Normal pov...
Ara tengah berjalan di koridor madrasah dengan setengah berlari. Tepat di depan pintu kelasnya ia cemas karena uztadzah sudah berada di sana.
" Assalamualaikum " Ara masuk dan langsung mencium punggung tangan sang uztadzah.
" Waalaikumsalam... kenapa telat Ara?"
" saya.. saya..."
" karena kamu nggak bisa jawab, kamu bersihkan toiletcputri madrasah"
" iya uztadzah " setelah berpamitan Ara berbalik pergi dan menuju toilet putri.
Tapi di tengah jalan ia berpapasan dengan Gus Fariz yang akan mengajar.
" mau kemana?"
" saya mau membersihkan toilet putri gus" Ara menjawab sambil menunduk.
" nggak usah ngebersihin toilet, kamu ke ndalem buat masak"
" hah??" Ara cengok mendengar perkataan gus nya itu.
" Gah? Hah? Terus! Sana ke ndalem, saya mau ke kelas kamu" Gus Fariz segera pergi dari sana dan Ara segera pergi ke ndalem setelah mencerna perkataan sang gus.
Sesampainya di dapur ndalem Ara langsung masak. Nggak ada abdi ndalem yang di bolehin masak di dapur ndalem kecuali Ara, kata Bu Nyai Ainun masakan Ara itu pas di lidahnya.
" kamu ngapain di sini?" Sebuah suara menginterupsinya. Ara mengalihkan perhatiaanya dari memotong sayuran ke arah sumber suara.
" masak" jawab Ara dengan memutar bola matanya malas.
" yang nyuruh siapa?"
" Gus Fariz, Gus Fauzi nggak usah banyak tanya" Ara mengomel sambil memotong sayuran.
Gus Fauzi pun duduk di kursi meja makan sambil melihat Ara yang tengah memasak dengan lincahnya.
" ngapain liat-liat?" Seketika Gus Fauzi mengalihkan pandangannya ke arah lain karena ketahuan sama yang di perhatiin.
" siapa yang ngeliatin kamu?!" Balas Gus Fauzi... padahal mah iya.. cuman gengsi.
'Kenapa dia nggak sekolah? Apa dia sakit? Ih... Ara.. itu bukan urusan kamu' kata Ara dalam hati sambil melihat Gus Fauzi yang tengah bermain henfon dan tampak pucat seperti orang yang sedang sakit.
" masak yang bener" kata Gus Fauzi tanpa mengalihkan pandangannya dari layar henfon.
Mendengar itu Ara sudah siap ingin melempar pisau yang sedang ia gunakan saat ini kearah sang gus yang menyebalkan.
" dasar gus nyebelin" gerutu Ara sambil melanjutkan acara memasaknya.
Tak lama Gus Fariz datang.
" kamu ngapain di sini berduaan sama Ara? Lagi sakit masih sempet mau modusin mbak santri" ucap Gus Fauzi sambil duduk di sebrang sang adik.
" Kak Fariz apa an sih nggak jelas, nungguin dia selesai masak, udah laper tau kak, umi sama Mbak Nisa kemana?" Gus Fauzi berkata kesal sambil merengek pada sang kakak.
" baru juga berangkat tadi pagi" dengua Gus Fariz sambil menatap layar henfonnya.
" terus yang masak siapa?"
" Ara! Selagi umi pergi kamu di tugaskan untuk masak di ndalem " secara tidak langsung perkataan Gus Fariz menjawab pertanyaan Gus Fauzi.
" iya gus"
" kakak kok nggak kuliah?"
" cuti"
" cuti terus deh perasaan" sindir Gus Fauzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story in Pesantren✔️
ChickLitsebuah kisah yang terjadi di pesantren. Tentang cinta dalam diam seorang santri pada putra kiyainya. Dari biasa saja menjadi Cinta dalam doa milik santri wati pada Gus nya. Saling mencintai tapi saling membenci, tak ada keberanian untuk mengungkapka...