Saat ini Anandhi sedang menatap sengit ke arah Vira yang tersenyum remeh dengan berdiri di samping tubuh Langit.Tidak dihiraukannya pandang aneh orang saat menatap mereka yang berdiri tepat di depan restoran.
"Ngapain kamu sama dia di sini, Lang?" tanya Anandhi menatap tajam Langit.
"Bukan urusan lu!" ketus Langit menatap tak suka ke arah Ana.
"Urusan gue dong. Karena lu itu milik gue bukan dia ataupun orang lain!" tegas Ana sambil menunjuk ke arah Vira yang memasang wajah angkuhnya.
"Gue bukan milik siapa pun termasuk lu!"
"Gak! Lu itu milik gue!" kekeuh Ana.
"Heh! Nyadar diri dong. Langit gak suka sama lu, ngapain sih, masih ngejar-ngejar dia!" ucap Vira menatap tajam Ana.
"Diam lu tanaman penganggu!" Ana balik menatap tajam ke arah Vira.
"Lu yang diam! Gue bukan tanaman pengganggu ya, yang ada tuh elu parasit, hama dalam hidup, Langit!" Vira semakin berani menunjuk-nunjuk wajah Anandhi.
Anandhi yang tidak terima ditunjuk-tunjuk seperti itu langsung saja menangkap tangan Vira dan meremasnya kuat.
"Aw!" pekik Vira merasa kesakitan.
Ana yang melihat hal itu bukannya melepaskan justru semakin kuat mencekram tangan Vira.
"Sa—kit, to*—ol!" lirih Vira dengan berusaha melepaskan genggaman tangan Ana.
"Sakit?" tanya Ana dengan tersenyum remeh.
"Aw!"
Bukan Vira yang memekik kesakitan melainkan Ana yang sekarang tangannya dicekram kuat oleh Langit.
"Lang, sa—kit," lirih Ana menatap Langit memelas.
"Sakit?" tanya Langit menatap penuh benci ke arah Ana.
Ana hanya mampu mengangguk dengan wajah memohonnya.
"Itu yang Vira rasain!" teriak Langit di depan wajah Ana.
Vira yang melihat hal itu dan mendengar pembelaan Langit untuknya tersenyum dengan lebar sambil menatap Ana dengan tatapan mengejek.
'Kasihan!' ucap batin Vira dengan bibir tersenyum puas.
"Tapi dia duluan," lirih Ana membela diri.
"Bukan dia tapi lu! Lu yang duluan. Jangan pikir gue gak tahu bahwa lu cewek bar-bar yang selalu membuat keributan dan membuat kekacauan!"
Deg!
Sakit sekali yang Anandhi rasakannya. Bukan, bukan sakit yang ada di pergelang tangannya melainkan sakitnya ada di dalam hatinya, bahkan Anandhi tidak merasakan sakit lagi di tanggannya melainkan rasa sakit itu seakan terkumpul menjadi satu membuat kepingan-kepingan hati Anandhi bertebaran di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Langit (On Going)
RomansaTakdir hidup ini layaknya daun. Apabila sudah sampai waktunya maka dia akan gugur. Begitu pula dengan datang dan perginya cinta. Jika sudah ditentukan di mana hati memilih di situlah tujuan untuk menetap. "Kau tahu, Langit?!" "Mencintaimu sama seper...