“Ternyata ini alasan Shino hanya mendengar pertanyaanku dan nggak berniat untuk menjawabnya.” Bisiknya.
“Dari sekian banyak karakter kenapa sih aku harus ketemu Shino? Kenapa nggak yang lain aja. Yang lebih pengertian, atau kenapa nggak ketemu my baby boy Naruto, nggak masalah deh aku dengerin talking no jutsunya, asal nggak begini” Rena menggerutu dengan suara yang sangat kecil.
“Shino! Kau nggak bisa memperlakukanku begini. Memang kau punya bukti aku ini orang yang bisa membahayakan desa?”
“Karena itulah aku akan membawamu ke Ibiki-san untuk membuktikannya”
“Aku nggak mau ketemu paman Ibiki. Nggak mau! Lepasin aku nggak? Lepasin aku sekarang!!!” Rena menghentak hentakkan kakinya ke tanah sebagai bentuk protesnya. Ia juga menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan cepat, ntah terlihat seperti apa dia sekarang. Ntahlah sepertinya dia tak memperdulikan tampilannya sekarang, dia hanya ingin terlepas dari para serangga ini.
Shino sama sekali tak mempedulikan tingkah Rena sampai sebuah benda jatuh dan menimbulkan suara di tengah hutan yang tenang ini. Shino menghebtikan langkahnya, berjalan ke arah Rena dan berniat mengambil sebuah buku berwarna hijau tua, niatnya terhalang oleh kedua kaki Rena yang menginjak buku itu. Rena tidak berniat menyembunyikan sesuatu, hanya saja dia juga bingung kenapa buku itu bisa jatuh dari dirinya? Atau jatuh dari kantong blazer-nya? Kalaupun iya, itu buku apa? Rena tidak merasa sedang mengantongi sebuah buku, kenapa tiba-tiba buku itu jatuh seolah-olah dari dirinya, apa benar itu miliknya?
Shino dengan mudah menyingkirkan kedua kaki Rena dari bukunya. Sesaat, Rena merasa tubuhnya seperti melayang di udara. Dalam satu kedipan mata, buku itu sudah berada di genggaman tangan Shino.
Tidak ada tulisan apa pun di sampul buku itu.
Peraturan yang paling utama adalah : “Hanya ada satu orang yang mengetahui. Sebelum diputuskan, akan ada darah yang ditumpahkan.”
Begitu isi yang terlihat pada lembar pertama buku itu. tulisan itu tertulis di atas kertas putih yang benar-benar polos, tanpa ada noda atau garis sedikitpun. Tinta merah pada tulisan menambah kesan misterius pada buku itu.
“Apa ini maksudnya? Apa kau akan membunuh semua orang yang mengetahui hal tentangmu?” Shino bersikap siaga lagi. Rena hanya menggelengkan kepala dengan cepat, berusahan meyakinkan Shino jika dia tak tau apa apa. Dia tak mengeluarkan suara. Sedetik kemudian, sebuah kunai telah mendarat di ujung leher Rena, siap menusuknya kapan saja. Bahkan Rena harus mendongakkan kepalanya karena ujung yag runcing itu sudah bersentuhan dengan kulit lehernya.
“A-Aku nggak tau. Itu bukan milikku, sungguh. To-tolong jangan begini.”
“kau ingin aku percaya padamu. Kalau begitu ceritakan tentangmu, itu karena, hal itu bisa membuatku percaya kalau buku ini bukan milikmu.”
Rena melirik Shino, tak berani menoleh, jika dilakukan, bisa saja kunai ini menggores lehernya. Dia benar-benar terkejut melihat Shino bersikap begini.
“Okey, turunkan kunaimu. Apa kau berharap aku bicara dengan terbata-bata karena kunaimu itu?”
“Kau pikir aku peduli?”
“Sialan. Aku benar benar membecimu. Dari seluruh karakter yang ada, kau lah yang paling ku benci!”
“Terserah. Aku hanya berusaha melindungi desaku.” Shino menguatkan genggaman pada kunai yang dipegang.
“Aku, aku berasal dari Negara yang jauh dari sini.”
“Bicara yang jelas, kalau jauh, Kirigakure juga jauh dari sini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference [END] ✔
FanfictionTerdampar ke dunia anime kesukaan kalian, apa pernah kalian bayangkan? Begitulah yang dialami Rena, ntah mimpi apa yang membuatnya bisa sampai ke dimensi lain. ___ "Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa di sini?" gadis itu terus menanyakan hal ya...