Selamat Tinggal Putih Abu - Abu

1K 165 36
                                    

"Hai GuYS!!! TebAK KiTa LAgi ADa diMANa NiH?!!!"

Suara cempreng dari balik kamera itu diarahkan pada Jeno dan Rendra yang sedang mengantri masuk ke auditorium Sekolah Sendok Emas di mana acara penyerahan ijazah akan dilaksanakan.

"Bisa nggak sih lo sehari aja nggak ngonten?!" Desis Rendra.

"Kita lagi di auditorium Sendok Emas buat acara kelulusan!" Javin menjawab pertanyaannya sendiri, tak memerdulikan decakan sinis Rendra.

"Lihat nih guys, Jeno udah ganteng banget pake jas! Coba kasih tahu Jen, ini jasnya darimana?" Kamera Javin menyoroti Jeno dari bawah ke atas. Dresscode hari ini pakai jas dan sepatu. Cewek - cewek diberi pilihan untuk pakai jas dan rok, atau jas dengan dress. Pokoknya yang formal tapi bukan buat pesta.

"Dari rumah," jawab Jeno sambil senyum merem.

"Rendra juga ganteng banget nih! Lihat rambutnya baru!" Kamera Javin bergerak ke Rendra dan fokus ke rambutnya yang sekarang dipotong cepak hingga menampakkan dahinya.

Rendra tetap acuh meski kamera Javin mendekat.

"Makin cakep nggak guys? Coba lo rate jidat Rendra!" Seru Javin seraya nge-zoom ke jidat Rendra. 

"Nyoh rate nyoh!" Rendra menyeruduk kamera Javin.

Javin melangkah mundur untuk menghindar hingga tanpa sengaja menginjak kaki Calvin dengan keras.

"Anjing!" Umpat Calvin sambil mendorong Javin.

Meskipun ceking, Javin rupanya cukup kuat sehingga tidak goyah. Dia justru balas mendorong bahu Calvin dengan bahunya. "Nggak sengaja elah!" 

Tidak menduga akan mendapat serangan balik, Calvin goyah hingga menabrak manusia di belakangnya sampai jatuh.

"BANGSAT NGAPAIN SIH?!" Bentak Yuli yang jadi korban aksi dorong - dorongan itu. 

"Javin yang mulai! Marahin dia noh!" Calvin kembali berdiri tegak dan menunjuk Javin.

"Guys kita sedang menyaksikan dua orang denial sedang berantem," ujar Javin dengan kamera menyoroti Calvin dan Yuli.

"Denial apaan anjir?!" Calvin dan Yuli berseru bersamaan. Dua - duanya langsung bertukar pandang dengan mata melotot. 

"Denial kalau saling suka," kata Javin dengan sebuah seringai menyebalkan.

"Lo daripada bacot mending bantuin gue berdiri!" Yuli masih di lantai. Agak susah dia berdiri sendiri soalnya pakai heels dan rok span pas di atas lutut. Tangan Yuli terulur ke Javin, namun Javin mengacuhkannya dan malah cek - cok lagi sama Calvin.

Akhirnya yang meraih tangan Yuli adalah Dominique.

"Lo nggak apa - apa?" Tanya Dominique.

"Bokong gue sakit!" Keluh Yuli.

"Sabar ya Yul. Habis ini lo nggak harus ketemu mereka lagi kok," ujar Mark dari samping Dominique.

Maksud Mark ingin menghibur Yuli, tapi nampaknya Yuli nggak terhibur.

Yuli justru merasa sedih berpisah dari teman - teman absurdnya ini demi melanjutkan kuliah di Jepang.

"Kenapa Yul? Sakit bangetkah? Apa mau cari tempat duduk dulu?" Dominique khawatir melihat ekspresi Yuli yang makin muram.

Yuli menggeleng. "Nggak kok Dom. Tiba - tiba kepikiran aja kalau gue bakal nggak ketemu lo lagi juga."

Bibir Dominique menekuk ke bawah. "Ih Yul! Jangan bilang gitu! Walaupun kita beda kampus bukan berarti nggak bakal ketemu lagi!"

To All The Girls We LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang