Rena berusaha rileks, ingin menarik tangannya, tapi juga penasaran dengan permintaan Akira. Ia membalas tatapan Akira, menunggu kalimat selanjutnya untuk mengetahui apa permintaan Akira.
“Apa itu?” Rena tidak bisa menahan dirinya untuk segera menanyakannya, karena Akira hanya terdiam dalam waktu yang cukup lama.
“Aku butuh barang dari hokage dan para ninja elit desa. Tidak terlalu berat kan?”
“Maksudnya?”
“Ya, barang. Apapun itu, ntah hitae ate, atau apapun yang benar-benar milik mereka. Aku membutuhkannya untuk penelitianku.”
Penelitian apa yang membutuhkan barang dari seorang petinggi desa dan ninja elitnya? “Baiklah”. Apa? Bukan. Bukan itu yang ingin ku katakan.
Akira melepaskan genggaman tangannya, mengacak rambut Rena sebentar dan melanjutkan memakan dango yang belum sempat dihabisinya. Sementara Rena, ia hanya diam, menunduk dan memikirkan apa yang baru saja dilakukannya. Berencana mengabulkan permintaan seperti itu, bukannya itu terlalu beresiko?
“Hey Akira, apa menurutmu aku bisa melakukannya?”
“Tentu saja. itu tugas yang sangat mudah.”
Mengambil barang milik orang adalah hal yang mudah? Bagaimana mungkin?
“Kalau kali ini kau berhsil, aku akan menunjukkan lembah batu itu padamu” lanjut Akira. Rena menatap Akira dengan semangat, dan itu membuat Akira menunjukkan senyum tipisnya.
Rena mengulurkan jari kelingkingnya tepat di depan wajah Akira, yang dibalas tatapan aneh dengan Akira. Rena menyentuh tangan Akira dan menuntun jari kelilingkingnya mengait ke jari kelilingking Rena, “Kau sudah berjanji.”
***
Kantor hokage benar-benar terlihat gelap pada malam hari. Cahaya yang menerangi semua ruangan hanyalah lampu yang mungkin bisa dikatakan remang-remang. Dan Rena telah berdiri di depan pintu ruangan hokage. Di tengah malam, penerangan yang remang-remang, tidak ada orang, saat ini adalah saat yang paling pas untuk mengambil sesuatu. Pasti ada barang kakashi yang tertinggal di kantornya kan?
Rena membuka pintu dengan sangat pelan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun.
“NGGAK DIKUNCI?!” Rena sangat heran sampai-sampai mengeluarkan suara yang lumayan besar, bahkan nyaris menjerit. Ia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rena terkejut mendapati kantor hokage yang tidak dikunci saat tengah malam begini, bahkan tidak ada pengawasan yang terlalu ketat. Saat menuju ke sini, Rena hanya melihat dua jounin yang kemungkinan bertugas mengawasai seluruh ruangan digedung ini.
“Tentu saja, kenapa aku harus mengunci ruangan ini saat ada aku di dalamnya?”
Rena mendorong pintu lebih lebar hingga bisa menemukan orang yang menyahutinya.
“HOKAGE-SAMA?!” Kedua tangan Rena yang memegang knop pintu bergetar, walau tidak bergetar hebat, Kakashi tetap bisa melihatnya.
“Kenapa kau terkejut melihat hokage yang sedang berada di ruangannya? Bukankah seharusnya aku yang terkejut melihtmu mengendap-ngendap mencoba memasuki ruanganku?” balas Kakashi santai dengan wajah yang terlalu ramah untuk menyambut seorang penyusup pada tengah malam seperti ini, tatapan yang terlalu ramah itu malah membuat Rena merasa ngeri. “Jadi, kenapa kau ada di sini?” Kakashi lanjut bertanya, tangan kanan yang sedari tadi memegang pena, sekarang berpindah ke bawah dagu bersamaan dengan tangan kirinya. Tatapan ramahnya berubah menjadi tatapan yang serius.
Rena hanya menunduk dalam diam. Ia benar-benar tidak berani menatap Kakashi atau bahkan meja kerjanya. Ia hanya mampu menatap kedua kakinya.
Seberapa keraspun Rena berpikir alasan yang pas, ia tetap tidak bisa menemukan alasan logis atas keberadaannya di kantor hokage pada tengah malam begini, bahkan dengan cara mengendap-endap. Mugkin Rena akan berakhir di penjara bawah tanah atau semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference [END] ✔
FanfictionTerdampar ke dunia anime kesukaan kalian, apa pernah kalian bayangkan? Begitulah yang dialami Rena, ntah mimpi apa yang membuatnya bisa sampai ke dimensi lain. ___ "Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa di sini?" gadis itu terus menanyakan hal ya...