Hospital

2 1 0
                                    

Ini hanyalah sebuah kisah yang singkat. Tak terlalu menarik kurasa. Oh ya, namaku James. Aku adalah seorang petugas kepolisian di Carolina Selatan.

Hari itu, semua bermula dengan baik. Beberapa panggilan datang ke radio mobil patroliku. Mulai dari perkelahian, menilang pelanggar lalu lintas, dan sebagainya. Hingga malam itu. Aku mndapati sebuah panggilan aneh dari kantor.

Mereka mengatakan, ada sebuah panggilan. Lebih tepatnya, laporan pembobolan dari sebuah rumah sakit tua.

Aku tahu tempat itu. Tidak berjarak terlalu jauh dari lokasiku saat ini.

"Oke, dispatch unit 5-12 akan segera menuju ke lokasi," ucap partnerku, Viera yang segera menjawab panggilan tugas itu.

"Gapapa kan? Lagian deket juga."

"Ya, jadikan ini panggilan terakhir hari ini," jawabku seraya menyalakan sirene mobil.

Suaranya cukup bising di tengah ladang malam itu. Memang, lokasi rumah sakit yang terpencil membuatnya ditutup untuk dipindahkan ke rumah sakit baru yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya.

Setidaknya, tempat yang lebih baik daripada gedung tua itu.

Sesampainya kami di sana. Aku dan rekanku segera mengecek pintu tempat itu. Tidak ada tanda pembobolan. Tidak ada indikasi dari pengrusakan.

"Tempat ini terkunci," ucapku. Aku kemudian memeriksa sekitar gedung. Menuju ke bagian belakangnya.

Kami tetap bersama selama penyelidikan ke pekarangan yang ada di belakang.

Namun, hasilnya tetap nihil.

"Operator, ini unit 5-12. Tidak ada indikasi pembobolan di tempat, ganti."

Entah apa yang terjadi, namun sinyal komunikasi kami nampaknya cukup terganggu saat itu. Tidak ada balasan yang jelas dari operator yang ada di kantor.

Aku dan Viera akhirnya memutuskan untuk kembali ke mobil patroli.

Mendadak, langkah gadis itu terhenti. Dia menunjuk ke arah gembok yang seharusnya tadi terpasang.

"James, gemboknya terbuka."

Pikiranku tidak dapat memproses apa yang terjadi. Aku mengeluarkan HT dan mulai berbicara, "Dispatch, ini unit 5-12. Kami akan memeriksa kembali ke dalam, indikasi baru terdeteksi. Ulangi, kami akan kembali ke dalam, ganti."

Langkah kakiku dan rekanku menggema di dalam rumah sakit itu. Semua perlengkapan yang ada di sana telah dipindahkan. Mengingat, dalam beberapa minggu lagi bangunan ini akan dirobohkan.

Tiba-tiba, sebuah suara mengejutkan kami berdua. Seakan ada sebuah piringan logam terjatuh dari tempatnya. Membuat suara berdenting yang cukup keras hingga menggema ke seluruh bangunan.

Dari mana asalnya? Pandangan kami hanya mengarah ke satu tempat. Sebuah jalan menuju lantai paling bawah.

Tempat ke sana tidak dilengkapi tangga. Melainkan lantai yang menanjak ke bawah. Tempat jenazah dan beberapa ruang operasi berada.

"Siapa di sana?" Tanyaku dengan nada sedikit membentak.

Tidak ada jawaban. Kami memeriksa kamar di sana satu persatu. Hingga tersisa kamar mayat yang ada di ujung lorong.

Semua ventilasi tidak berfungsi di sana. Bahkan pendingin ruangan pun mati. Namun, rasanya, hawa di sana membeku.

Bagai angin dingin menembus kulitku saat itu. Terlebih, kamar yang seharusnya kosong itu. Kini terisi oleh puluhan mayat. Ruangan itu penuh.

"Hey, Vie. Bukankah seharusnya tempat ini kosong?"

"Ya, semuanya sudah dipindahkan."

Apa yang terjadi? Semua itu berputar di kepalaku.

"James ...."

"Kenapa Vie?" Aku bertanya. Sebuah suara memanggilku saat itu.

"Eh?" Dia hanya memiringkan kepalanya seraya memegangi senter.

Aku mengalihkan pandangan ke sudut ruangan. Di sanalah dia berada. Sosok dengan semacam jubah hitam berdiri di dekat para jasad.

Dia terus memanggil namaku saat itu. Rekanku juga nampaknya melihatnya.

"James ...." Suaranya yang berat, membuat atmosfer serasa menyesakkan.

Merasakan bahaya. Aku segara memegang tangan rekanku. Keluar menuju pintu keluar yang ada di atas.

Tapi dia terus bermunculan. Dimana pun kami berada. Menghadang pintu kami. Aku terus berlarian membawa Viera. Kami berlari ke lantai atas. Namun dia ada di sana juga.

Hingga akhirnya, kami dapat keluar dari sana. Makhluk itu terhenti di pintu masuk yang terbuat dari kaca. Terus berkata jika aku adalah miliknya. Dia terus memanggil namaku.

Nafasku terengah-engah. Seakan jiwaku tersedot keluar. Aku menyalakan mesin patroli, dan kami segera keluar dari sana. Tidak pernah kembali. Hingga rumah sakit itu dibongkar dua Minggu setelahnya.

Haunted LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang