Love in Saif-ul Maluk - Pakistan

1 1 0
                                    

Saat itu, abad ke 13. Kejayaan Persia yang agung mulai terbentuk saat itu. Raja pertama dari Persia memiliki seorang putra.

Pangeran yang sangat tampan dan gagah berani. Seorang ksatria hebat dengan pencapaian luar biasa.

Shaif-ul adalah namanya. Pangeran muda itu selalu berkelana di sekitar kerajaannya. Dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa pedangnya yang setajam cahaya.

Pada suatu hari. Pangeran beristirahat di sebuah danau di Utara ibu kota Pakistan. Dia menghabiskan waktunya sedari pagi hingga petang.

"Hai!" Suara kecil menyaut dari kejauhan.

Suara bagai balita itu terdengar sangat nyaring namun menggemaskan.

"Siapa itu?!" Ucap Shaif dan menghunus pedangnya. Dia mencari-cari ke seluruh arah.

Di balik sebuah pohon di tepi danau, muncul sesosok kupu-kupu. Atau mungkin begitulah yang ia lihat dari jauh.

"Kupu-kupu? Serangga? Kenapa kau berbicara padaku?" Tanya pemuda itu.

"Hei, tenanglah, aku seorang peri, kau tahu!"

"Peri? Apa itu?" Shaif menaikkan sebelah alisnya.

"Aku, adalah peri," gadis kecil itu mendekatkan dirinya ke wajah pangeran.

Kecantikan yang tadinya tidak terlihat menjadi semakin jelas. Matanya berkilau bak cahaya bulan di atas sungai itu.

Pangeran yang melihat kecantikan luar biasa itu hanya bisa terdiam di tempat. Dadanya berdegup kencang bagai dipacu adrenaline tinggi.

Pipinya memerah untuk sejenak. Hingga fokusnya terpecah dan mulai bersikap seperti biasa.

"Ehem, aku adalah pangeran tahta dari Kerajaan Persia. Pangeran Shaif putra Koresh," ucapnya.

"Hihi, namaku Annale, dari kekaisaran peri," balas Anna disertai sedikit tawa kecil yang lucu.

Pangeran dan peri itu secara alami cepat akrab. Mereka bagai sudah berteman sejak lama. Kemana pun pangeran pergi, peri mungil itu mengikuti.

Meski ia jauh dari danau Maluk, Anna terus berada di sisi Shaif.

Kebersamaan mereka itu tidak lama membawa rasa rindu. Dari rindu menjadi cinta yang tulus. Ya, cinta terlarang antara peri dan manusia yang pertama terjadi.

Kabar itu juga cepat tersebar di sekitar danau. Para peri lainnya pun mengetahui kisah percintaan mereka.

"Apa-apaan ini?!" Di dunia bawah. Kisah itu sampai di telinga seekor iblis mengerikan.

"Anne, beraninya kau mengingkari janji yang telah kau perbuat!"

Sang iblis merah yang murka, bangkit ke dunia kehidupan mencari Shaif dan peri itu.

Setiap daerah yang ia lewati menjadi gersang. Tanaman-tanaman mati seketika dan danau-danau mengering.

Iblis itu membawa bencana ke sekitar mereka. "Akan kubunuh kau!"

Beberapa hari setelah ia berkeliaran di bumi. Sang raja memerintahkan anaknya untuk mencari penyebab dari keterpurukan di negerinya.

Bersama ratusan prajuritnya. Sang pangeran kembali ke danau tempat pertama kali ia bertemu Anna.

Dia dan tentaranya mendirikan tenda di sana. Selagi kebanyakan dari mereka tertidur. Shaif bertemu dengan pujaan hatinya.

"Ada apa Anne? Kau keliatan sangat gelisah," Tanya pangeran.

"Entahlah, sepertinya kita membuat kesalahan ...."

"Aku, membuat kesalahan," sambungnya.

Segera setelah Anna berbicara. Kepalanya terbucar menjadi banyak pecahan kecil.

Shaif terbelalak melihat kematian kekasihnya di depan matanya sendiri. Rasa air mata akan segera keluar sebanyak-banyaknya.

"Itulah akibat dari melanggar sumpahmu kepada iblis kematian!" Ujar pria dengan badan kekar itu.

"Siapa kau?!" Pangeran segera menghunus pedangnya.

Dia langsung melompat ke arah sang iblis tanpa pikir panjang. Para prajurit yang tertidur langsung bangkit dari mimpinya karena bentrokan itu.

"Beraninya kau membunuhnya!" Shaif mengayunkan pedangnya ke segala arah. Semua ilmu berpedang yang ia pelajari menghilang saat itu juga.

"Ini semua karena kau, manusia rendahan! Beraninya kau mengganggu kontrakku dengan peri itu!"

Dengan sekali hentakan, tangan berkuku tajam makhkuk itu menghujam jantung Shaif.

"Jika kau ingin ikut dengan peri sialan itu, akan kuantar ke tempatnya!" Iblis itu berteriak seraya menembus jantung pemuda malang itu.

Melihat pangerannya mati. Banyak prajurit yang memilih mundur. Mereka lari tanpa arah ke segala arah.

Menurut kabar, sahabat Anna masih sering berkumpul di sana. Dan setiap malam, mereka menangis di tepian danau.

Kerinduan mereka kepada sahabatnya. Dan juga empati bagi kedua kekasih itu.

Sampai saat ini, konon, Danau Saif-ul Maluk menjadi tempat para peri dengan kesedihan atas perginya salah satu dari kaum mereka karena ulah manusia.

Haunted LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang