chapter 12

12 4 14
                                    

Sudah hampir 2 bulan mereka sekolah. Mereka beradaptasi dengan komplotan. Mungkin mereka sudah mendapatkan hati para pria itu. Banyak moment yang terkenang di hati para pria. Namun, tak untuk mereka. Memang mereka tak berniatan untuk mendapatkan masalah. Mereka hanya fokus dengan tujuan mereka yaitu "balas dendam". Sadis? Tidak Mereka tidak sadis. Mereka hanya berpihak pada yang benar maybe?

Bagaimana bisa mereka dekat? Kepo bukan? Mau aku ceritakan sebuah kisah? Baiklah

Flashback on

Pagi pagi sudah disuguhi pelajaran matematika 6 jam. Gimana rasanya? Yang muak. Pengen mutah. Jujur. Ada yang sama?

Author: ada yang sama gak? Kalau gak... sini bilang sama saya. Mau sungkem.

Di ruang kelas hanya ada bunyi sepidol dan kertas yang dibolah balik. Sepi? Pake banget malah. Gurunya mungkin enggak kiler tapi pendiem. Ets jan salah paham. Gurunya baik. Pake banget. Tinggi, pengertian, nggak cuek cuek amat. Yha cuma guru itu yang beda dari lain. Lebih ke siswa daripada ke guru. Maksudnya lebih suka ngobrol sama siswa. Pengertian banget yha?

Skip~~~

Kali ini kelas yang tadinya gaduh karena persiapan pulang sekolah pun berhenti ketika wali kelasnya masuk "hustt diam diam wali kelas datang!"

"Wahai anak anakku sekalian yang bapak sayangiiii~~" suara imut dari bapak yang sudah berumur 55 tahun.

"Ada yang ingin bapak sampaikan. Tahun ini diadakan pendaftaran untuk seleksi anak serba bisa. Eumm maksud bapak siswa teladan." Ujar bapak tadi kemudian menjeda kalimatnya sembari menatap anak anaknya bak guru tk

" kemudian kepala sekolah juga ingin setiap kelas mewakili. Setidaknya 5 sampai 10 orang. Jadi bapak mohon kerja samanya. Kalian tau kan kepala sekolah seperti apa?"

Wali kelas kini meninggalkan murid muridnya yang kelihatanya capek

"Oh iya pendaftarannya 3 hari lagi, jadi cepat kalian pilih, aku tau kalian sudah mandiri." Lanjutnya

***

"Bagaimana ini? Ini sudah 2 hari. Tinggal 1 hari lagi, namun kita belum menemukan orang untuk siswa teladan tiap tahun. Aku takut nanti ekspresi kepala sekolah kayak gimana." Ujar seorang wanita yang mengerubungi satu tempat.

"Aku juga. Tahun lalu kita sudah tidak ikut, dan kita disuruh membersihkan sekolah selama kurang lebih 3 bulan." Ujar ketua kelas.

Seorang ketua kelas yang tegas, gagah yang memiliki tampang boyfriend itu nampak bingung. Ia sudah menyuruh teman temanya untuk mengikutinya tetapi nihil.

Ia ingin ikut tapi sayang itu sudah tidak bisa. Dia sudah mengikuti 2 tahun lalu. Dengan kepintaran dan kedisiplinanya dia bisa mengalahkan kakak kelas.

Namanya kim Doyoung

"Hanya ada harapan terakhir, itu adalah mereka..." ujar Doyoung yang menatap 4 gadis di belakang.

"Kau yakin?" Ujar wakil ketua

Orang yang bermaga kim itu mendatangi perempuan itu yang duduk melingar di bangku belakang sambil menggunakan earpods mereka.

"Hay?" Sapa doyoung namun tak dijawab oleh mereka. Namun dia tak menyerah. Dia terus memanggil mereka namun tetap saja.

"Apakah mereka tuli?" Ujar salah satu wanita di kelasnya.

bittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang