Kim Taehyung

2.4K 255 23
                                    

Mata nya menatap pada hingar bingar keramaian pesta dari lantai dua bangunan mewah yang menjadi rumah nya, ia tak berniat untuk turut bergabung dalam gelak tawa dan riuh tarian yang diiringi musik dansa di bawah sana. Hanya mengamati bagaimana kedua orang tua nya tersenyum ramah menanggapi setiap sanjungan dan pujian yang para tamu lontarkan.

Ia adalah Kim Taehyung, putra tunggal dari pengusaha kaya raya yang mengelola industri pertambangan. Wajahnya rupawan dengan garis rahang tegas, kulit tan dan mata setajam elang. Surainya berwarna coklat keemasan yang konon diwariskan oleh sang nenek dari pihak ayahnya yang merupakan wanita bangsawan berdarah Eropa, yang entah bagaimana ceritanya bisa menikah dengan pria yang menurunkan marga Kim dinamanya.

Taehyung berdiri dalam diam selama hampir satu jam lamanya, dengan setelan tuxedo berwarna abu-abu muda karya seorang perancang busana ternama yang nampak begitu pas membalut tubuhnya, setelan yang pelayannya pakaikan sore tadi sebagai busana pestanya tak membangkitkan hasratnya untuk turut bergabung pada gemerlap acara yang diselenggarakan orangtua nya.


Nyatanya sebagai putra tunggal tak serta merta membuatnya dilimpahi kasih sayang, ia justru tak dekat dengan dua sosok yang mengantarkannya pada dunia. Ia juga tak pernah berinteraksi dengan dunia luar, tak mampu menyapa dan memasang topeng ramah penuh kepalsuan di depan banyak orang. Sejak kecil ia terbiasa berkawan sepi, dirawat dan dijaga oleh para pelayan yang orang tuanya pekerjakan, semua kebutuhannya terpenuhi dengan rentetan barang mewah dan hidangan lezat tiap harinya, ia dilayani dan diperlakukan layaknya pangeran sejak bangun pagi hingga menutup mata pada malam hari. Namun, tak ada yang mampu menambal rongga kesepian dalam hidupnya, selama enam belas tahun hidupnya ia tak pernah merasakan sebuah pertemanan dan hangat keluarga, tinggal di negri asing dan menjalani hidup dengan rentetan jadwal yang di rancang begitu padat membuatnya semakin jauh dari pergaulan, belum lagi kesibukan kedua orang tuanya yang membuat dirinya nyaris tak pernah bertegur sapa dengan mereka, yang mana hal tersebut membentuk dirinya menjadi sosok dingin tak berperasaan.

Taehyung berbalik pergi, melangkahkan kaki berbalut pantofel kulit mahal pada lantai marmer di sepanjang lorong lantai dua rumahnya yang begitu sepi, suara langkahnya bergema, karna hanya ia satu-satunya entitas disana, para pelayan disibukkan dengan acara di bawah yang mungkin akan selesai dini hari nanti. Pencahayaan temaram dari lampu-lampu kristal kecil di dinding semakin melengkapi sunyi, suara keramaian dibawah sana semakin samar seiring langkahnya yang mulai menjauh. Taehyung berhenti di depan pintu kayu besar yang memilik ukiran rumit dan elegan, yang merupakan kamar kedua orang tuanya, ia mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan yang memiliki nuansa putih dengan pernik emas yang nampak mewah.

Ia muak dengan segalanya, dengan keacuhan kedua orangtunya yang meninggalkannya demi bisnis dan segala rentetan peraturan menjengkelkan yang membuatnya merasa terkurung dalam sangkar emas yang keduanya ciptakan. Langkahnya dibawa semakin dalam pada ruangan luas tersebut, ia tak pernah masuk ke dalam tempat ini sebelumnya, matanya menjelajah mengamati tiap detail disana, bingkai besar yang memajang lukisan keluarganya berada di dinding ruangan, sebuah tempat tidur besar dan beberapa meja serta kursi mengisi ruang tersebut.

Ia mendekat pada meja rias yang dihiasi mawar merah segar dalam vas milik sang ibu di sudut ruangan, deretan perhiasan mewah tersusun pada lemari kaca di sampingnya. Ia meraih satu benda yang begitu mencolok di atas meja tersebut, sebuah pajangan yang Taehyung terka terbuat dari batu mulia berwarna putih susu mengkilat berbentuk kelinci yang tersimpan dalam kotak kaca dengan ukiran indah dan nampak begitu berharga, ia yakin barang tersebut begitu berarti bagi ibunya karna disimpan dalam tempat yang jauh lebih bagus dari deretan perhiasan yang menyilaukan mata. Ia membuka kotak kaca dan mengambil isinya, menatap benda itu lamat sebelum membantingnya keras ke atas lantai untuk menyalurkan rasa marah dan sesak dalam dadanya, berharap dengan ini sang ibu akan datang menemuinya meskipun hanya sekedar memarahi dan menyalahkan atas rusaknya barang berharga tersebut.


Suara dentingan keras antara lantai marmer dan benda tersebut menggema memenuhi ruang. Ia menatap ke bawah, benda tersebut tak pecah, hanya sedikit patah pada ujung telinga si kelinci putih, ia mendengus kesal dan menunduk untuk meraih benda tersebut berniat kembali melemparnya lebih kuat namun, tepat ketika benda tersebut kembali pada genggaman tangannya sebuah guncangan dahsyat membuatnya tersungkur. Gempa bumi.

Dengan sisa kesadaran setelah otaknya mencerna apa yang terjadi dan insting melindungi diri, ia dengan panik bersembunyi melindungi diri di bawah kolong tempat tidur dengan miniatur kelinci putih di tangannya. Jantungnya berdegup kencang karna rasa terkejut dan takut bersamaan. Ia mengamati bagaimana satu persatu barang dalam ruang tersebut roboh dan hancur karna goncangan keras, suara jeritan dan teriakan kesakitan bercampur panik dari lantai bawah tertangkap rungunya. Ia semakin meringsek ke dalam, lampu kristal yang menggantung di langit-langit ruangan terjatuh, menjadikan ruangan gelap gulita hingga suasana kian mencekam dan memutus pandangnya pada keadaan sekitar. Dan terakhir yang dapat ia rasakan sebelum kesadarannya terenggut adalah suara debuman keras dimana bangunan tempat tinggalnya runtuh bersamaan dengan dirinya yang ikut terhempas ke bawah dan menyisakan rasa sakit di sekujur tubuh.






















Book ini aku buat jumlah katanya suka2 ya, gak ada patokan seperti sebelumnya yang min 2k words. Chapternya juga gak akan panjang.
Hope you enjoy 😊










15.Februari.2021

Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang