamit, udah di tungguin yang lain" Gus Fariz mencium tangan sang Abi.

" Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam "












































































































































TBC











Tuban, 21 April 2021

My Story in Pesantren✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang