Bus Hantu Fragrant Hills - China

6 1 0
                                    

Bus ini nyata. Dia pernah beroperasi beberapa waktu sebelum kejadian itu terjadi.

Suatu hari, seorang pria muda bernama Shun Yeon tengah menunggu bus terakhir menuju Fragrant Hills di Beijing.

Malam itu, suasana sekitar seperti malam pada umumnya. Lampu jalan yang terang menyinari sekitar halte bus itu.

Hanya sedikit orang lalu lalang di musim dingin seperti ini. Selain dirinya, hanya ada beberapa orang yang berada di sekitar halte.

Sekitar beberapa menit berlalu sejak dia tiba di halte ini. Dia akhirnya mendapatkan sebuah bus bernomor 302.

"Akhirnya," ujar pemuda itu saat bus mendekati halte.

Dia berdiri ketika melihat kap atas mobil besar itu. Dengan harapan besar dia mengulurkan tangannya ke jalanan untuk menghentikan bus itu.

Semakin dekat, bus merah itu semakin dekat ke arahnya. Akan tetapi bagai hembusan angin torpedo, bus itu melaju kencang dan melewati Shun.

"OI!" Pemuda itu berteriak. Alih-alih menunggu bus lain, dia mengejar sekuat tenaga mobil itu. Mungkin itu adalah perjalanan terakhir hari ini.

"PAK! TUNGGU!" teriaknya. Dia mengeluarkan suara sekencang-kencangnya dan berusaha memukul-mukul dinding bus itu.

Putus asa. Pemuda itu menendak sisi mobil dengan kuat dan langsung menghentikan bus itu.

"Pak tunggu!" Shun berlari ke arah pintu masuk yang sudah terbuka.

Dari dalam seorang pria tua keluar.

"Hei, sialan. Jangan menendang busku!" Bentaknya.

"A-aku sudah berteriak, pak tua!" Shun membalas bentakannya.

Dia kemudian menyerah dan mempersilahkan pria jangkung itu masuk.

"Siapa orang ini? Cosplay?" Pikir anak muda yang baru saja masuk itu. Dia melihat tiga orang yang memakai jubah China kuno. Bagai baju dari Dinasti Qing. Lengkap dengan topi lebar dan aksesoris lain.

Di kursi yang bersebrangan dengan tiga orang berwajah pucat itu, duduk seorang wanita tua. Dia mengenakan pakaian biasa seperti baru pulang dari supermarket atau semacamnya. Supir bus ini adalah pria yang mungkin berusia 20 tahun-an. Di belakang kursi supir, pria yang memarahiku tadi duduk dan menatapi jalan di depannya.

Setelah mobil kembali berjalan, Shun duduk di kursi yang bersebalahan dengan wanita tua tadi. Selama perjalanan tidak ada satu kata-pun yang keluar dari mulut masing-masing.

Kondektur bus ini sepertinya sangat fokus membaca sebuah buku yang dipegangnya. Sedangkan supir mengemudi dengan sangat tenang.

Wanita tua di samping Shun berulang kali mengecek hpnya. Entah apa yang dia lihat, mungkin waktu atau pesan lain.

Selama perjalanan yang sunyi dan senyap itu, ketiga penumpang lain itu juga membisu. Satu persatu dari mereka turun dari bus ini, namun gerak-geriknya sangat kaku dan aneh.

Karena angin sejuk di malam hari ini. Shun hampir memejamkan matanya dan tertidur.

"ASTAGAA!"

Tepat sesaat sebelum Shun terlelap, wanita tua tadi berteriak dengan keras. Itu mengejutkan seluruh isi bus selain satu orang yang tersisa dari ketiga penumpang tadi.

"Ada apa, nyonya?" Tanya kondektur. Supir bus juga sempat bertanya kepada wanita itu.

Gerak-gerik wanita itu seperti ketakutan. Namun tiba-tiba dia membuka isi tasnya.

"Kau pencuri!" Bentaknya kepada remaja malang di depannya.

Dipenuhi tanda tanya, Shun kebingungan dengan ucapan nenek satu ini.

"Apa maksudmu, nenek?" Tanya Shun pelan. ( Ingat, jangan membentak orang tua, karena bahaya yaw ~Haru )

"Kau pencuri! Turunlah dan kita akan ke kantor polisi!" Nenek tua itu semakin mendesak Shun untuk turun.

Menggunakan tongkat kayunya dia mendorong-dorong punggung Shun dari belakang menuju pintu.

"T-tapi, nek. Aku tidak bersalah," Shun kembali menjelaskan.

"Aku hampir tertidur tadi dan kau membangunkanku," lanjut pemuda itu.

"Dasar anak-anak zaman sekarang, hih tak tampol kalo ga ikut nih!" Ucap nenek itu dengan bahasa sarkasnya.

Karena tidak ingin masalah yang lebih rumit, kondektur dan supir pun berhenti dan mempersilahkan kami turun di pinggir jalan yang gelap.

"Ini aneh. Tidak ada kantor polisi di sini" pikir Shun yang mana memang saat itu hanya ada perumahan yang sedikit dan tidak ada pos atau kantor polisi sama sekali.

Segera setelah bus itu kembali berlalu. Nenek tua itu tergulai lemas. Dia duduk di trotoar yang dingin.

"H-hei, nenek tidak apa-apa?" Tanya Shun sambil membantu wanita tua itu berdiri.

"Nenek, aku tidak mencuri apapun darimu," jelas Shun lagi. Dia tidak ingin kesalahpahaman ini berlanjut.

Namun dengan cepat wanita tua itu membalasnya, "Tidak, memang kau anak yang baik. Hanya saja —"

"Hanya saja apa nek?" Tanya pemuda itu lagi.

"Penumpang yang mengenakan jubah itu, dia tidak memiliki kaki!" Nenek itu gemetar. Dia sangat ketakutan.

"Apa? Nenek, jangan bercanda."

"Tidak anak muda! Saat kau naik dan angin berhembus kencang. Aku sebenarnya sudah melihatnya. Aku terus menghubungi keluargaku saat itu. Hingga aku merasakan ada bahaya, makanya aku minta turun bersamamu," balas nenek itu.

Mata Shun terbelalak saat itu. Bersama nenek tua itu. Pemuda jangkung itu menelpon taksi dan memesan tujuan menuju Fragrant Hills. Tempat tujuan mereka berdua.

Sementara itu, bus 302 tetap melaju.

"Fyuh, masih ada saja orang yang nekat berbuat jahat ya pak" ujar sopir kepada kondekturnya.

"Ya, mungkin dia butuh uang lebih untuk kuliah atau semacamnya," pak tua itu menjawab namun tidak menoleh sama sekali.

Angin malam semakin kuat. Sunyi, senyap, dan hawa dingin menyelimuti mereka. Beberapa kursi di belakang, pria berjubah kerajaan itu masih tertunduk ke bawah. Entah kemana tujuannya, wajahnya tidak pernah terlihat jelas. Begitu juga dengan dua pria lain yang hanya bersuara tanpa menunjukkan wajahnya yang pucat pasi.

Hanya ada suara statis dari radio yang baru saja dihidupkan supir. Sinyal handphone konduktor itu pun menghilang tiba-tiba. Suara kicau burung yang entah dari mana asalnya berbunyi di penjuru arah.

Kabut tebal yang tiba-tiba muncul, hingga pada akhirnya. Semua sudah terlambat.

Pria itu, sudah mencapai tujuannya.






_________________________________________

Keesokan harinya, muncul berita tentang menghilangnya sebuah bus menuju Fragrant Hills. Bus dengan nomor 302 yang mengisi jam terakhir di hari itu menghilang dan belum kembali hingga saat itu.

Dalam beberapa hari pencarian, di sebuah jurang kecil di hutan. Bus itu ditemukan. Di dalamnya ada tiga orang korban tewas dengan mengenaskan.

Tiga orang itu adalah Konduktornya, Yin-Quan Shou, Supir bus Taishin Qing, dan seorang pria berambut kusut yang tidak teridentifikasi.

Kondisi mayat dalam keadaan kehabisan darah. Setelah pengecekan TKP, ditemukan tangkis gas yang kosong. Tidak ada bensin di dalamnya, hanya ada darah yang nampaknya milik korban menggelembung bagai mendidih di dalamnya.

Hingga saat ini, pelaku tidak pernah ditemukan. Atau mungkin, pelaku memang tidak pernah ada.

Haunted LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang