Awal

425 23 41
                                    


"Dibalik senyuman manis malaikat, terdapat sisi iblis yang mematikan."

Suara jeritan kesakitan serta tangisan begitu jelas diruangan yang minim pencahayaan. Walaupun begitu, bisa kita saksikan betapa kejam dan sadis gadis itu menghabisi si korban. Pria paruh baya tergeletak di kursi dengan tangan dan kaki terikat. Darah segar mengucur deras dari sayatan yang dibuat gadis itu. Dirinya sudah pasrah, ia tak lagi berontak seperti tadi. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis, hanya untuk berteriak meminta pengampunan yang ujungnya hanya dianggap angin lalu.

"Hei, Pak tua kenapa kau dari tadi diam saja?" tanya gadis itu dengan suara lembut, justru membuat orang disekitar merasa merinding.

"HEI! AKU BICARA KENAPA DIAM!"

"ARGHHH S-SAKITTTTT!" ia menjerit saat pisau lipat menusuk kaki kanan.

"K-ke-na-pa ka-kau me-nyiksaku. B-bu-nuh sa-saja a-aku da-ri p-pada kau sik-sa," pria paruh baya berucap susah payah.

Si gadis tersenyum lebar sembari mengelus wajahnya yang terdapat bekas sayatan. Ia meringis ngilu menahan rasa sakit di wajah.

"Aku lebih suka bermain-main dengan mangsaku dari pada menghabisinya langsung. Karena apa itu membuatku lebih bergairah untuk menyiksanya lebih."

"Tapi karena aku berbaik hati kepada kau. Baiklah akan aku mempercepat 'kan kematian mu. Tapi sebelum itu aku ingin minum dulu. Tolong bawa kan aku air es!" perintah kepada orang yang berjaga di sana.

"Baik Queen!"

Selang beberapa menit orang penjaga membawa segelas air berisi air dingin. Ia menyerahkan gelas itu kepada pemimpin.

"Ini Queen."

"Thank you." Si gadis menegak setengah minumannya. Ia menggoyang-goyangkan pelan gelas itu. Lalu ia arahkan ke wajah pria paruh baya.

Byur!

Air es membasahi wajah si pria. Ia berteriak kesakitan merasakan dingin di wajah yang terdapat bekas luka.

"BANGSAT! APA YANG KAU LAKUKAN!"

SRET!

"HEI! JANGAN PERNAH BERTERIAK DI DEPANKU!" teriakkan penuh penekanan.

"K-kau p-psi-kopatt kau pem-bu-nuh," ucapnya terengah-engah.

Si gadis tak peduli. Ia malah mengarahkan belatinya ke arah pria paruh baya.

SRET!

ARGHHH!

SRET!

SRET!

BUKH!

ARGHHH!

BLASS!

Ia menusuk-nusuk jantung pria paruh baya, seolah ia sedang menusuk sate. Darah segar memuncrat saat ia menusuknya membasahi area wajah cantiknya. Dan terakhir ia menebas kepala si pria menggelinding di bawah kakinya dengan mata yang melotot. Mengerikan bukan?

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang