Rain

155 26 4
                                    

Taehyung baru kembali saat matahari telah tergelincir. Melewatkan jam makan siangnya. Tubuhnya di dera rasa lelah, pakaian dan celananya kotor karena tanah dan lumpur. Surainya yang biasa tertata rapi sedikit kusut dan menjuntai ke bawah lantaran peluh yang membasahi kening. Tapi semua kekacauan tersebut tidaklah cukup untuk menyamarkan ketampanan dan kesempurnaan rupanya.

Ia melangkah ke dalam kastil, membiarkan kudanya di bawa kembali ke dalam kandang oleh salah satu pelayan yang berjaga di depan pintu. Sepatu bootnya yang penuh lumpur meninggalkan noda yang mungkin akan merepotkan pelayan untuk membersihkannya.

Gurat senyum tak luntur dari wajah, rasa puas dalam dadanya atas kerja kerasnya hari ini. Menapaki satu persatu anak tangga ia mendapati Hoseok telah menunggunya di depan pintu kamar.

"Anda melewatkan makan siang anda tuan muda," ucap Hoseok sembari membukakan pintu kamar saat Taehyung berdiri depannya.

Taehyung tersenyum, "bantu aku membersihkan diri Hoseok."

Tanpa banyak bicara Hoseok bantu menanggalkan pakaian Taehyung, menyiapkan air hangat dan menyeka tubuh pemuda itu yang terasa lengket karena keringat dan menggosokan sabun beraroma bunga ke tubuhnya.

"Apakah berkebun sangat menyenangkan?"

Taehyung mengangguk, "ya, itu membuat hati ku berdebar menanti kuncup pertama tumbuh dan mekar."

"Saya juga ikut menantikannya."

Hoseok membentangkan handuk kering. Menyeka tetes air dari tubuh Taehyung. Menyiapkan piama satin karena hari mulai gelap. Taehyung sempat melirik Hoseok yang hari ini lebih banyak diam meski tetap melakukan pekerjaannya

"Hoseok, tolong siapkan makan malamku di kamar Jungkook," ucap Taehyung setelah Hoseok selesai mengurus dirinya.

Pelayan itu diam sejenak menatap Taehyung, lalu berujar lemah, "sebaiknya malam ini anda tidak berkunjung dan beristirahat lebih awal."

Taehyung menatap Hoseok dengan kerutan di kening,"kenapa? Aku ingin menemui Jungkook."


Hoseok mengulas senyum tipis tapi tarikan bibir itu tak menyiratkan suatu yang menyenagkan di wajahnya, "tuan muda sedang beristirahat, dia jatuh tak sadarkan diri siang tadi dan tubuhnya tengah demam saat ini."


Taehyung diam sejenak sebelum melangkah tergesa ke kamar Jungkook. Diikuti Hoseok yang berjalan dengan memberi jarak untuk memberi ruang namun, tetap berjaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan.


Taehyung memasuki kamar yang belakangan menjadi tempat favoritnya. Suhu ruangan lebih hangat dari biasanya. Nyonya Park yang tengah menunggui sang tuan muda menoleh, menatap Taehyung tanpa berucap.


Wanita itu beranjak dari tempat duduknya, mengambil wadah air yang sebelumnya ia gunakan untuk merendam sapu tangan sebagai kompres di kening Jungkook.


Taehyung berjalan mendekat, ini pertama kalinya ia melihat Jungkook tampak sakit. Sebelumnya pangeran muda itu selalu mengulas senyum dan tampak tenang dalam pembaringannya.


Diamatinya paras rupawan si lebih kecil, bibir yang biasanya bersemmu merah muda nampak pucat dan kering. Keringat menitik di pelipisnya yang bersuhu panas. Pejamnya nampak resah dan tak setenang lelapnya malam lalu.

Taehyung mengusap pelan surai Jungkook, membuat mata bulat itu mengerjap berusaha terbuka kala merasakan lembut sentuhan yang ia kenal.

Seulas senyum tipis terulas tepat ketika mata sayu itu menangkap presensi yang ditunggunya.

"Apakah berkebunmu menyenangkan?" Tanya Jungkook lirih, suaranya nyaris tak terdengar dan sedikit parau.

Taehyung mengangguk, dan tersenyum, ing membagi kisah menyenangkanya siang ini, "sangat menyenangkan."

"Kau pasti senang dapat bermain dan tertawa dengan teman baru, sudah tidak lagi bosan terkurung sendiri dalam tempat ini." Suara lirih dan senyum getir itu membuat Taehyung melunturkan senyumnya. "Aku mendengarmu tertawa. Suara kaki kuda yang berkejaran dan juga seruan semangatmu dengan Jimin pagi tadi, tiba-tiba aku merasa takut jika nantinya kakak akan pergi dan tak lagi datang mengunjungiku yang hanya bisa berdiam diri dan tak mampu menatap mentari."

Memahami ketakutan yang lebih muda, Taehyung mengeratkan genggaman tangan mereka, "bukankah aku sudah berjanji akan membawamu menghirup udara segar pagi hari dan menatap langit?"

Jungkook mengangguk dan tersenyum menanggapi.

"Aku akan membawamu keluar dari sini saat kelopak mawar itu mekar. Aku akan membiarkan kakimu memijak basah rerumputan dan merasakan sejuk embun nanti."

"Jimin adalah temanku, yang artinya juga temanmu. Dia adalah orang yang menceritakan padaku tentang kisah kelahiranmu di hamparan mekar bunga. Dia mengagumimu, memuja parasmu yang terbalut kulit seputih salju, dia tengah menunggu usia tujuh belas tahunya untuk bisa menjadi pelayan dalam dan memasuki kastil demi menemuimu, dia sangat ingin berjumpa denganmu dan mengabdikan diri sebagai orangmu, dia selalu bercerita bahwa setiap hari akan menunggu Hoseok pulang demi mendengar cerita tentangmu. Kau akan menyukainya Jungkook, kelak kita akan bermain bersama di kebun rahasia."


"Aku sudah menanam benih mawar dan menimbunya dengan tanah, merapal mantra agar bunga itu segera tumbuh dan mekar untukmu," ujar Taehyung, ia menunjukan jemarinya yang terluka karena ranting tajam di kebun, "kau lihat, aku sedikit payah menggali tanah, Jimin menertawaiku saat jari ini tergores dan mengeluarkan darah."


Jungkook terkekeh pelan, ia merasa tenang dan terhibur. Dalam hati meyakini bahwa ia takan lagi merasakan sepi. Jungkook menggengam tangan Taehyung dan mengecupnya, "terima kasih kak."

Di tengah percakapan keduanya suara gemuruh terdengar menyambar langit. Rintik hujan jatuh dan mulai membasahi bumi, seketika binar mata Taehyung memancar senang, "Jimin bilang, hujan adalah ramuan terbaik yang akan membuat bunga itu tumbuh dan mekar, jadi ku rasa semesta ikut mengamini keinginan kita untuk segera menyaksikan kebun rahasia itu kembali hidup."



Hoseok menyimak semuanya dalam diam, tersenyum dan mengapus air mata yang menitik di pipinya.

"Saya akan menyiapkan makan malam," ucapnya seraya menutup pintu kamar dan membiarkan keduanya menghabiskan malam berdua.





















"Saya akan menyiapkan makan malam," ucapnya seraya menutup pintu kamar dan membiarkan keduanya menghabiskan malam berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













10.Oktober.2024

Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang