1

10 3 0
                                    

 Pada zaman dahulu seorang anak cahaya lahir dengan membawa keistimewaan, yaitu berupa kekuatan super yang hanya dimilikinya seorang. Kehidupan tanpa adanya yang memiliki kesamaan seperti dirinya adalah kehidupan berat yang tak bisa ia hindari.

Dengan turunnya cahaya si bayangan pun ikut diturunkan untuk melengkapinya. Diturunkan pada anak yang berbeda namun di pertemukan takdir yang terikat satu sama lain, mulai saat itu hingga nanti.

Mereka sama namun berbeda, perasaan senasib menyatukan mereka, saling melindungi dan menyayangi satu sama lain menciptakan sebuah keharmonisan.

Namun keharmonisan itu mulai kacau sejak bayangan ingin semakin kuat. Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu serta rakus akan sesuatu. Kerakusan dan keegoisan pada diri manusia si bayangan itupun mengambil alih kesadarannya kemudian mengubahnya menjadi iblis tak berperasaan yang menghabisi hampir seluruh dunia.

Cahaya yang tak ingin dunia ini hancur menentang bayangan dan menghentikannya menggunakan kekuatan yang ia miliki .

Keberhasilannya menyelamatkan dunia tidak sebanding dengan balasan yang ia terima. Para peneliti menyebutkan, Cahaya berhasil menghentikan bayangan dan si bayangan itu pun hilang ntah kemana, akan tetapi jiwa dan ambisinya si bayangan tetap hidup dalam hati para villan yang tercipta dari para pengguna kekuatan super tidak terdidik dan kehilangan arah dalam kegelapan. 

 Kekuatan mereka menyebar ke seluruh belahan bumi selama bertahun-tahun melalui ikatan darah antara manusia dengan manusia lainnya.

Zaman dimana manusia hanya makhluk biasa pun berganti dan manusia super sudah merajarela diberbagai tempat, sebuah kelangkaan yang menjadi kenormalan dan sebuah kenormalan yang menjadi kelangkaan.

Hingga saat ini masih belum ditemukan manusia tanpa kekuatan super setelah era zaman baru, diprediksi jika manusia tanpa kekuatan super itu lebih berbahaya dari pada manusia super tidak terdidik. Layaknya kanvas putih yang siap dituangkan berbagai warna, zero human bisa jadi apa saja tergantung dari 'warna' apa yang pertama kali dituangkan.

Namun zero Human atau manusia nol masih belum ditemukan hingga saat ini, mungkin.

SRAK

  Tirai ruangan itu dibuka, cahaya redup yang menembus awan mendung merambat lewat jendela, ruangan cukup luas yang diisi banyak siswa. Mereka baru saja menyaksikan sebuah video berisi materi yang sedang dipelajari.

Seorang wanita muda berdiri didepan mereka setelah cahaya luar masuk, sesosok guru muda sedang mengajar di kelas yang berisi murid baru yang baru saja diterima di akademi ini. 

 "Oke dari video tadi kita dapat mengetahui bagaimana awal dari kekuatan yang kita semua miliki, video ini sama seperti apa yang kalian baca di buku atau yang kalian dengar dari guru dan orang tua kalian. Karena ini adalah awal dari berkah yang tuhan berikan tidak mungkin orang-orang melupakannya."

"Ah membosankan."

"Diam atau ku adukan? mau ke guru atau ke papa?"

"Cih pengadu."

"Kalian bocah dua diam deh."

"Tugas kalian hari ini hanya mencatat apa yang baru saja kalian tonton, setelah sepuluh menit kalian bisa langsung istirahat. Karena masih awal jadi sepertinya kegiatan belajar mengajar pun masih belum bisa efektif."

Setelah memberi tugas pada siswanya dan berpamitan untuk menghadiri rapat dewan guru. Kelas pun menjadi sangat berisik, tak terkecuali di salah satu meja yang terdapat 3 orang dengan marga yang sama tapi wajah dan kepribadian yang sangat berbeda.

"sekarang  kita harus apa?" Salah satu dari ketiga orang itu angkat bicara. Genio Alexander namanya, dengan postur yang tinggi sebenarnya dia paling mencolok diantara ketiganya.

"Tidur yuk." Satu yang lainnya menyahut sambil merebahkan dirinya diatas meja menghalangi buku seseorang. Anak paling bertingkah ajaib di antara mereka siapa lagi kalau bukan Ares Alexander.

"Ck kerjakan tugas kalian dan Ares menyingkirlah dari meja, kau menghalangi aku membaca."

Anak yang paling tidak punya semangat hidup, meski dia hampir mirip mereka berdua namun sebenarnya dia sedikit pemalu dan tidak tahan jika berada dalam kerumunan orang baru, kenalkan Evand Alexander.

"Aw kenapa aku harus? Kan ada epan yang baik hati untuk membiarkan aku menyalin tugasnya ehe." Ares kembali menyahut dan tidak beranjak dari tempatnya, malah ia menggeliat dan bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman diatas meja.

"Aku bilang menyingkir dari meja."

PLAK

"Aww hey! Itu sakit!"

"Cih."

Evand hanya berdecih setelah mendengar suara rintihan Ares karena terkena sapaan dikepala oleh buku novel tebalnya.

Satu pukulan dari novel tebal tidak menghentikan tingkah kejahilan Ares, ditambah dengan rasa kesalnya akhirnya ia nekat mencuri dan membawa kabur buku yang sedang Evand baca dengan sekali kedipan.

"HEY!"

Evand yang kesal refleks menggebrak meja dan berlari keluar kelas untuk mengejar Ares yang membawa buku novelnya. Melihat kelakuan kedua adiknya, Genio hanya menghela nafas sambil memijat pelipisnya.

"Kenapa papa menyuruh ku satu sekolah dengan mereka. Lain kali akan ku tempelkan mereka di dinding dengan lakban."

Malas terlibat lebih jauh, Genio memutuskan untuk hanya diam dan tidur dikelas saja.

BRAK

"HEI HATI-HATI DONG JANGAN LARI DI KORIDOR KELAS!!"

Banyak orang yang menjadi korban tabrakannya Ares di lorong jajaran kelas satu yang cukup ramai oleh orang berlalu lalang, dua sosok makhluk ini masih terus saja saling kejar kejaran.

"KEMARI KAU ARES SIALAN!"

"TIDAK, AKU TIDAK MAU BUNUH DIRI."

"LALU KENAPA KAU MENGAMBIL BUKU KU HAH?!"

"KARENA INGIN!"

"ITU SAMA SAJA KAU MEMILIH BUNUH DIRI BODOH!"

"JANGAN BERTERIAK DI KORIDOR!"

BRUK

Seseorang menabrak bahu Evand begitu saja dari arah yang berlawanan. Karena tidak siap akhirnya dia kehilangan keseimbangan dan hampir bermesraan dengan lantai, sampai segumpal benang mana berwarna emas melilit tubuhnya,   Evand tak bisa bergerak.

"Huft hampir saja."

Dapat dia lihat kilatan cahaya yang mengangkat Ares ke udara kemudian membanting nya kelantai, tampak sakit sekali.

"Anak-anak nakal, akan aku laporkan pada ayah kalian." Seru cahaya itu, tidak maksudku seorang guru. Seorang guru dengan pakaian formal yang terlihat normal namun memakai sebuah kacamata yang tidak normal.

"Kenapa guru itu sampai membawa pedang? Bahkan dua."

"Kamu tidak apa-apa?"

Sosok yang menahan Evand bertanya begitu membantunya berdiri dengan benar. Wanita muda yang tingginya tidak jauh berbeda darinya. Hanya saja terdapat lekukan aneh seperti disetiap alat geraknya.

"Ehm terimakasih miss?"

"Angel."

"Ah miss Angel, terimakasih sudah membantu. Umh lalu sir?"

Guru berkacamata aneh itu, sudah menggendong Ares dipundaknya seperti karung beras kemudian pergi begitu saja.

"Dia memang seperti itu, kamu bisa memanggilnya sir Cyber. Dia mungkin akan ada di angkatan pertama juga."

"Itu nama yang aneh, tapi tidak heran. Para hero biasa menggunakan nama samaran bila sedang tidak dalam lingkungan pribadi."

Akhirnya Evand mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada miss Angel, lalu melesat pergi karena ingin mengejar saudaranya yang dibawa sosok guru tadi.

Tbc.
Mana : semacam energi sihir
Ku tau buku sebelah belum beres t-tapi ini cuman selipan kok :)
Dukungan kalian berarti bagi saya :)

Normal SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang