CHAPTER 1|| I am Not Perfect

87 40 37
                                    

Holla Guys, Alhamdulillah dikasih kesempatan untuk membuat naskah lagi. Kali ini, project bareng Nezha Publisher. Aku minta dukungan kalian ya dengan cara vote, komen, and share🍒

 Aku minta dukungan kalian ya dengan cara vote, komen, and share🍒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“AYANA ...!”

Sang punya nama berhenti dari jalan kaki yang perlahan. Ia tidak berani untuk membalikkan badannya menghadap ke asal suara itu. Teriakannya membuatnya menunduk dilanda rasa takut. Tapi, perlahan ia memberanikan untuk berbalik badan.

Dia berjalan dengan tempo yang lebih cepat dari sebelumnya. Ayana hanya mampu melihat bayangan tubuhnya saja. Ia masih menunduk dengan air matanya yang ikut berlinang membasahi pipinya.

“Heh, bola gelinding!” teriaknya. 

“Kamu, mau apa?” tanyaku dengan suara yang bergetar, tanganku meremas rok pendekku, dan kata-kata yang terbata-bata.

“Waduh, masih nanya lagi. Seperti biasa, serahkan makananmu hari ini,” ucapnya santai.

Menunduk seakan anak yang tidak pernah mempunyai nyali sedikit pun untuk melawannya.

Aku hanya bisa pasrah dan menyerahkan bekalku untuknya. Lagi-lagi aku hanya bisa meneteskan air mataku.

“Nah, gini dong. Besok, jangan lupa ya .... “ Aku berjalan meninggalkannya.

Sesampainya di kelas, aku langsung duduk. Menunduk dengan kepala di atas meja dengan kedua tanganku sebagai bantal, aku menangis. Aku tidak mengerti, kenapa mereka membenciku. Apa karena perutku yang buncit? Aku merasa, tinggi badanku sama dengan mereka, tapi apa yang membuat mereka seakan tidak menyukaiku. Mengapa mereka selalu bersikap tidak baik denganku?

“Ayana, kamu tidak makan di kantin?” Ibu guru mengusap lembut rambutku.

Aku mendongak dan menatap wajahnya dalam. Seakan ingin mencurahkan seluruh isi hatiku. Tapi, aku sadar dia hanyalah guruku bukan ibuku. Aku tidak ingin membebankan pikiran ibu guru. Aku mengusap air mataku dengan jari-jari mungilku.

“Tidak, Bu. Aya lagi mau di kelas aja. Ga apa kan Bu?”

Ibu guru mengusap air mataku dengan penuh kasih sayang. Beliau menanyaiku alasan kenapa aku tidak ingin ke kantin. Aku tidak bisa menyimpan semua keluh kesahku.
Aku menceritakan tentang kejadian tadi ketika aku hendak ingin ke kantin yang tiba-tiba dipanggil oleh Anjani. Dia meminta bekal makananku hari ini. Padahal, makanan itu dimasak khusus oleh Tante Ratna.

“Astaghfirullah, Aya sabar dulu ya. Tunggu ibu di sini, sebentar.”

Aku memegangi perutku yang bunyi. Ya, aku lapar. Tapi, bekal makananku telah diambil oleh Anjani. Sedangkan, aku tidak diperbolehkan memakan makanan selain dari rumah.

I am Not Perfect [ UPDATE SETIAP HARI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang