Chapter 7

133 21 2
                                    

Setelah dari mall, San langsung mengantar Hyunivan pulang kerumahnya.

"Sana turun," suruh San kepada Hyunivan karena sudah sampai dirumahnya.

"Kak San gamau bukain pintu buat aku?"

San terkekeh, "Lo punya tangan kan? Yaudah buka sendiri. Mager nih gue soalnya, sorry yaa."

Hyunivan merengut kesal, "Ishhh yaudahh." kemudian keluar dari mobil San.

"Hati - hati kak San," ucapnya kemudian melambaikan tangan ke arah San dibalas dengan senyuman tipis oleh San yang sudah menjalankan mobilnya.

"Hati - hati kak San," ucapnya kemudian melambaikan tangan ke arah San dibalas dengan senyuman tipis oleh San yang sudah menjalankan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang tujuan San hanya satu, yaitu menemui kekasihnya. Segera San mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi pergi ke rumah Wooyoung. San keluar dari mobil dengan tergesa, memasuki rumah Wooyoung. Namun, Bunda Wooyoung mengatakan bahwa anak nya tidak ada dirumah. San pamit kepada bunda Wooyoung dan melanjutkan mencari keberadaan kekasihnya itu.

30 menit lama nya San berkeliling tanpa arah, kemudian ia mengingat suatu tempat dimana pertama kalinya dia mengajak Wooyoung kesana. San mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ke sebuah taman.

Ketika sampai, San langsung keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Disana, disebuah pojok taman, San melihat Wooyoung sedang menangis. San berlari menghampiri Wooyoung lalu memeluk kekasihnya tersebut.

Wooyoung menaikkan pandangannya, dan segera mendorong San dengan sisa tenaganya "Pergi San," lirihnya.

San menggeleng mencoba memeluk Wooyoung kembali, namun Wooyoung menahannya. "Bee, dengerin aku dulu ya?" pinta San.

Wooyoung tidak menghiraukan San, ia bangkit dari duduknya hendak berlalu namun San menahan tangan Wooyoung dan segera memeluk Wooyoung dengan erat. Wooyoung memberontak didalam pelukan San namun karna tidak ada tenaga ia akhirnya pasrah mendengar semua kata yang keluar dari mulut kekasihnya ini.

"Bee, aku sayang sama kamu. Sayang banget sampe ga pengen ngerusak kamu. Aku butuh pelampiasan sayang, maka nya aku gamau ngelakuin itu ke kamu karna gamau rusak. Aku terpaksa ngelampiasinnya ke Hyunivan sayang," jelas San sambil terus memeluk Wooyoung.

Wooyoung kembali menangis, mata nya menatap mata San. "Pelampiasan? Karna Aileen? Kalau karna dia kenapa kamu ga berusaha buat perbaiki dia? Kenapa kamu malah milih aku? Aku bukan bonekamu San. Aku tau aku ga kaya Aileen, ga kaya kekasihmu barusan. Tapi aku juga punya hati san. Kamu berubah, kamu selalu ga punya waktu buat aku. Apa aku pernah ngeluh soal itu? Apa aku pernah berfikir kalau kamu ada apa apa? Enggak. Karna aku sayang sana kamu San. Aku kecewa sama kamu. Kita putus." tangisnya. Wooyoung segera berlari menjauhi San sambil menangis. San mengejar wooyoung namun ia terus menabrak orang sekitar.

Tanpa sadar Wooyoung menyeberang disaat sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju kearahnya. San yang melihat itu pun terkejut dan meneriaki Wooyoung agar ia bisa menghindar.

"WOOYOUNG AWAS!"

Teriakan San berhasil membuat Wooyoung tersadar dari lamunannya. Namun takdir berkata lain. Suara teriakan Wooyoung diiringi suara gemuru mobil tersebut menabrak Wooyoung menghiasi jalanan sekitar.

Seketika Wooyoung terpental dan terjatuh. Simbahan darah terlalu banyak mengalir dari tubuhnya. San yang melihat Wooyoung bersimbahan darah pun bergegas berlari ke arah Wooyoung.

"WOOYOUNG! BANGUN. BEE JANGAN TINGGALIN AKU BANGUN." Bentak San sambil menggoyangkan tubuh Wooyoung.

Tanpa berfikir panjang ia menelfon ambulan dan bunda Wooyoung sesegera mungkin.

•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•

Saat ambulan datang San membantu tim medis memasuki tubuh Wooyoung ke dalam ambulan. Polisi men-sterilkan tempat kejadian. Sedangkan San masih menangis, menatap aspal tempar dimana darah kekasihnya itu berserakan. Ia membenci dirinya sendiri. Jika saja dia tidak mementingkan egonya, maka Wooyoung tidak akan mengalami hal seperti ini. Tatapan terakhir Wooyoung, Tangisan terakhir Wooyoung, Kata - kata terakhir Wooyoung, Bahkan Senyuman kekasihnya yang sudah lama ia tak lihat terbayang dikepalanya. Sungguh semua ini salah dirinya. Sanzino yang bodoh.

Tidak jauh dari tempat kejadian, seseorang dengan senyum bahagianya memotret San yang sedang menangis. "Kerja bagus."

cr. Artzinder

Butterfly Wings [Woosan] COMPLETE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang