Pilihan

1.6K 373 134
                                    

Playlist for this chapter:

Know No Better - Justin Bieber ft. DaBaby

🌹🌹🌹

Silence has never been a problem for Mark and Dominique.

Sering kali mereka hanya diam saat berada di dalam mobil. Membiarkan musik yang berputar menjadi satu - satunya suara yang terdengar.

Hari ini pun, dari dijemput Mark di mall sampai mereka tiba di rumah Dominique, keduanya nggak saling bicara.

But for some reasons, the silence felt heavier than usual.

Rasanya keheningan itu muncul karena mereka sengaja menghindar membicarakan hal yang mengganggu pikiran mereka.

Sepanjang jalan Dominique memandang keluar jendela. Sibuk menyusun kalimat di dalam kepalanya. Berusaha mencari kata - kata yang tepat supaya Mark nggak nahan dia berangkat ke Harvard.

Mark pun sama. Meski matanya fokus ke jalan, otaknya berputar memikirkan gimana caranya supaya dia bisa mencegah Dominique ke Amerika tanpa bikin mereka berantem.

"Mbak tolong taruh di vas Gucci yang kapan hari saya beli terus taruh di kamar ya." Dominique memberikan buket bunga matahari yang dibelikan Mark pada asisten rumahnya sebelum jalan ke taman belakang bareng Mark.

Keduanya duduk di kursi taman yang menghadap ke kolam renang.

Mark sama Dominique jarang banget bertengkar. Dua - duanya punya sifat dan cara pikir yang mirip, jadinya mereka selalu seiya sekata gitu. Sekalipun mereka berdebat, biasanya salah satu bakal mengalah untuk menghindari pertengkaran yang lebih lanjut.

Tapi kali ini, nggak ada yang mau mengalah.

"Domi-"

"Mark-"

"Kamu dulu deh," kata Dominique.

"Nah, you first princess," balas Mark.

Dominique menghela napas pelan. Kedua matanya yang besar menatap mata Mark sebentar kemudian beralih ke kolam renang yang cuma jadi hiasan aja di rumah karena nggak pernah ada yang pakai.

Dominique udah menyiapkan macam - macam dialog tapi pas udah saatnya ngomong, dia malah bingung harus mulai darimana.

Setelah membasahi bibirnya Dominique berujar pelan. "I can't give up Harvard."

Dominique menarik napas dalam - dalam kemudian melanjutkan, "I know you must be sad because you didn't get in. Tapi bukan berarti aku harus ikutan nggak jadi kuliah di sana." Tangan Dominique berkeringat dingin, sesuatu yang selalu terjadi kalau dia cemas.

"I will still go Mark. With or without you."

Mark mendengarkan dengan seksama setiap kata yang meluncur dari bibir Dominique. Daritadi dia nggak lepas memandangi side profile Dominique.

"I just don't want us to be far from each other," balas Mark. Kali ini nada bicaranya tenang.

"Kalau kamu tetap mau ke Harvard, gimanapun caranya aku bakal masuk sana juga," tambah Mark serius.

"Kamu bisa apply lagi di tahun ajaran baru Mark. Jangan main curang." Dominique menoleh dengan alis bertaut ke arah Mark.

"Terus masa aku nganggur setahun?"

"You can travel or do some voluntary work. And visit me as well!"

"I don't think Ayahanda will let me nganggur setahun."

To All The Girls We LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang