☁️ Chapter 9

1.3K 138 41
                                    


Selamat membacaaaa🙏🤩

_

___________________________________

"Ehem ..." Seseorang di belakang Rea berdehem, sontak Rea terkejut mendengarnya.

"K-kamu udah lama berdiri di situ?"tanya Rea gugup.

"Enggak gue baru dateng,"ucap Biru.

Rea bernafas lega. "E-eh iya"

"Lo belum mandi?"tanya Biru.

Rea memutar bola matanya malas."Ya belum lah, kamu ga liat!"

"Yee lo ga usah nyolot juga," Lelaki itu melempar handuk, dan sebuah Hoodie serta celana training, pada Rea.

Gadis itu cemberut lantas berkata, ngga usah di lempar juga kali!"

Biru berlalu pergi, meninggalkan Rea yang masih menggerutu.

Setelah kepergian Biru, Rea memutuskan untuk segera mandi di kamar mandi yang memang tersedia di dalam kamar.

Gadis itu termenung di bawah guyuran air shower. Di ruangan kecil itu air matanya kembali tumpah. Rintik air membasahi badan ringkih gadis itu. Terlihat punggungnya yang mempunyai banyak pahatan luka. Luka di cambuk lebih tepatnya. Banyak memar disana. Kulit putih itu tampak menjadi biru keunguan.

Dia menangis di ruangan kedap suara itu. Menangis memukul kepalanya.

"Harus nya kamu yang mati, Rea!"

* * *

Di pemakaman tempat menguburkan jenazah putra keluarga Wijaya, Penuh dengan kerabat, dan klien bisnis.

Jenazah Leo, sudah di kubur tadi pagi.
Sekarang hanya tersisa beberapa orang lagi. Arga menabur bunga diatas gundukan tanah yang masih basah itu.

Air matanya kembali mengalir.
Mengingat kebersamaan dengan sang anak. Tapi sekarang ia kembali hancur. Hancur ditinggalkan oleh anaknya.

Bagaimana jika istrinya yang baru sadar nanti mengetahui bahwa putranya telah tiada.

Rino mengelus pundak putranya.
"Sudah Arga ayo kita pulang,"

Arga menggeleng cepat, "Tidak. Aku tidak akan meninggalkan putra ku sendiri."

"Sudah nak, Leo sudah tenang di sisi Tuhan."

Dengan berat hati Arga beranjak dari makam Leo.

Arga kembali teringat akan penyebab ini semua. "Rea ... saya tidak akan membiarkan mu tenang!"

*****

Seorang gadis keluar kamar dengan Hoodie kebesaran.

Dia menghampiri Biru yang sedang menonton televisi.

Dia berdiri di belakang sofa itu. Sungguh canggung bila dia langsung duduk di sana.

Biru yg menyadari ada seseorang di belakang nya. "Lo kenapa berdiri di situ?"tanya Biru.

Biru menatap Hoodie nya yang menutupi sebagian paha gadis itu.

"Pendek,"cibir Biru dengan muka datar.

Gadis itu mencebikkan bibirnya, "Aku tinggi tau!"ucapnya dengan nada merajuk.

Biru tidak memperdulikan, ia tetap fokus dengan tayangan di televisi. Menampilkan tokoh tokoh Avengers.

"Kamu suka Avengers yah?"

Biru mengangguk singkat.
"Iya."

"E-em Biru ... aku mau pulang dulu ya? Nanti baju sama celananya aku kembaliin kalo udah aku cuci. Dan terimakasih ya udah ngizinin aku nginap semalam,"ucap Rea.

Rumit [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang