Balapan

159 20 53
                                    

"Cantik diluar belum tentu cantik di dalam."

Sesuai janjinya tadi siang, Caramel sudah berada di sirkuit balapan, ia disini bersama Alex, Marsha dan tentunya Tristan.

"Mel, coba liat cowok itu," Tristan menunjuk ke arah cowok berhoodie hitam.

"Dia namanya Arvin. Dia yang bakal jadi lawan lo nanti."

Caramel tersenyum sinis."Oh dia orangnya? Gue yakin gue yang bakal menang."

"Iya deh percaya sama Queen Rancing."

Semuanya sudah siap di atas motor masing-masing. Mereka saling mengegas motornya. Hingga mengeluarkan asap dari knalpot motor mereka.

"Semoga menang," ucap Arvin di samping Caramel.

Caramel menoleh.

"pasti," ucapnya lalu menutup kaca helm.

Sementara di depan mereka sudah ada seorang cewek dengan pakaian super seksi, membawa sebuah pistol di tangan. Hitungan mundur pun dimulai.

Theree

Two

One

Dor!

Motor Arvin melaju pesat saat bunyi tembakan. Sementara Caramel, ia masih anteng di garis star memperhatikan gerak-gerik Arvin.

Berbeda dengan Arvin yang melihat Caramel tertinggal jauh dari kaca spion motornya, ia hanya bisa tersenyum remeh.

Ini yang namanya Queen Rancing? Ck gue kira dia hebat ternyata kebalikannya, pikir Arvin.

Caramel yang melihat Arvin tinggal satu putaran lagi pun langsung melajukan motornya hingga berhasil menyelip motor Arvin. Sudut bibir Caramel terangkat saat ia melihat garis finis tinggal tiga meter lagi. Ia menambahkan laju motornya dan....

Wussss!

Cut!

Motor Caramel berhasil melewati garis finis dengan di sertai sorakan serta tepukan tangan atas keberhasilannya. Caramel melepaskan helmnya membuat rambut panjang tergerai indah.

"Wih kan apa dugaan gue pasti Caramel menang," ucap Tristan.

"Selamat ya princess kamu hebat," ucap Alex.

"Selamat Caramel. Jangan lupa traktirannya," kini giliran Marsha yang mengucapkan selamat.

"Makasih semua. Iya nanti gue traktir kalian kok."

Caramel yang sedang asik mengobrol, seorang datang menghampiri mereka.

"Selamat ya lo hebat tadi," ucap Arvin mengulurkan tangan.

"Makasih," balas Caramel tanpa menerima uluran tangan Arvin. Arvin yang melihat mengedikkan bahu acuh.

"Guys, gue pulang duluan ya. Udah malem nih besok gue harus ke sekolah."

Alex, Marsha, dan Tristan mengaguk. Namun, saat Caramel hendak menangcamkan gas motornya. Tiba-tiba suara Arvin menghentikan.

"Tunggu! Gue cuma mau bilang kalau suatu hari nanti kita bakal ketemu lagi!"

Caramel hanya diam tanpa niat menjawab. Setelahnya dia langsung pergi.

***


Jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi dan Caramel baru saja sampai. Ia merebahkan diri di kasur king size sembari menatap langit-langit. Matanya beralih pada bingkai foto yang terletak di nakas, ia mengambilnya.

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang