Castle

1.6K 231 27
                                    

Mentari baru saja menyapa cakrawala, semburat jingga dari sinarnya mengambil alih tugas rembulan yang bertahta di langit malam. Udara dingin terasa begitu membekukan meski tak mengurungkan semangat burung-burung kecil bersiul menyanyikan senandung penyambut pagi.

Saat akhirnya burung besi yang ditumpanginya mendarat, Taehyung kira ia akan dibawa kembali ke negri gingseng tanah kelahirannya, namun para petugas yang memiliki kulit putih, rambut pirang serta iris mata cerah khas ras barat membuatnya tau bahwa paman yang kini menjadi walinya juga hidup di negeri rantauan.

Kebiasaanya untuk tak banyak bertanya, maka dari itu ia hanya diam dalam perjalanan begitu pula nyonya Park yang duduk tenang di sampingnya juga tak berniat memberikan penjelasan. Pembawaan wanita tersebut nampak begitu disiplin dan tegas, rasanya Taehyung faham mengapa pamannya begitu mempercayai wanita tua itu untuk menjadi kepala pelayan di kediamannya, dan fakta tentang posisi wanita itu Taehyung ketahui dari mulut nyonya Park sendiri yang kembali memperkenalkan diri di tengah perjalanan mereka.

Taehyung memandang keluar dari balik kaca jendela mobil. Mobil yang membawa dirinya kini mulai melewati sebuah jalan yang di sampingnya membentang tanah berpuluh hektar dengan hamparan rumput hijau, deretan pohon apel yang berbuah ranum juga menemani perjalanannya. Dari kejauhan dapat Taehyung lihat satu-satunya bangunan disana, sebuah bangunan berupa kastil megah yang berdiri menantang dan nampak ponggah di atas tanah. Semakin dekat dengan tempat tersebut para pekerja yang kebetulan berpapasan dengan mereka membungkuk sopan, dan berakhir mobil yang ditumpanginya berhenti di pelataran depan pintu utama kastil.

Seorang pria dengan setelan rapi bergegas membukakan pintu mobil untuknya, aroma embun pagi masih bisa Taehyung hirup kala semilir angin berhembus lembut membelai surainya, gemricik dari pancuran air di tengah halaman menyapa pendengarannya. Ia segera turun dari mobil tersebut dan melangkah di samping nyonya Park, puluhan pelayan membungkuk sopan ditiap langkah Taehyung berpijak. Meski tanpa mahkota bertahta di kepala agaknya semua paham jika pemuda tersebut memanglah seorang pangeran, darah bangsawan yang mengalir dalam tubunya begitu pekat menguarkan aura penguasa.

Taehyung mengedarkan sepasang bola mata secoklat madu miliknya, menatap tiap inci bangunan yang dirancang sedemikian rupa menawan meski bisa ditebak jika tempat tersebut telah berdiri lebih dari seratus tahun lamanya. Detail pada interiornya menampilkan lekuk ukiran seni yang berkelas, susunan dindingnya terbuat dari batu kokoh yang dipoles indah. Lampu kristal raksaksa yang menggantung di tengah ruangan menjadi pemandangan pertama ketika pintu besar terbuka memamerkan betapa berkuasanya sang pemilik bangunan.

Taehyung menengadah dan bersumpah ia melihat ribuan anak tangga yang menghubungkan tiap lantai kastil tersebut. Meski terbiasa hidup mewah dalam sebuah rumah serupa istana tapi ia akui bahwa tempat ini mungkin tiga kali lebih luas dari tempat tinggalnya dulu entah berapa tingkat yang membuat kastil ini berdiri menjulang.

"Ikuti langkah saya tuan muda, saya akan mengantar anda menuju kamar pribadi anda," ucap nyonya Park, sedikit menegur pemuda di sampingnya yang nampak terpaku.

Taehyung kembali menegakkan kepala dan berjalan lurus mengikuti nyonya Park menaiki satu persatu anak tangga, beruntung tepat pada pijakan lantai dua wanita tersebut berbelok dan berjalan menuju salah satu pintu diantara puluhan pintu disana. Dinding di tempat tersebut terpajang banyak bingkai lukisan, guci antik dan lampu obor kuno menjadi sebuah kolaborasi pajangan yang memanjakan penglihatan.

Di depan pintu nampak seorang pemuda yang mungkin sedikit lebih tua darinya berdiri dengan memasang senyum kelewat lebar, nampak begitu cerah seolah mengisyaratkan betapa cerianya pribadi si pemilik senyum.

"Selamat pagi tuan muda dan nyonya Park," sapa pemuda itu dengan nada kelewat semangat.

Taehyung hanya menatap dingin, rautnya tak tertular hangat senyum yang ditujukan padanya, hal tersebut membuat senyum pria muda disana menjadi kaku dan luntur. "Selamat pagi Hoseok," beruntung karna nyonya Park sedikit memecah canggung, "Tuan muda dia adalah Jung Hoseok yang akan menjadi pelayan pribadi anda disini."

Si pemilik marga Jung tersebut kembali menampilkan senyum lebar seolah lupa bahwa keramahannya tadi hanya disambut dingin, "Tuan muda perkenalkan saya Hoseok, saya yang akan membantu dan melayani anda disini."

Kali ini Taehyung menggerakan sedikit kepalanya untuk memberi satu anggukan tanda memahami posisi pelayan barunya. "Istirahatlah, saya akan meminta pelayan mengantar sarapan ke kamar anda," ucap nyonya Park sebelum memberi anggukan terakhir dan berbalik pergi.

"Mari tuan muda," ajak Hoseok, pemuda tersebut membukakan pintu kamar dan Taehyung ikut melangkah masuk. Tak buruk, ruang tersebut tak jauh berbeda dengan kamar lamanya pun dengan suasana dinginnya yang terasa sama. Tak menyenangkan namun, Taehyung terlampau terbiasa. Hoseok menatap Taehyung, "saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda membersihkan diri sebelum pelayan datang mengantar sarapan," ucap Hoseok, pria Jung itu sibuk dengan membuka pintu kamar mandi disana dan mengisi bak mandi dengan air hangat yang telah ia siapkan sembari terus berbicara, "saya senang sekali bisa menjadi pelayan peibadi anda, ini adalah tugas pertama saya dari tuan besar."

"Usia saya sembilan belas tahun dan saya sudah tinggal disini sejak kecil, kedua orang tua saya juga merupakan pekerja disini dan nyonya Park adalah nenek saya dari pihak ibu."

"Berapa usia anda tuan muda? Benar yang dikatakan orang-orang bahwa anda sangat tampan dan mirip dengan mendiang ibu anda meski rambut indah anda tentu bukan diwariskan darinya."

Ucapan Hoseok berhenti saat ia berbalik dan mendapati Taehyung yang hanya diam tanpa ekspresi, buru-buru pemuda itu membungkuk mengutuk mulutnya yang selalu banyak bicara, "maafkan saya yang banyak bicara ini, saya pantas dihukum."

"Bantu aku mandi," kalimat yang menjadi ucapan pertama Taehyung hari itu.

Hoseok tergagap dan membuka pintu kamar mandi lebar mempersilahkan Taehyung masuk namun, kembali dibuat bingung saat sang tuan muda hanya berdiri merentangkan tangan. "Lepaskan pakaian ku!" Titah Taehyung sebelum Hoseok sempat bertanya.

"Ma-maaf?"

Taehyung memandang nyalang pelayannya, "ku bilang lepaskan pakaianku! Aku tidak bisa membukanya sendiri."

Meski sedikit bingung Hoseok tetap membantu Taehyung menanggalkan satu persatu busana yang melekat pada tubuhnya menuntun pemuda tersebut berendam dalam air hangat yang mennguarkan aroma lembut lavender.

"Saya akan menyiapkan pakaian anda," ucap Hoseok sembari keluar dari tempat tersebut setelah memastikan tak ada yang Taehyung butuhkan disana.

Hari itu pemuda Jung tau bahwa tuan mudanya merupakan seorang pangeran yang terbiasa dilayani, ia bahkan harus membantu pemuda berusia enam belas tahun tersebut memakaikan pakaiannya setelah mandi.

"Hoseok, kau mengenal ibuku?" Tanya Taehyung saat ia duduk di sebuah sofa besar dengan nampan sarapan di atas meja di depannya. Pandangan pemuda itu tetap pada menu sarapannya, roti panggang dengan isian daging asap, telur mata sapi dan semangkuk sup krim lezat serta segelas susu hangat.

Hoseok yang sebelumnya berdiri terpaku di samping Taehyung dan menatap cara anggun pemuda tersebut makan segera menjawab, "saya tidak pernah bertemu langsung dengan nyonya, terakhir beliau berkunjung kesini adalah pada hari pemakaman saudarinya dan saat itu saya masih terlalu kecil sehingga belum diizinkan masuk ke dalam kediaman utama."

"Namun saya mengenali wajah cantiknya dari deretan foto yang terpajang."

Taehyung meletakkan sendoknya, "ibu ku memiliki saudara perempuan?"

Hoseok mengernyit heran rasanya janggal saat fakta sederhana tersebut tak diketahui oleh tuan mudanya, karna hal tersebut bukanlah rahasia, seisi kastil ini bahkan tau tentang itu, "benar tuan muda, lebih tepatnya ibu anda kembar dan saudarinyalah istri dari tuan besar yang menjadi wali anda sekarang."

Taehyung membalikan badan sepenuhnya dan menatap Hoseok, "kembar?"

"Benar tuan muda," jawab Hoseok, "anda sudah selesai? Istirahatlah, saya dengar perjalanan anda sangat panjang."

Mungkin pelayan muda tersebut tak ingin tinggal terlalu lama dan berujung kembali berbicara sesuatu yang mestinya tak ia ucapkan. Taehyung diam saat Hoseok mengambil nampan sarapannya yang telah kosong dan keluar meninggalkan ruangan meninggalkan sang tuan mudanya sendiri dengan banyak tanya dalam kepala. Taehyung bangkit dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang besar disana, tubuhnya didera lelah setelah dua minggu berat yang dilalui dan perjalanan jauhnya. Meski hatinya bergemuruh penasaran namun, matanya perlahan terpejam terkalahkan oleh letih di badan.













19.Februari.2021

Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang