Bergeser kesisi lain, para petarung sedang melatih kemampuan beladiri mereka.
"Hey Tuan Alexander jangan diam saja, nanti kamu mati."
Ares hanya melirik malas pada pelatihnya, dia sedang dalam masa 'malas bergerak'.
"pak, saya ini sudah bergerak."
Iya dia bergerak, hanya tangannya yang bergerak melempar bola sihir pada lawan yang mendekat. Dan pelatihnya pun kembali menepuk dahi melihat kelakuan murid pintarnya itu.
"Tuan Alexander ini kelas bela diri bukan kelas sihir, disini kamu bertarung berhadapan dengan lawanmu bukan melempar bola sihir pada mereka."
Merasa sebal Ares berdecak, dia menatap segerombolan anak yang berlari ke arahnya. Dengan sigap dia melompat ke arah mereka, menimbulkan efek kejut kemudian menampar tubuh mereka menggunakan bola-bola sihir yang bergerak mengelilingi tubuhnya.
[Blue 1 Executed by Red 2]
[Blue 2 Executed by Red 2]
[Blue 3 Executed by Red 2]
[Blue 4 Executed by Red 2]
[Blue 5 Executed by Red 2]Anak-anak yang malang, mereka langsung terkapar dilantai dengan luka yang serius. Sedangkan Ares hanya menatap gurunya dengan wajah yang tak berdosa.
"Sudah kan pak? Boleh istirahat sekarang?"
Dan untuk kesekian kalinya, gurunya hanya menepuk dahi melihat kelakuan Ares.
Oke tinggal kan Ares dengan kemalasannya, mari lihat Evand sedang menghadiri kelasnya.
Kelas para support biasanya tidak hanya dihadiri oleh para pengguna role itu sendiri, melainkan juga para petarung lainnya, untuk dijadikan sebagai demonstran.
Contohnya seperti sekarang, Evand tengah mencoba untuk memulihkan teman satu timnya sembari menggantikan peran sang tank yang tengah terluka.
"Ha? Mencoba hybrid menjadi tank kah? Ppfft- tubuh mu tak akan kuat untuk itu, pendek!"
"HA?! APA KAU BILANG?!"
Karena tersulut emosi, Evand langsung menerjang lawan didepannya. Dengan menggunakan tubuhnya sebagai tameng, dia mengeluarkan semua skill yang dia miliki untuk menghajar sang lawan tepat diwajahnya.
"JANGAN.PERNAH.MEMANGGIL.AKU.PENDEK.SIALAN!"
[RED 3 Executed by BLUE 4]
Notifikasi yang muncul pada layar LED menarik perhatian orang-orang disekitar. Emosi Evand begitu mempengaruhi kekuatannya, support mana yang mampu mengalahkan murid tipe petarung sendirian?.
"Sekarang Lina! pergi kebelakang dan obati yang lainnya!"
Gadis itu mengangguk, kemudian bangkit berusaha menjalankan perintah dari Evand sehingga ia kembali ke barisan belakang.
Namun, tiba-tiba saja sebuah tombak melesat ke arah Lina untuk menghentikan langkahnya- tunggu dia bahkan tidak menginjakkan kakinya dilantai.
"Awas!!"
TRANG
"Apa aku kalah? Tapi aku tidak merasa terluka ataupun sakit..."
Tombak itu terjatuh, setelah Evand memakai tubuhnya yang sudah dilapisi shild dari kekuatan sihir sebagai tameng, tepat sebelum mengenai mereka bertiga.
"Kalian baik-baik saja?"
"I-iya hampir saja yang barusan itu."
KRIINGGG
Bunyi bel pertanda pertandingan berakhir pun menghentikan mereka, rupanya mereka bertarung cukup lama.
"Pertahanan yang bagus Evand, apa lagi dimenit terakhir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Normal School
FantastikGenio Alexander, putra tertua keluarga Alexander. Sifatnya yang dewasa tak memungkiri bahwa dirinya sama-sama aneh seperti kedua adiknya. Ares Alexander, putra kedua keluarga Alexander. Terlihat tak begitu baik dengan ayahnya sendiri, namun begitu p...