Kembali lagi bersama saya author amatir😂
Di mohon untuk memberi vote serta komen agar saya rajin update.
Happy reading ❤️Seminggu berlalu. Tepat pada hari ini Han dan Raline melangsungkan pernikahan. Han hanya mengundang beberapa orang penting saja, agar media tidak menyorot. Tidak ada wajah bahagia yang tercetak di wajah Raline, entah mengapa ia ingin membatalkan pernikahan ini.
Setelah semuanya siap, Vina datang untuk menjemput sang putri. Wajah Vina sangat bahagia ketika melihat putri bungsunya akan menikah dengan laki-laki yang tepat.
"Anak bunda kenapa murung gitu?" Tanya Vina.
"Apa Raline bisa menjalani semua ini?" Raline malah bertanya balik.
"Kenapa tanya begitu?"
Yang ditanya hanya diam seribu bahasa. Tatapannya kosong namun banyak hal yang dipikirkan. Jika tahu akan seperti ini, mungkin ia tidak akan pernah setuju untuk ikut ke negara ini.
"Raline gak bisa nikah sama dia, Bun," lirih Raline.
"Jadi kamu mau buat ayah sama bunda malu dengan membatalkan acara ini?"
Sekarang Raline hanya bisa pasrah dan berharap jika sudah menikah nanti semuanya akan baik-baik saja.
"Yaudah, kita turun yuk." Sang bunda menuntun Raline yang begitu sangat cantik.
Raline hanya memakai gaun pengantin yang sederhana karena memang acara tersebut juga tidak terkesan mewah. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Raline lontarkan, namun ia urungkan niatnya. Salah satu pertanyaan tersebut adalah kenapa pernikahan ini hanya dihadiri oleh beberapa orang saja, dan kemana kedua orang tua Han.
Mereka menikah di kediaman Raline, sudah tampak beberapa orang yang datang. Raline menunduk sembari meremas jemari tangannya. Semua sudah siap termasuk penghulunya juga. Ketampanan Han berlipat-lipat ganda saat mengenakan tuksedo berwarna hitam.
"Saudara Han Yeon-jin bin Han Hyorin Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Raline Agatha Abraham dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan uang senilai 500 ribu Tunai."
"Saya terima nikah Raline Agatha Abraham binti Gibran Jaya Abraham dengan maskawin yang telah disebutkan Tunai."
Dengan satu kali tarikan nafas, Han bisa menyelesaikan ijab Kabul tersebut.
"Bagaimana para saksi?"
"Sah."
"Sah."
Tanpa diminta, air mata Raline menetes begitu saja. Ia masih tidak menyangka bahwa laki-laki yang ada disebelahnya itu menjadi suaminya. Walaupun Raline sangat tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi ia sudah bertekad dalam hidupnya untuk menikah sekali seumur hidup.
Han memasangkan cincin ke jari manis Raline, kemudian Raline menyalami laki-laki yang sudah berstatus menjadi suaminya itu. Raline berbalik menatap kedua orang tuanya kemudian mendatangi mereka. Raline bersimpuh di hadapan orang tuanya, dan lagi-lagi air matanya jatuh, begitu pula dengan Gibran dan Vina. Kemudian, Raline memeluk kedua orang yang telah membesarkan dan mensuport dirinya selama ini. Tanpa doa mereka mungkin Raline tidak akan bisa sesukses sekarang.
"Udah ah nangisnya, liat tuh Han ngeliatin kamu," goda Vina.
"Bodo amat." Raline kembali memeluk sang bunda.
"Raline tetep tinggal disini, kan?" Tanya gadis itu.
Vina menatap menantunya, karena sekarang yang berhak memutuskan apapun adalah seorang suami.
"Bunda sama ayah sih gak keberatan. Tapi sekarang keputusan ada pada suami kamu," jelas Vina.
"Saya mempunyai rumah, Bu. Ada baiknya jika Raline dan saya tinggal di rumah sendiri."
"Gue gak mau!" Tegas Raline tiba-tiba.
"Sayang, kamu gak boleh gitu," tegur sang bunda.
"Tapi, Bun," rengek Raline.
🕊️🕊️🕊️
Semua acara telah selesai, padahal Raline hanya menggunakan gaun yang simpel tetapi baginya itu sangat melelahkan. Raline merebahkan diri di kasur kesayangannya, ia bahkan tidak rela harus meninggalkan kamar yang baru sebulan di huni itu.
Ceklek
Pintu terbuka menampakkan sosok Han yang masih menggunakan tuksedo, sedangkan Raline sudah berganti baju dengan yang lebih santai. Raline tidak perduli saat Han masuk, ia malah berpura-pura tidur. Tidak ada suara apapun, hal itu membuat Raline penasaran dan mengintip apa yang sedang dilakukan Han.
"Stop!" Teriak Raline sembari menutup matanya.
Han tampak heran tetapi masih melanjutkan membuka kancing kemejanya.
"Saya mau mandi," ucap Han santai.
"Bisa buka di kamar mandi, kan?" Tanya Raline masih dengan mata tertutup.
Tidak ada jawaban sama sekali. Perlahan Raline menurunkan tangannya dan membuka perlahan matanya. Ternyata Han sudah masuk ke dalam kamar mandi.
"Gila tu cowok. Bisa jantungan gue kalo dia buka baju disini," gerutunya.
Raline memilih untuk turun menonton televisi daripada menunggu lelaki itu. Baru kali ini ia menonton saluran televisi Korea, bahkan ia tidak paham dengan bahasa mereka. Waktu iklan tampaklah sosok yang seperti Raline kenal, saat ia memperhatikan televisi dengan seksama untuk memastikan siapa laki-laki itu, Han sudah mematikannya terlebih dahulu.
Raline menoleh dan menatap Han tajam. Yang ditatap hanya memasang wajah datar.
"Hari ini kita langsung pindah, beresin barang-barang kamu," titah Han.
"What?! Kenapa hari ini, besok-besok kan masih bisa."
Han tidak perduli dengan ucapan Raline, ia malah justru mendatangi Gibran dan Vina untuk pamitan.
"Harus hari ini, nak?" Tanya Gibran.
"Hari ini kan kalian masih bisa disini," sambung Vina.
Gibran mengangguk membenarkan ucapan istrinya itu.
"Besok Han sudah kembali bekerja. Kalau Han banyak waktu luang pasti sering kesini. Saya juga tidak melarang Raline untuk kesini," jelas Han.
Kedua orang tua Raline sangat paham dengan pekerjaan Han yang cukup padat. Terkadang, sehari saja Han sudah mengiklankan beberapa produk pakaian pria.
"Yaudah. Kamu jaga bener-bener dia, dia itu manja banget," bisik Vina.
Han terkekeh pelan mendengar bisikin mertuanya itu. Tanpa mereka sadari, Raline sudah berada dibelakang Han sambil berpangku tangan.
"Raline gak bakal manja ke dia," ucap Raline penuh penekanan.
Vina terkekeh saat melihat barang bawaan Raline yang begitu banyak. Apalagi Raline menenteng sebuah guling kesayangannya dari awal masuk SMP.
Padahal di rumah Han memiliki fasilitas yang lengkap, termasuk bantal maupun guling."Liat tuh istri kamu, itu guling dia dari jaman SMP," ucap Gibran.
Raline menghentakkan kakinya kesal, kenapa orang tuanya begitu jujur kepada menantunya. Apa mereka mau membuat Raline malu, batinnya. Raline pun segera menyalami kedua orang tuanya untuk pamit, begitu pula dengan Han.
"Pokoknya Raline sering kesini, gak boleh ada yang larang!" Sindir Raline.
"Kamu harus nurut apa kata Han," ucap Vina.
"Hemm," gumam Raline pasrah.
"Kamu tenang saja, saya pasti izinkan kamu kalau perginya kesini," ujar Han.
Khamsahamnida🤗❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Seorang Aktor? [On Going]
RastgeleApa jadinya jika kamu tidak menyukai hal-hal yang berbau Korea tetapi kamu diharuskan ikut pindah oleh kedua orang tuamu, dan lantas dijodohkan dengan seorang aktor tampan? Itulah yang dirasakan oleh Raline Agatha Abraham. Dirinya sangat tidak suka...