☁️ Chapter 18

872 80 116
                                    

Yuk bisa yuk vote komen dulu!🤩

-
-
-

Happy Reading All!🤩

_____________________________________

Rea menutup pagar rumahnya. Ia berjalan sembari memegangi kepalanya yang berdenyut.

Rea menekan bel, seraya mengucapkan salam. "Assalamualaikum bi, Rea pulang."

Rea menunggu beberapa saat, hingga pintu itu terbuka, menampakan Bi Inah yang masih memakai celemek.

"Non Rea, kok non udah pulang jam segini?" tanya Bi Inah, dengan kening mengkerut.

"Rea izin pulang Bi, kepala Rea sakit banget. Jadi Rea izin, buat istirahat aja di rumah." ujar Rea.

"Yaudah yuk masuk dulu non, terus istirahat. Nanti Bibi bawain bubur, sama obat."

Rea mengangguk, dan berjalan masuk. Tubuhnya sangat lelah. Kepalanya berdenyut-denyut.

Ia menaiki tangga perlahan, agak lambat. Setelah sampai di lantai atas, ia masuk kedalam kamar dengan pintu berwarna hitam. Ia merebahkan tubuhnya di kasur sederhana nya. Kasur yang hanya muat satu orang. Kasur sederhana itu sudah mulai menipis dimakan waktu.

Jika dibandingkan dengan kasur Bi Inah, mungkin lebih layak kasur Bi Inah. Setiap ingin membersihkan kamar anak majikannya itu, Bi Inah meringis. Dia sebagai orang tua juga sedih melihat keadaan Rea. Anak orang kaya tapi serba kekurangan. Bi Inah saja yang notabenenya hanya seorang asisten rumah tangga, selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak nya.

Kamar Rea ini aslinya luas. Tapi sangat kosong. Di dalamnya hanya ada sebuah kasur sederhana yang hampir tak layak pakai. Sebuah lemari pakaian dua pintu, lemari kecil di pinggir kasur, lampu tidur, dan meja belajar. Serta kamar mandi kecil di dalamnya.

"Huh, nyaman nya tidur di rumah." gumam Rea.

Ia memejamkan matanya, menghiraukan rasa sakit di kepalanya.

Saat ia hampir tertidur, seseorang mengetuk pintu kamarnya, itu adalah Bi Inah yang membawa nampan berisi bubur, air putih, susu steril, dan obat.

"Non, nih makan dulu." Di letakkannya makanan, minuman, dan obat itu di atas lemari kecil samping kasur.

"Iya, Bi, makasih."

Bi Inah mengangguk, lalu pergi keluar untuk melanjutkan berbagai pekerjaan rumah yang belum selesai.

Rea mengambil bubur itu, ia sangat menyukai bubur. Tapi tidak dengan bubur hambar ini. Ahh rasanya Rea ingin muntah memakannya. Setelah selesai makan, ia meraih bungkus obat.

Setelah obat itu ia telan segera ia meminum segelas air putih hingga tandas tak tersisa. Dan menyuapkan sedikit bubur, untuk mengatasi rasa pahit di lidah nya.

Setelah itu di rebahkan nya lagi tubuhnya, ia memandang jarum jam yang terus bergerak, dan berbunyi tok tak tok tak
Lama-lama rasa kantuk menyerang, Rea tertidur meringkuk dengan baju seragam masih melekat di tubuhnya.

* * *

Tringgg

"Baiklah anak-anak pelajaran kali ini kita sambung Minggu depan, saya permisi, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

Disaat siswa siswi berdesakan ingin cepat pulang, Biru dengan santai memasukkan alat tulis nya, pikirnya untuk apa berdesak-desakan? Toh akhirnya tetap pulang.

Rumit [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang