"Falling in love is bullshit!"
"Ra, sorry, kita putus ya......."
"Putus? Are you kidding me? Kita baru jadian sekitar 12 jam yang lalu deh, kalo otakku ga salah hitung. Dan, PUTUS? Segampang itu?"
"Maaf Naura, aku nembak kamu tadi pagi itu gara-gara kalah ngelawan Rio sewaktu tanding Futsal. Dan konsekuensi nya aku harus pura-pura nembak kamu."
"Klasik banget sih alesannya!"
"Terserah Kamu mau bilang apa, kita tetep putus ya." Ujar laki-laki bermata coklat itu, Wajahnya tampak biasa saja, seolah ia sedang berbincang tentang hal remeh. Iya! Remeh baginya, tapi tidak untukku.
"Sialan ya kalian, jadiin anak orang bahan mainan!"
"Justru karena aku ga mau nyakitin kamu lebih jauh, makanya kita sampe di sini aja ya Ra, please aku bener-bener minta maaf. Aku juga gatau kalo kamu bakalan terima aku, sewaktu aku nembak kamu tadi pagi."
"Basi! Let's break up! Bajingan."
Apa yang kau pikirkan jika orang yang kau sukai sejak beberapa tahun terakhir datang dan mengungkapkan isi hatinya kepadamu? Dengan cara yang paling manis untuk tolok ukur anak SMA. Oh iya, pastinya kau akan merasa bahagia, berbunga-bunga, Dan kau akan berkata pada dirimu sendiri "Wah beruntungnya aku, mendapatkan apa yang dari dulu aku inginkan." Iya, aku juga akan merasakan itu semua, sepertimu. Bahkan aku sudah merasakannya, baru saja tadi pagi. Namun sialnya, hal tersebut tidak berlangsung lama.
Apa yang kau pikirkan tentangku saat ini? Menyedihkan, kupikir juga begitu. Kukira, aku akan benar-benar menjadi seseorang yang dicintai tapi ternyata aku hanya jadi bahan permainan. Tapi jika kau berpikir setelah kejadian itu aku akan menangis semalaman di dalam kamar, lalu keesokan harinya mataku akan bengkak dan berkantung, hoooo, jangan harap. Aku tidak akan melupakan semua jerih payahku untuk membeli eye cream dan merawat kulit bawah mataku hanya untuk menangisi laki-laki tidak jelas seperti Abian.
Iya, namanya Abian, laki-laki pertama yang aku sukai dalam hidupku. Aku tidak pernah ngobrol banyak dengannya, hanya saja aku menyukai cara dia berbicara dengan orang lain, terutama dengan wanita. Tidak terlalu berlebihan namun juga bukan laki-laki cuek seperti yang kau temui di drama Korea. Sederhananya, dia laki-laki berwibawa dan aku menyukainya sejak masuk SMA hingga sekarang. Aku tidak bisa menjelaskan kenapa tapi yang pasti aku percaya bahwa jatuh cinta terkadang tak ada alasannya.
Tapi setelah kejadian itu, semua persepsiku tentang Abian harus segera kubunuh! Tidak ada laki-laki berwibawa dan cerdas yang mau menerima taruhan semacam itu. Dia sekarang hanya pengecut di mataku. Bahkan untuk menoleh ke arahnya saja sudah membuatku muak. Andai kami tidak berada dalam satu kelas yang sama dalam tiga tahun terakhir, semuanya pasti akan baik-baik saja. Tapi lagi dan lagi kenyataan harus menamparku. Aku harus bertemu dengannya setiap hari bahkan setelah kejadian menyedihkan malam itu..
Abian, kau memang tidak membuatku menangis saat itu, tapi kau berhasil membuatku benar-benar kecewa. Kau tau, jika seseorang sudah kecewa akan sulit memperbaiki segalanya. Aku sudah mematikan segala harapanku terhadapmu tapi lukaku tidak bisa sembuh begitu saja, sebelum aku bisa membalasmu. Kau merubah pendapatku tentang sebuah hubungan. Dan aku tidak akan pernah lagi percaya bahwa cinta itu benar-benar ada. Mencintai dan dicintai itu adalah sebuah keberuntungan yang bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu, tapi itu bukan aku.
Author's note
This is (not really) my first story, suatu saat aku jelasin kenapa ya, hehe.
Sebelum itu, aku mau ucapin terima kasih buat yang sudah membaca prolog Ephemeral ini, untuk saran dan kritik bisa ditulis di kolom komentar.
Calm down, aku termasuk orang yang demokratis kok, asal kritiknya masih tergolong manusiawi wkwkwk.
Sekian dulu, yaaa.
Stay happy
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Romantizm"Ra, sorry, kita putus ya......." Butuh waktu satu hari untuk patah hati, tapi bertahun-tahun untuk menyembuhkannya. Darinya aku percaya bahwa, tidak ada hubungan yang sebenar-benarnya jika kita tidak menemukan seseorang yang tepat. Dan dia bu...