7

11 2 0
                                    

Didalam Kamar nuansa hitam abu-abu, Dirga sedang memikirkan kejadian saat pulang sekolah tadi. Tak biasanya dia menawarkan pulang bareng kepada Ainaya.
Bahkan ia tak mau ditumpangi sahabatnya selain Galang.

Tapi, ini Ainaya. Siswa baru disekolah yang baru saja dia kenal. Itu pun cuma tahu namanya.

Apa memang benar kata Feri? Dia tertarik kepada Ainaya. Tapi itu tak mungkin. Setelah 3 tahun berlalu ia tak memiliki minat untuk pacaran, sekarang ia malah suka dengan seseorang yang tiba-tiba muncul.

Memang tak aneh sihh, karena perasaan siapa yang tahu?

Tapi,,

Sulit dipercaya.

Dirga akan mencoba untuk mendekati Ainaya, mungkin menjadi teman?

Jika memang dia menyukai Ainaya, pasti rasanya sangat senang, tenang, dan nyaman saat berasa didekatnya.

Yahhh.

Mungkin itu yang akan ia lakukan besok.

Jika berhasil, semoga saja dia bisa membuka hatinya kembali untuk Ainaya, dan menjadi pelabuhan terakhir.

Juga impiannya untuk menikah muda akan terlaksana bukan?

------

Pagi sekali, Ainaya bangun tidur langsung siap-siap untuk berangkat sekolah.

Bundanya tak pulang, ternyata beliau lebih memilih pulang ke Hotel bersama Ayahnya, ketimbang pulang kerumah.

Iyaaa, kemarin pagi Bunda sudah tak ada dirumah memang sedang menjemput Ayah yang baru pulang dari perjalanan bisnis.

Ketika Ainaya sedang menyiapkan sarapan, terdengar suara kunci pintu dibuka.

"Ayahhhh, Nay kangen banget. Kenapa gak pulang dari kemaren aja sihh, langsung kerumah. Malah check in dulu di Hotel," Ainaya memberenggut.

"Ayah mu tuhh. Bunda suruh langsung pulang malah alesan capek lahh, lelah lah." Ucap Bunda.

Ayah tertawa dipojokkan seperti itu oleh istrinya, "Serius Nay, Ayah terlalu capek kemarin. Jadi yaa nginep di Hotel dulu."

Ayah melihat penampilan Ainaya sudah siap dengan seragam mengernyitkan dahi, "Kamuu, tumben udah siap. Berangkat sekarang?"

"Iya Yahh, Nay berangkat sekarang aja." Ainaya teringat pesan dari sang pacar untuk orangtuanya, "Oh iyaa, tadi malem Abang Ridwan titip salam buat kalian. Katanya kangen ngumpul bareng."

Ayah dan Bunda tersenyum. Pacar Ainaya memang sudah beberapa kali bertemu dengan mereka, jadi tak heran kenapa mereka bisa dekat dan akrab.

"Sampaikan salam balik untuknya Nay, jaga kesehatan, juga jaga diri kata Ayah. Okeee" ayah berucap dengan senyum penuh makna.

Tapi Ainaya tak menyadari makna yang disampaikan Ayahnya lewat senyuman dan tatapan mata.
"Iya Yahh. Ntar Nay sampein."

"Yaudah Nay berangkat dulu. Ojolnya udah didepan rumah,"

"Gak mau dianter Ayah Nay?" Tanya Ayah.

Ainaya mengecup tangan kedua orang tuanya. Seraya berkata,
"Ayah lanjutin aja istirahat yang tertundanya. Mumpung masih libur. Sekalian kalo bisa Nay pengin punya adik." Ainaya langsung pergi setelah berucap dan memberi salam.

Dia cekikikan denger Bundanya ngomel-ngomel.

Ainaya teriak dari luar, "Bun, Nay serius pengen punya adik." Dia tertawa, senang menggoda orang tuanya.

-----

Ainaya berjalan santai dikoridor sekolah, seseorang dari belakang menepuk bahunya.

"Ehh Dirga, baru nyampe juga?"

Dirga tersenyum mendapat respon baik Ainaya. "Iya, kenapa sendiri?"

"Tiara belum dateng. Nay sengaja dateng pagi, mau kekantin dulu soalnya."

"Gue temenin boleh?" Ucap Dirga.

"Boleh dehh. Yuk," Ainaya menggandeng tangan Dirga. Entah refleks atau disengaja, tiba-tiba dengan beraninya dia megang tangan orang.

Dirga terkejut digandeng tiba-tiba begitu. Ia kira Ainaya tak akan menggandeng tangannya. Tapi Dirga suka, genggaman tangan Ainaya tak membuatnya risih sama sekali.

Dirga tersenyum dan mengeratkan genggamannya.

"Dirga, kata orang-orang kamu anaknya cuek banget. Sama kayak Galang sama kayak Fahmi. Tapi kok sama Nay kamu baik banget?"

Dirga sedikit tak suka disebut cuek oleh Ainaya, kesall?

"Gaboleh baik ke temen sendiri?" Jawab Dirga datar. Tapi genggamannya tak terlepas.

"Ya boleh dongg. Sering-sering dehh baik sama Nayy biar bisa nebeng tiap hari hehe,"

Dirga gemas, ingin sekali dia mengusap rambut Ainaya.

"Mulai besok. Lo, gue antar jemput tiap hari." Ucapan Dirga membuat Ainaya tersentak.

"Ehh engga gitu maksud Nay, Nay cuma bercanda kok." Ainaya kelabakan sendiri. Takut disangka yang tidak-tidak oleh Dirga.

"Gue gak pernah bercanda Nay."

Dirga menarik tangan Ainaya agar cepat sampai dikantin. Dia terlalu gengsi untuk berhadapan lebih lama dengan Ainaya setelah ajakannya tadi.

Ainaya tersenyum. Hatinya sedikit menghangat mendapat ajakan mendadak Dirga.

Setelah didepan kelas Ainaya, Dirga langsung pamit, "gue kekelas. Udah mau bel." Dirga melepas genggaman tangannya sedikit tak rela. Tapi masa mau digandeng terus?

"Iyaa, hati-hati."

Dirga hanya ngangguk sebagai jawaban.

Ainaya masuk kekelas, ternyata sudah ada Tiara didalam. "Nayy, kesambet setan sekolah lo? Masih pagi udah senyum-senyum aja."

"Ara, Nay lagi bahagia,"

"Halahh paling yayang lo ngasih sesuatu kann?"

"Itu salah satunya sihh. Iya kemarin Abang ngasih kado. Katanya itu kado dari dua minggu kemarin, tapi baru nyampe tadi malem."

"Isinya?" Tanya Tiara.

"Belum tau, Nay gak buka."

Tiara mengerutkan dahi, "Tumben,"

Ainaya tak menanggapi. Dia memandangi tangan kirinya yang tadi digenggam erat oleh Dirga.

Ia kemudian berkata, "Ra, kalo Ainaya suka sama Dirga boleh?"

-----
.
.
.
Semoga suka, bintang dan komen jangan lupa. Papayy💚💚
.
.
.

RENJANA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang