Happy reading ❤️
Kringg... kringg.. kringg...
Bunyi alarm dari handphone membangunkan Raline dari tidur cantiknya. Tadi malam ia hanya tidur beberapa jam saja karena bergadang semalaman hanya untuk menonton film Hollywood kesayangannya.
Raline mematikan alarm tersebut dan mengibaskan selimutnya. Kebiasaan Raline di setiap pagi adalah minum air putih, terpaksa juga ia harus turun ke bawah. Dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih sayu Raline menuruni anak tangga dengan lesu. Masih beberapa anak tangga dirinya berhenti sejenak. Raline mengucek matanya, memastikan siapa laki-laki yang sedang duduk di ruang tamu saat ini.
"Mampus gue," gumam Raline.
Saat dirinya hendak berbalik menuju kamar, sang bunda memergoki dirinya dengan kondisinya yang sangat kacau.
"Raline, calon suami kamu datang itu," teriak Vina, membuat Han mendongak mengarah keatas tangga.
Raline langsung berlari menuju kamar dan segera mandi. Ia sangat kesal dengan Han, kenapa laki-laki itu selalu menjengkelkan.
Sambil mengoleskan lipstik ke bibirnya, ia pun menggerutu, "ngapain coba pagi-pagi buta kesini, kayak gak punya kerjaan aja. Mana gue kek gembel lagi."
Saat menuju meja makan pun tampang Raline masih tak mengenakkan, membuat sang bunda bertanya. "Kamu sakit?"
Raline mengangguk dan menjawab, "sakit hati."
Gibran sang ayah tertawa mendengar jawaban sang putri. Han juga sedang tersenyum kala mendengar jawaban Raline.
Raline yang merasa diejek pun menatap tajam Han. Namun, laki-laki itu sama sekali tidak takut.
"Emang sopan, ya? Bertamu ke rumah orang jam segini," sindir Raline seraya meminum susu coklat kesukaannya.
Han yang merasa disindir pun hanya diam, tidak perduli apa yang dikatakan oleh Raline.
"Anak gadis kalo ngomong yang sopan," tegur Vina.
Raline adalah tipe wanita yang sedikit galak kepada laki-laki. Karena, dahulu ia punya kenangan pahit dengan sang mantan. Raline pernah berpacaran hanya satu kali, hubungan itupun hanya berlangsung selama 5 bulan. Mereka putus karena mantannya berselingkuh.
"Han mau ajak kamu urus surat-surat untuk nikah, karna bakal ribet," ujar sang ayah.
"Tapi gak pagi juga, yah," protes Raline.
Kini sang bunda ikut bersuara. "Han itu kan harus kerja, gak bisa suka-suka hati dia."
"Bela aja terus. Kerjaannya juga gak jelas gitu," tukas Raline.
Saking geramnya terhadap sang putri, Vina pun memukul tangan Raline pelan. Guna supaya gadis itu lebih berhati-hati ketika berbicara, apalagi dihadapan calon suaminya.
Raline memanyunkan bibirnya kesal.
"Pak, Bu, kami berangkat dulu ya," ucap Han kepada orang tua Raline. Kemudian Han menarik pergelangan tangan Raline untuk keluar, karena jika tidak begitu, sampai sore pun mereka akan berada di rumah.
"Bisa gak, gak usah ditarik," kesal Raline.
Han melepas tangannya dari pergelangan Raline kemudian memasuki mobil. Di mobil Raline sibuk dengan handphonenya, ia sangat tidak ingin berbicara dengan Han. Ia bersumpah tidak akan pernah menyukai laki-laki seperti Han.
Mereka sudah sampai di sebuah kantor, menyiapkan semua berkas yang akan diperlukan. Jika mereka sudah menikah di Korea, mereka harus menikah lagi di Indonesia. Supaya pernikahan tersebut diakui oleh kedua negara.
Sudah 2 jam lamanya mereka disana, membuat Raline sangat jenuh. Sedari tadi yang sibuk mondar-mandir adalah Han, sedangkan Raline hanya duduk sambil membereskan berkas.
"Ini kapan siapnya?" Bisik Raline kepada Han.
"Abis ini selesai."
Akhirnya semua siap dalam waktu 3 jam. Sampai-sampai perut Raline berbunyi karena saking laparnya, Han terkekeh pelan. Sungguh, kali ini Raline merasa malu. Kenapa perutnya berbunyi tidak tepat waktu.
"Mau makan dulu?" Tanya Han.
Raline berpikir sejenak, jika menolak ia pasti akan kelaparan dan jika menerima dirinya terlalu gengsi. Akhirnya Raline memutuskan untuk makan terlebih dahulu, takutnya nanti ia malah pingsan saat bekerja.
Raline mengangguk dan Han melajukan mobilnya.
Sebelum turun dari mobil Han memakai masker serta hoodie, ia tidak mau hal yang tidak diinginkan terjadi. Raline merasa ada yang aneh saat Han menggunakan masker.
"Kenapa pakai masker?" Tanya Raline tiba-tiba, membuat Han kelabakan sendiri. Han berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Belum sempat Han menjawab, ada panggilan masuk yang ternyata dari managernya. Setelah menerima telepon tersebut Han langsung mengajak Raline untuk pulang.
"Loh, kenapa pulang?" Tanya Raline dengan raut wajah bingung.
"Saya ada urusan mendadak, kamu saya antar pulang saja."
"Eh, tapi aku mau ke toko."
"Untuk hari ini jangan dulu," tutur Han.
"Tapi kenapa?"
"Bisa gak sih nurut aja, saya lagi pusing," ucap Han dengan nada yang sedikit tinggi.
Raline langsung terdiam saat mendengar Han marah seperti itu. Padahal dirinya hanya bertanya, ada sedikit rasa sakit hati saat dirinya dibentak seperti tadi. Saat ini Raline memutuskan untuk tidak berbicara sepatah kata pun kepada Han.
Begitu sampai didepan rumah, gadis itu langsung masuk tanpa pamit terlebih dahulu. Hatinya kali ini benar-benar sakit, ia berpikir jika nantinya menikah dengan laki-laki seperti itu akan jadi seperti apa.
Han sangat menyesal telah memarahi Raline seperti tadi. Kali ini ia benar-benar bingung, pasalnya saat ia dengan Raline tadi ada wartawan yang memata-matai. Dan sudah dipastikan sebentar lagi artikel tentang dirinya dan Raline akan keluar.
Han mempercepat laju mobilnya menuju kantor agensi. Sesampainya disana sudah ada beberapa wartawan yang menunggu kehadiran Han. Buru-buru ia menelpon managernya untuk mengalihkan mereka semua.
Han keluar dari mobil mewah tersebut membuat semua wartawan berhamburan ke arah dirinya. Banyak pertanyaan yang mereka lontarkan.
"Bisakah anda jelaskan siapa wanita yang bersama anda tadi siang?"
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"
"Apakah kalian akan segera melangsungkan pernikahan?"
Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.
"Maaf ya temen-temen wartawan, Han sedang banyak pekerjaan," ucap manager Han.
Bukan wartawan namanya jika menyerah begitu saja. Mereka tetap berada disana menunggu klarifikasi.
"Bagaimana jika diberi tahu saja, Han," usul managernya.
Han menggeleng. Ia masih memikirkan nasib Raline. Pasti jika ia memberi tahu kepada media, fans dirinya akan langsung menyerbu Raline. Apalagi gadis itu pemilik toko yang cukup terkenal di Gangnam.
"Masalahnya Raline adalah wanita biasa, saya takut jika dia diserang para fans."
Manager Han tampak berpikir, mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Han.
"Jadi bagaimana dengan pernikahanmu?"
"Saya akan menikah secara diam-diam tanpa publik tahu," jawab Han santai.
"Apakah bisa?"
"Tentu saja."
Di mohon untuk tidak menjadi silent reader 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Seorang Aktor? [On Going]
AléatoireApa jadinya jika kamu tidak menyukai hal-hal yang berbau Korea tetapi kamu diharuskan ikut pindah oleh kedua orang tuamu, dan lantas dijodohkan dengan seorang aktor tampan? Itulah yang dirasakan oleh Raline Agatha Abraham. Dirinya sangat tidak suka...