9

3 2 0
                                    

BRUAK

SRAAK

"AAAA SIALAN!"

Tebak, siapa yang baru saja mengumpat dengan keras setelah jatuh dari atas pohon. Siapa lagi kalau bukan Evand, dia jadi sosok yang pemarah belakangan ini.

PLAK

"Aw... HEI!"

"Berhenti mengumpat dan istirahat lah."

Si paling tua mencoba menjaga kesopanan tetap berlangsung. Mereka sedang berlatih di halaman belakang, hari libur sekolah dimanfaatkan dengan baik. Ada yang aneh dengan Evand semenjak kejadian kemarin, dia mulai sering merenung sambil mencoret-coret buku kemudian marah tanpa sebab. Bukan hanya itu, dia juga lebih sering memegang senjata dari pada sebelumnya yang selalu mengandalkan kekuatan sihir yang dia miliki.

"Kenapa anak itu?" Ucap Ares sambil meloncat turun dari atas pohon. Sedari tadi yang dia lakukan hanyalah duduk diatas sana.

"Ntahlah sikapnya jadi aneh."

Genio juga heran, apakah Evand masih merasa kesal? Atau hanya kebiasaan buruknya saja yang sering berganti-ganti suasana hati dengan cepat? Tidak ada yang pasti.

"Panass!"

Dan sekarang dia mulai merengek kepanasan, katana yang sedari tadi dia gunakan sudah tergeletak diatas rumput hijau, sedangkan dirinya berada di teras sedang mendinginkan suhu tubuhnya.

"Mandi, air kolamnya dingin loh."

"SUTT!"

TAP

TAP

TAP

BYUURR

Pasti kalian bisa menebaknya, Evand meluncur masuk kedalam kolam. Seperti ikan yang menemukan kembali sumber kehidupannya, Evand malah semakin menenggelamkan diri disana sampai membuat Genio dan Ares khawatir dia tak akan naik lagi kepermukaan.

"Hei! Naik cepat!"

Tidak ada sahutan, Evand dengan sengaja membuat dirinya tenggelam. Matanya terbuka didalam air dan menatap permukaan, terlihat Genio yang mengoceh dan Ares yang menatapnya dengan aneh.

PLUK

BYAAR

"AAAAAA LABA-LABA!"

Evand berteriak begitu wajahnya sampai di permukaan, dia meloncat keluar dari kolam namun karena penyakit paniknya itu kakinya malah terpeleset dan kembali tenggelam.

"HAHAHAHAHA"

"PPFFT-"

Ares baru saja melempar mainan laba-laba kedalam air dan membuat Evand panik setengah mati. Bukannya membantu, Genio malah ikut-ikutan menertawakan Evand yang kelelahan.

Kini, di tepi kolam mereka bertiga berkumpul. Istirahat yang tenang akhirnya benar-benar datang, matahari begitu terik disiang kali ini.

"Besok malam kita akan ikut papa?"

"Kemana?"

"Ck, pertemuan bersama para koleganya papa."

Mereka baru saja inget kembali bahwa ayah mereka adalah Aoisuke Alexander. Salah satu pengusaha besar, meski bukan pemilik guild tapi Alexander memiliki salah satu perusahaan senjata terbesar yang memasok segala kebutuhan raid. Belum lagi, keturunan Alexander terkenal selalu unggul dari pada para pesaingnya.

Tentu semua itu tidak akan terjadi berkat hubungan kerja sama yang baik, orang-orang selalu ingin menjadi bagian dari perusahaan Alexander. Namun, semua itu juga menyebabkan hal buruk seperti rasa iri yang membuat para pesaing Alexander berbuat nekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Normal SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang