14. Nama

323 27 5
                                    


Normal pov...

Terlihat Ara sedang duduk di gazebo kebun belakang pesantren sambil menulis sesuatu dalam buku. Sejak ia kembali bersama anak para Gus nya ia belum bertemu dengan seseorang yang sangat ia rindukan dan berakhirlah ia di tempat penuh kenangan bersama yang di rindu.

"Fiuwittt"

Ara mengalihkan atensinya ke sumber suara dari siulan itu berasal...

Di sana berdiri seorang pemuda dengan sarung, baju Koko, dan tak lupa peci..

" Kamu nggak kangen gitu sama sahabat kamu ini?"

" Em... Enggak" jawab Ara sambil tertawa mengejek.

" Padahal aku kangen banget sama kamu" ucap Gus Fauzi melas.

" Ya itu urusan kamu" Ara masa bodo.

Karena merasa kesal Gus Fauzi mengambil buku di tangan Ara secara paksa dan h itu membuat Ara terkejut.

" RINDU!!" Teriak Gus Fauzi membaca sepenggal kata dalam buku itu.

" jangan di baca!! Sini balikin Gus" teriak Ara yang tidak mau tulisannya di baca oleh orang lain.

" Nggak mau" setelah mengatakan itu Gus Fauzi berjalan pergi.

" Balikin!!" Ara mengejar sang gus..

Terjadilah aksi kejar kejaran di antara keduanya, ke duanya kejar kejaran di kebun belakang.

" Gus Fauzi balikin buku Ara!!"

" Nggak mau tuh"

" Ih nyebelin..."

Gus Fauzi mengangkat tangannya tinggi tinggi agar Ara tak bisa mengambil buku itu dari tangannya.

" Balikin nggak?" Ara sudah mulai kes dengan tingkah gusnya itu.

" Jawab dulu pertannyaanku "

" Baiklah, apa pertannyaanmu Gus?" Ara mencoba sesabar mungkin menghadapi orang di depannya.

" Apa kamu merindukanku?"

" Tidak!" Ara menjawab cepat kilat.

" Kamu bohong Fatimah Az-Zahra, kamu merindukanku"

" Jangan sok tahu deh Gus, cepet balikin bukunya"

" Kamu rindu Ara.. ada nama aku di sini.. jujur aja kami merindukan aku kan??" Ara diam tak bisa menjawab Gus nya itu.

" Diam mu adalah iya, sini aku peluk" Gus Fauzi siap memeluk Ara tapi Ara mendorong Gus Fauzi, lalu dia berlari menjauh dan meninggalkan gusnya di sana.

Gus Fauzi mengejar Ara sambil membawa buku milik sang pujaan hati.

Ara berlari tanpa melihat ke depan.

" BRUK "

Ia menabrak beberapa santri, di belakang sana Gus Fauzi yang melihat kejadian itu tertawa melihat tingkah Ara.

" Maaf ya" Ara membantu korbannya untuk berdiri. Setelah itu ia menatap sang gus dengan sengit.

Gus Fauzi masih tetap tertawa walau pun di tatap sengit oleh Ara. Para santri putri yang melihat interaksi keduanya hanya melihat dan mereka menerka nerka sedekat apa hubungan keduanya.

Dengan kesal Ara pergi dari sana, sedangkan Gus Fauzi kembali ke gazebo yang ada di kebun belakang.

Duduk di sana sambil membaca tulisan yang ada di buku milik pujaan hatinya, sebenarnya yang sedang ia lakukan saat ini adalah hal yang lancang dan melanggar prifasi orang lain.

My Story in Pesantren✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang