Ares Alexander, anak kedua dalam keluarga Alexander. Sifatnya yang sembrono dan selalu sulit ditebak kadang merepotkan. Tapi pesona akan visualnya tak bisa ditolak.
Tubuhnya tak jauh berbeda dengan Genio, tinggi tegap dan atletis sedikit berbeda dengan remaja pada umumnya. Wajahnya? Tampan seperti tokoh utama dalam film bintang lima.
Namun tetap saja, kelakuannya terlalu urakan untuk wajahnya. Contohnya seperti sekarang, dia sedang disidang oleh para anggota kedisiplinan siswa, pasal bajunya yang tak sesuai aturan kerapihan seragam siswa.
"Hitamkan rambut mu."
"Rambutku hitam hanya saja nampak lebih kecoklatan."
"Masukan kemejanya kedalam celana."
"Iya nanti ku lakukan, tak mungkin kan aku membenarkannya didepan banyak wanita?"
"Pakai jas mu."
"Ini ku pakai."
"Jangan hanya digantungkan pada bahumu."
"Iya iya."
"Benarkan posisi dasimu itu."
"Ck tak akan ada yang memperhatikannya."
"Aku memperhatikan."
"Merepotkan."
"Berhentilah memakai sepatu berwarna mencolok ke sekolah."
"Kenapa? Mereka terlihat keren padahal."
"Itu membuat mataku sakit."
"Hei!"
"Dan jangan lupa untuk selalu membawa kartu pelajar mu."
"Iyaaa aku hanya melupakannya didalam mobil tadi."
Pengecekan yang lebih seperti ceramahan dipagi hari itu sudah berhasil Ares lalui. Kedua saudaranya sudah menunggu didepan sana, untuk berangkat bersama menuju kelas.
Sepanjang perjalanan yang Ares lihat adalah para wanita yang bergosip di sisi kanan sambil diam-diam melirik ke arahnya, setelahnya terdengar suara-suara betina yang kegilaan. Di sisi kirinya adalah para lelaki yang bergosip seperti perempuan, mata mereka memancar aura permusuhan dengan jelas.
"Yaa tidak heran, aku kan tampan."
"Hey res."
"Siapa? Aku tidak kenal."
"Mau ikut club olahraga? Nanti kamu kami bebaskan memilih cabangnya. Biasanya para anggota harus melewati serangkaian tes dulu sebelum masuk club dan cabangnya. Tapi untukmu, kami beri kebebasan. Cukup menguntungkan memiliki mu di club kami."
"Tawaran yang menarik, tapi aku lebih suka main game dari pada olahraga."
"Cabangnya?"
Siswa yang tak Ares kenal itupun tersenyum lebar, Ares tertarik dengan club mereka, tentu saja peluang ini tak bisa disia-siakan. Kesempatan besar bisa membuatnya menjadi anggota mereka sebelum club lain.
"Kami punya banyak cabang dari olahraga musim dingin hingga musim panas, permainan bola besar dan bola kecil, cabang atletik dan gymanstik lalu-"
"E-sports?"
"Eh?"
Perkataan siswa itu langsung dipotong oleh Ares, nampak lah wajahnya yang diisi raut kegugupan.
"Ada?"
"u-umh aku rasa tidak... tapi!"
PUK PUK
Ares menepuk pundaknya kemudian berlalu begitu saja.
"Hubungi aku jika ada."
Setelahnya, Ares benar-benar pergi meninggalkan dia yang sudah hampir ingin menangis ntah mengapa. Sebegitu sakitnya kah di tolak oleh seorang Ares?
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal School
FantasyGenio Alexander, putra tertua keluarga Alexander. Sifatnya yang dewasa tak memungkiri bahwa dirinya sama-sama aneh seperti kedua adiknya. Ares Alexander, putra kedua keluarga Alexander. Terlihat tak begitu baik dengan ayahnya sendiri, namun begitu p...