CHAPTER 2 || I am Not Perfect

38 15 7
                                    

Holla Guys, selamat datang kembali bersama Ayana di I am Not Perfect. Jangan lupa buat vote, komen, and share.
Enjoy!

“AYANA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“AYANA...!”

Ibu mengetuk pintu kamarku dan membangunkanku setengah teriak.

Rupanya, mentari telah muncul dengan tubuh yang bersembunyi di balik gelapnya awan.

Pagi ini Kota Jakarta diguyur hujan lebat. Musim pancaroba seperti saat ini membuat cuaca semakin tidak menentu. Terkadang panas dan kadang hujan.

Aku berjalan ke ruang tengah untuk menyantap menu sarapan hari ini. Menu pagi ini terdapat nasi putih, sayur bening, tahu dan tempe goreng, serta ayam goreng.

Aku mengambil sepiring nasi putih di atasnya terdapat sayur bening dan ayam goreng. Aku menyantap makanan dengan sedikit rakus. Bukan karena kelaparan, karena memang itulah porsi makanku.

“Kak Aya, ih gimana ga dikatain, makan aja segitu,” tutur Rahma.

Rahma Arum Pratiwi adalah adik perempuanku. Dia begitu cantik dan nyaris sempurna. Lain denganku. Sepertinya, dia menurun gen dari keluarga ibuku. Rahma saat ini kelas VII di salah satu sekolah di Jakarta.

“Tau tuh, Aya coba deh kamu tuh kurangin porsi makanmu. Biar kecilan dikit,” sambung Kak Tika, Kakak perempuanku.


Aku sebagai anak tengah merasa berbeda dari kedua saudaraku. Maka, tak jarang apabila banyak tetangga mengataiku bukan anak kandung dari orang tuaku. Ah, rasanya sulit untuk hidup dengan cacian banyak orang.

“Ya, gimana aku terbiasa makan segini dari kecil.”

“Cukup! Makanlah sekarang.” Ibu menyendokan nasi ke piring ayah.

Kami berlima makan tanpa ada kata yang keluar dari mulut masing-masing. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang menghiasi meja makan.

“Bu, Tika berangkat kerja dulu.”

Dia berjalan ke arah ibu dan ayahku untuk menyalaminya. Aku masih meminum sisa susu di gelasku. Aku sendiri tidak mengerti kenapa bersikap seperti ini.

Ayah dan Rahma pun sama ikut berpamitan untuk pergi. Rahma selalu pergi sekolah bareng dengan ayah. Sedangkan, aku selalu berangkat dengan diantar ojek langgananku.

“Aya cepat berangkat nanti bisa terlambat,” ucap ibuku.

Aku berdiri dari tempat dudukku. Padahal, rasanya sudah terlalu nyaman untuk duduk di sini. Apalagi, masih ada makanan yang sejak tadi tidak disentuh. Tapi, aku tidak ingin ibuku mengomel lagi. Aku berpamitan lalu berangkat ke sekolah.

I am Not Perfect [ UPDATE SETIAP HARI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang