day 1

8 4 4
                                    

Pukul 4 sore Lily beserta teman temannya berada di ruang laboratorium IPA karena ada bimbingan.

Ada sekitar 70 anak berada di dalam laboratorium itu. Mereka dibagi perkelas.

Sekarang terdapat tugas kelompok yang melibatkan bahan bahan kimia. Mereka siap dengan jas putih, sarung tangan putih, dan kaca mata yang disediakan sekolah.

Mereka semua fokus akan kelompok masing masing.

Sialnya tangan Lily terbakar karena terkena asam sulfat atau air keras.

Jehyun yang tak sengaja menumpahkan itu segera membawa Lily untuk mencuci tangan dengan air mengalir. Namun kulit Lily sangat sensitif, hingga sebelum dicuci dengan air mengalir tangannya sudah merah merah.

Guru pendamping yang mengetahui hal tersebut langsung menutupi wajah Lily agar tidak menghirup udara dari air keras. Dan melepaskan baju karena jas dan baju sekolahnya terkena air keras. Jehyun yang melihat badan Lily yang hanya mengenakan tangkop hitam, ia langsung melepaskan almamater sekolahnya untuk menutupi badan Lily yang menjadi sorot mata para lelaki.

Lily merasa kesakitan namun sedikit berkurang. Kini tangannya seperti luka bakar karena terkena air keras. Beruntung sekali dia mendapatkan pertolongan pertama.

Akibat kejadian tadi latihan dibatalkan dan Lily segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Untuk teman teman Lily sudah diberi pesan Lily agar pulang, dan berhenti menghawatirkan dirinya.

Iya. Mereka dari tadi mengoceh dan memberikan pertolongan pertama pada Lily.

Sekarang Lily dibawa ke rumah sakit untuk mengobati luka bakarnya.

Lily pov

"Sorry."

Gue lihat ke arah orang yang berbicara namun gue langsung buang muka. Bukan karena tangan gue tapi. Sakit gye sakit hati.

"gue bilang sorry." Ucapnya sekali lagi namun gue enggak tertarik untuk nanggepi. Hingga akhirnya dia menarik tangan gue yang terkena air keras tadi.

"AKHH!" pekik gue.

Dengan cepat jehyun melepaskan tangannya.

Gue pergi begitu saja dengan tangan kanan yang diperban karena luka. Melihat tersebut Jehyun merebut tas gue yang dipegang di tangan kirinya.

"Gue anter lo." Tanya menunggu jawaban gue. Jehyun langsung memegang tangan kiri gue dan menuntunnya ke parkiran mobil.

"Masuk" jehyun membukakan pintu mobil untuk gue namun gue gak tak kunjung masuk karena gue masih sakit hati.

"Gue bil-

"Lo bunuh laila?" Tanya gue memotong pembicaraan jehyun.

"Lo nuduh? Oh selama ini lo kesini buat bunuh gue karena gue bunuh laila, iya kan?"

Gue terdiam. Mengapa orang bisa menebah pikirannya.

"Lo diem berarti bener." Jehyun menutup pintu mobil dengan kencang.

"Lo percaya?" Tanya jehyun.

Sekali lagi gue terdiam entah mengapa mulutnya terasa kaku untuk bergerak.

"Untuk kedua kalinya lo diem berarti lo percaya. Ya udah lo tinggal bunuh gue sekarang." Ucap jehyun yang membuat gue melotot. Ia tak percaya bahwa orang di depannya ini membunuh sahabatnya.

"Kenapa diem?" Jehyun bertanya karena gue menatapnya dengan tatapan yang susah diartikan.

Gue berjalan mundur dan berusaha kabur namun ditahan oleh jehyun.

bittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang