CHAPTER 7 || I am Not Perfect

9 4 2
                                    

Holla Guys, selamat kembali bersama Ayana di I am Not Perfect.
Enjoy🍒

“Saya kesini untuk membahas masalah Ayana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Saya kesini untuk membahas masalah Ayana.”

“Baik, sebelumnya bagaimana dengan keadaan Ayana, Pak?” tanya guru BK di sekolahku.

“Alhamdulillah sudah membaik. Bagaimana dengan pihak sekolah yang sampai tidak mengetahui adanya bullying?”

“Saya mewakili sekolah, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Untuk kasus itu, kami sudah memberikan sanksi kepada pelaku bullying terhadap Ayana, Pak.”

“SAYA TANYA BAGAIMANA BISA SEKOLAH TIDAK MENGETAHUI ATAS TERJADINYA BULLYING?”

“Sebelumnya, belum pernah terjadi peristiwa seperti yang dialami Ayana, Pak. Jadi, pihak sekolah tidak pernah mengira akan terjadi peristiwa tragis ini di sekolah. Sekali lagi, saya minta maaf.”

“Buatkan saya surat pengantar perpindahan Ayana. Saya tunggu sampai besok pagi. Permisi.”

Ayah meninggalkan jejak kakinya dari sekolahku. Aku tidak mengetahui jika ayah akan mendatangi sekolahku. Aku hanya tahu, jika ayah pergi untuk bekerja.

“Ayana, mulai besok kita pindah tempat tinggal.” Masuk ke dalam kamarnya.

Aku mulai mengemasi pakaianku dan barang-barangku ke dalam koper. Rasanya, aku tidak ingin berpindah dari rumah ini. Di sinilah aku merasakan kehangatan keluargaku. Aku terlalu nyaman berada di sini.
Ibu masuk ke dalam kamarku membantu aku melipat pakaianku. Beliau tersenyum bahagia di depanku.

“Aya, jawab ibu dengan jujur. Kejadian waktu itu ke berapa kalinya?”

“Kedua kalau ga salah, Bu. Tapi, ya sudah lupakan aja.”

Ibu menganggukkan kepalanya kemudian mengubah posisi duduknya menjadi di sampingku. Sesekali, Beliau mencium keningku.

“Aya, apa kamu tidak sedih mendapatkan perlakuan buruk dari mereka? Apa yang kamu rasakan, Nak?”

“Ibu, tidak perlu khawatir seperti itu. Jujur, Ayana merasa sakit hati dan sedih setiap kali mereka menghina Ayana. Tapi, Ayana akan berusaha untuk memaafkan mereka.” Aku tersenyum.

“Lain kali, kamu harus bisa melawan mereka. Jangan diam saja diperlakukan buruk seperti itu. Kejadian kemarin membuatmu hampir mati.” Aku tersenyum.

PYAR...!

Aku dan ibu bertatapan, kemudian berdiri menghampiri asal suara. Ternyata, suara itu berasal dari pecahan gelas. Di dapur, Rahma sedang mengumpulkan pecahan gelas itu. Raut wajahnya cengingisan tanpa merasa bersalah.

I am Not Perfect [ UPDATE SETIAP HARI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang