chapter 08.

2.3K 359 40
                                    

Betapa bahagia hidup saat menjalani dengan sang terkasih. Seperti dua sejoli yang tengah hangat memadu kasih; Jaehyuk, Asahi, dan si buah hati. Udara pagi hari memang sejuk ditambah lokasi berada di desa dataran tinggi. Cocok untuk keduanya berjalan-jalan. Tujuan hari ini adalah pasar ujung jalan, tak terlalu besar namun cukup untuk mencari kebutuhan sehari-hari.

Asahi berjalan pelan, matanya terus mendelik lucu saat melihat berbagai jajanan manis yang menggangu kewarasan. Ingin membeli semua tapi kebutuhan rumah tangga mereka yang utama. Asahi harus menahan mulutnya, jika menunjuk satu saja sang suami tak akan berpikir dua kali langsung membeli.

Jangan Asahi, hidup kalian baru saja berangsur membaik. Meskipun uang gaji Jaehyuk sangat mencukupi sebagai sosok yang akan menjadi orang tua harus pandai mengelola keuangan. Daripada untuk membeli jajanan lebih baik dimasukkan dalam tabungan kelahiran melihat kandungan Asahi sudah mencapai 5 bulan.

"Mau beli jajanan?" Tanya Jaehyuk seolah tau hanya dengan melihat binar mata omeganya.

Jaehyuk bersyukur anak mereka bukan tipe pemilih makanan. Meskipun begitu dirinya sempat panik saat memasuki bulan 3 Asahi mendadak sering muntah dan enggan makan. Sejak hari itu, dikala fase sulit terlewati dan nafsu makan omeganya telah kembali, Jaehyuk tak segan mengeluarkan seluruh biaya untuk manu makanan yang Asahi suka. Asalkan keduanya sehat dirinya kelaparan pun ikhlas.

Asahi menggeleng sekali tersenyum kecil, "Tidak."

Jaehyuk mengangguk paham, sebenarnya Ia tahu sang omega ingin hanya saja jika Asahi berkata tidak maka Jaehyuk menghormati. Toh jika omeganya ingin pasti akan langsung meminta.

"Apa kau sudah lelah? Mau pulang saja?" Tanya Jaehyuk lagi.

"Tidak, lagipula aku hanya berjalan tidak membawa barang belanja." Balasnya.

Jaehyuk mengusap rambut hitam Asahi sayang."Mari melihat baju, aku ingin membelikanmu beberapa." Jaehyuk lalu menggandeng tangan Asahi, dituntunnya perlahan.

Jaehyuk memang berniat membeli pakaian untuk Asahi karena pakaian yang Asahi bawa dari mansion sudah terlalu sempit. Bahkan Asahi tak jarang memakai bajunya. Jaehyuk kadang bepikir dirinya belum menjadi suami yang baik, tak layak mendampingi Asahi; anak letnan yang terbiasa hidup berkecukupan. Kasihan omeganya harus menahan rasa ngidam akan makanan akibat terlalu sungkan meminta pada Jaehyuk.

"Harusnya tidak perlu itu membuang uang."

Jaehyuk tersenyum maklum, Asahi selalu seperti ini. "Tidak apa, sayang. Satu atau dua baju tidak akan membuat kita kelaparan."

"Iya tapi itu membuatmu mengambil pekerjaan yang lain nantinya." Sahut Asahi sarkas. Asahi baru mengetahui fakta bahwa suaminya sering mengambil kerja sampingan diwaktu senggang."

"Jangan menyusahkan dirimu sendiri. Pokoknya untuk makan saja sudah cukup. Adek pasti tidak ingin melihat ayahnya terlalu keras bekerja." Lanjutnya lirih, mendengar Asahi sangat mengkhawatirkannya membuat Jaehyuk berdebar. Omeganya ini selalu bisa menyentuh titik terlemahnya.

Jaehyuk tak lupa mencuri kecupan gemas hingga sang empunya memekik geli, lengan tangannya sudah berpindah merangkul pinggang Asahi sambil sesekali mengelus perut agak buncitnya.

"Iya, Ayah pastikan tidak kelelahan."

Tiba-tiba pasar menjadi ramai akan kedatangan orang berbadan tegap dengan pakaian militer. Panik melanda, takut itu tentara Jepang. Namun, saat mendengar panggilan woro-woro atau pengumuman dalam Bahasa Jawa sebagian mereka menjadi lega. Yang berkunjung adalah tentara pelindung negeri. Manusia berbondong mendekat, membuat Jaehyuk memeluk Asahi yang mulai terdesak massa.

1942 / jaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang