chapter 02.

2.8K 456 49
                                    

Jawa Tengah, 1942

Kediaman Bendara Hyunsuk

Beberapa pemuda tampak berbaris di depan bangunan megah yang sebagian besar berwarna putih. Disekelilingnya taman asri dengan rupa hijau dihiasi berbagai macam bunga berkelopak indah menandai begitu giatnya si pemilik dalam merawat. 

Lelaki berusia matang sekitar 45 tahun lantas berjalan dengan gagah dari balik pintu kayu jati berlapis emas diikuti beberapa pengawal dibelakangnya. Beskap putihnya licin tanpa ada lipatan, peci yang menghias kepalanya hitam legam didatangkan langsung dari Mekkah, Sepatu yang digunakan nampak seperti cermin saking mengkilapnya. Jajaran lencana emas tak luput menghiasi dadanya yang tegap. Tongkat kayu berlapis emas asli dibuat oleh pengrajin mataram berada digenggamannya meskipun diyakini cara berjalan pria terhormat ini masih lancar. 

(Bendoro Hyunsuk)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bendoro Hyunsuk)

"Bendara..." Seluruh pria yang berbaris membungkukkan badannya. 

"Bendara..." Koh Adoy sebagai pembawa pria desa menghadap Bendara, tak lupa mengambil tangannya untuk disalimi.

"... Saya membawa sepuluh pemuda ini untuk dipekerjakan sesuai permintaan Bendara Aji minggu lalu." Ungkapnya sopan. 

Sang Bendara mengangguk paham, mengamati satu persatu pemuda dihadapannya. "Kalian saya pastikan dapat 500 rupiah tetapi jika ada barang yang rusak atau tangan kotor kalian mengambil barang 1 rupiah yang terselip dibawah kursi jangan harap pulang jari kalian masih 10." 

"Nggih Bendara, saya yang bakal jamin." Sahut Koh Adoy cepat. 

"Yasudah, penjaga, bawa mereka kebelakang!" Suruh Sang Bendara pada salah satu pengawalnya. 

Bendara Hyunsuk, diumur yang masih cukup muda sudah mampu memberi title dirinya sebagai salah satu pejabat terkaya di Jawa Tengah dan ke 5 di Indonesia sejak pemerintahan Belanda. Kekayaannya sekarang tak luput dari kesengsaraan yang pernah dialami dahulu. Hidup sendiri sejak usia anak-anak membuatnya mandiri. Berbagai pekerjaan dilakukan, dari pesuruh hingga mencoba berdagang koran dipinggir jalan. Hyunsuk kecil hidup di panti asuhan, parasnya tampan dan hatinya baik membuat dirinya disukai seluruh penghuni. Suatu hari terjadi pertengkaran, Hyunsuk melindungi seorang anak dari perundungan. Seorang anak perundung mati ditempat dengan bekas cakaran panjang di dadanya, hal itu membuat seluruh penghuni panti takut pada Hyunsuk lantas mengusirnya. 

Kemiskinan yang Hyunsuk alami berakhir saat dirinya bekerja di toko wewangian milik saudagar arab. Harum bibitnya unik setiap Hyunsuk berjalan di depannya, baunya menyengat hingga membuat dirinya mabuk. Saat terpajang mencari pekerja, Hyunsuk langsung mengajukan diri.  Fakta yang didapatkan bau wewangian yang Hyunsuk cari tidak ada di seluruh botol bibit yang terpajang. Bahkan pemilik, sebut saja abah tidak mencium bau seperti yang Hyunsuk deskripsikan. 

Pagi itu seperti biasa Hyunsuk menjaga toko. Abah dikabarkan sedang pergi ke Batavia menemui sahabat lama. Toko akan menjadi tanggung jawab putranya.

1942 / jaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang